6

1.5K 148 7
                                    

"Apa kamu sudah melakukan tugasku dengan baik?" Hobi bertanya pada orang kepercayaannya. Saat ini ia ada di kantor mengecek beberapa berkas dan laporan.

"Sudah, Pak. Saya sudah menyuruh beberapa orang untuk mengawasinya."

"Baiklah. Laporkan jika ada sesuatu yang mencurigakan."

"Siap, Pak."

"Kamu bisa keluar sekarang." Orang itu membungkuk hormat sebelum keluar dari ruangan. Hobi menghela napas, mengusap wajahnya kasar seraya menatap kosong beberapa berkas yang menumpuk di depannya.

"Maaf aku belum bisa mempercayaimu sepenuhnya." Gumamnya lirih sebelum melanjutkan kembali pekerjaannya.

***
Jimin menggigitu kukunya gelisah. Sudah lima menit ia berdiri di depan pintu apartemen Suga, tapi ia enggan untuk memencet belnya.

"Aku harus mengatakannya." Jimin menutup matanya, merapalkan segala doa dalam hati untuk keselamatan diri.

Menghitung dalam hati sebelum memberanikan diri untuk memencet bel yang ada di depannya. Tak menunggu lama, pintu itu terbuka, menampilkan Suga dengan senyuman khas miliknya.

"Ayo masuk." Ucapnya. Jimin perlahan memasuki apartemen itu.

"Aku sangat merindukanmu, Sayang." Memeluk tubuh Jimin dari belakang dan memberikan beberapa kecupan di pundaknya. Jimin hanya diam, tidak merespon apapun dan membiarkan Suga melakukan apapun padanya.

Merasa tidak mendapat respon, Suga menghentikan kecupannya dan membalik tubuh jimin menghadapnya.

"Jimin, ada apa?" Raut wajah Suga yang semula ceria, kini perlahan berubah. Ada sedikit kekhawatiran dalam hatinya.

"Suga, ak....aku ingin bilang sesuatu padamu."

"Katakan."

"Aku merasa hubungan kita salah." Menjeda ucapan untuk sekedar memperhatikan perubahan raut wajah Suga.

"Mak... Maksudku, aku tahu kamu sangat mencintaiku, aku pun juga mencintaimu. Tapi apa yang kamu lakukan itu sudah sangat berlebihan. Aku tidak ingin cintaku membuatmu tersesat, membutmu berubah menjadi monster jahat yang bahkan membuatku tidak mengenalimu."

Diam beberapa saat. Suga terlihat ingin membantah, tapi ia menahannya.

"Jika cintaku membuatmu berubah, aku tidak apa jika harus berpisah darimu."

Ucapan jimin terhenti saat mendengar tawa Suga yang tiba-tiba memenuhi ruang.

"Kau ingin putus dariku?" Tanyanya.

"Bukan, tapi jika itu membuatmu berhenti_"

"Jangan membuat alasan konyol seperti itu. Katakan padaku, kau mulai mencintai suamimu?"

Jimin menggeleng, sejujurnya ia tidak yakin dengan perasaannya. Apakah ia mulai membuka hati untuk suaminya?

"Aku sangat mencintaimu, Jimin. Aku selalu merasa sakit saat sadar jika kau bukan satu-satunya milikku. Aku cemburu bahkan rasanya ingin membunuh pria itu saat ia menyentuh tubuhmu.Kau bisa bayangkan bagaimana tersiksanya aku? Sekarang, setelah semua yang aku lakukan, kau ingin meninggalkanku? Benar begitu?"

Air mata jimin mengalir begitu saja. Hatinya sakit, ia tahu jika ia adalah sumber kesakitan bagi Suga, ia sungguh menyesal, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Aku hanya tidak ingin kamu menjadi monster. Aku tahu aku adalah penyebab rasa sakitmu, maafkan aku. Kau tahu? Aku selalu merasa bersalah saat kamu membunuh orang lain yang tidak bersalah hanya karna alasan pelampiasan. Aku begitu berdosa dan dihantui rasa bersalah. Aku ingin kamu berhenti. Aku tidak mau cintaku melukaimu."

Villain [KV] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang