"Permisi, apa kamu melihat Sejin Hyung?" Tanya Jungkook saat tak melihat sang manager di sekelilingnya.
"Sepertinya tadi keluar. Apa dia tidak bilang padamu?"
"Tidak. Baiklah, terima kasih."
Perasaan Jungkook jadi tidak tenang. Ia takut jika managernya nekat menemui Taehyung dan bicara yang tidak-tidak padanya. Tanpa pikir panjang Jungkook segera mengemasi barang-barangnya dan keluar. Secepatnya ia ingin pulang dan memastikan jika dugaannya tidak benar.
"Ah sial!" Jungkook mengumpat saat teleponnya tidak diangkat. Ia segera memasuki taxi yang baru saja tiba.
"Apartemen Seoul Fores Trimage."
"Baik, Tuan."
Taxi melaju bersamaan dengan Jungkook yang mencoba menelpon manager dan Taehyung secara bergantian. Keduanya sama-sama tidak menjawab membuat Jungkook semakin gusar.
"Hyung, tolong angkat teleponku." Gumamnya tidak tenang. Lagi-lagi hanya suara operator yang dia dengar.
"Tolong percepat, Pak." Ujar Jungkook. Sang supir mengangguk dan menambah kecepatan lajunya.
***
Taehyung menetap nanar apartemen Jungkook. Meski sebentar, kenangan-kenangan indah di dalamnya akan selalu Taehyung ingat. Segala waktu yang pernah ia lewati bersama Jungkook sangat berharga dan akan selalu ia ingat dalam hidupnya."Selamat tinggal, jungkook. Kuharap kamu selalu sukses dan bahagia. Aku mencintaimu."
Menghapus air mata yang mulai jatuh. Taehyung melangkah pergi menuju taxi yang ia pesan dan meninggalkan kompleks apartement Jungkook.
***
"Terima kasih." Setelah memberikan uang, Jungkook segera keluar dan berlari menuju apartemennya. Ia berharap Taehyung masih di sana."Hyung?"
Apartementnya terlihat sepi. Jungkook segera berlari menuju kamar Taehyung dan membukanya. Tidak ada siapa-siapa di sana. Membuka lemari dan melihat sudut kamar. Semua barang-barang Taehyung sudah tidak ada.
"Hyung! Jangan bercanda. Taehyungi Hyung?"
Suaranya menggema di seisi ruang. Mencoba mencari di seisi rumah namun tetap saja, tak ada Taehyung di sana. Ia hanya menemukan sepucuk surat yang diletakkan di atas meja makan. Jungkook mengambil surat itu dan membacanya.
Jungkook, terima kasih.
Aku sangat bersyukur karena Tuhan sangat baik mempertemukan aku denganmu. Saat-saat bersamamu adalah hal terindah dalam hidupku dan aku akan selalu mengingatnya.
Jungkook, maafkan aku.
Aku tahu kamu sangat mencintaiku dan rela melakukan apapun untukku. Aku sangat menghargai itu dan terima kasih. Tapi aku juga mencintaimu dan tidak ingin membuatmu menderita karenaku. Tetaplah berkarier karena kamu sudah mengorbankan banyak waktu, tenaga, dan banyak hal lain untuk mendapatkannya. Aku akan selalu mendukungmu. Bahagialah dan jangan mencariku. Aku mencintaimu.Air mata itu jatuh. Dadanya terasa sesak bahkan sangat sulit untuk sekedar bernapas.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku, Hyung? Katakan, bagaimana aku bisa bahagia jika kamu tidak lagi di sampingku?" Isak tangisnya terdengar menyayat. Segala kenangan indah terus berputar menbuat dadanya semakin sesak. Dunia terasa begitu kejam dan mempermainkannya bagaikan orang bodoh. Baru saja ia merasakan kebahagiaan dan sekarang? Tuhan benar-benar membalikkannya begitu saja.
Dering telepon terdengar. Jungkook segera menghapus air matanya dan mengangkat telepon itu setelah membaca nama yang tertera di layarnya.
"Jungkook, kamu di mana? Kenapa pulang dan tidak memberitahuku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain [KV] ✔️
FanfictionMenjadi idol terkenal di Korea, siapa yang tidak menginginkannya? Tapi kenapa Jungkook begitu bosan dengan dunianya? Apakah hidupnya akan berubah? Jika iya, Jungkook akan sangat senang menjalaninya. WARNING! 🔞 BXB