7

1.3K 129 37
                                    

Jungkook terdiam, meski ia tidak begitu paham dengan maksud ucapan Taehyung. Ia enggan untuk bertanya meski hatinya masih bertanya-tanya.

"Jangan menatapku begitu." Ucap Taehyung diakhiri tawa.

"Maaf." Jungkook langsung mengalihkan tatap ke sembarang arah, menghindari menatap Taehyung.

"Dari awal kita bertemu, kamu orang yang menarik perhatianku. Sangat bohong jika aku tidak menyukaimu."

Jungkook reflek kembali menatap Taehyung, sudut bibirnya tersenyum, begitu juga dengan perasaannya yang kembali menggebu.

"Tapi aku sadar, aku dan kamu sangat berbeda, Jungkook. Mau menyangkal bagaimana pun kita tetap berbeda. Aku orang biasa dan kamu adalah artis papan atas. Selain itu, hubungan sesama jenis seperti ini tidak legal di Korea. Jangan mengambil resiko, jika media tahu, kariermu akan berantakan. Aku tidak mau hal itu terjadi." Menyesap kembali teh yang masih ada di tangan. Sedari tadi Taehyung bicara tanpa menatap wajah Jungkook. Merasa takut melihat kekecewaan dari raut wajahnya.

"Hyung, aku tidak peduli dengan media atau apapun. Bahkan aku rela jika harus berhenti dari dunia keartisan. Aku hanya ingin bersamamu."

Taehyung tersenyum, menatap Jungkook dengan tatapan yang susah diartikan.

"Jangan konyol. Kau hanya terbawa suasana. Tolong jangan gegabah. Aku tidak mau jika kamu menyesal pada akhirnya."

"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Aku benar-benar serius."
Rahang Jungkook mengeras dengan kepalan tangan yang mengerat. Ia tidak suka diragukan atau disepelekan seperti ini.  Ia akan membuktikan bahwa ucapannya tidak main-main. 

"Lusa, ayo ikut ke Korea bersamaku."

"Buat apa?"

"Aku akan buktikan ucapanku."
Melenggang pergi meninggalkan Taehyung yang masih diam menatapnya. Entah apa yang ada dalam kepalanya. Taehyung menghela napas kasar dan melanjutkan kembali kegiatannya.

***

Jimin berjalan mondar-mandir. Ia begitu gelisah dan bingung. Di satu sisi ia ingin Suga berubah dan menghentikan pembunuhan yang ia gunakan untuk pelampiasan. Tapi di sisi lain, ia tidak ingin pisah dengan lelaki yang menyandang gelar sebagai suaminya. Jimin sangat sadar kalau akhir-akhir ini ia sudah menaruh perasaan kepada lelaki itu. Memang ia menikah karena terpaksa, paksaan dari keluarga dan awalnya ia sangat membenci suaminya ini karena menghalangi hubungannya bersama Suga. Tapi sikap baik dan perhatian yang Hobi berikan padanya, ia menjadi jatuh cinta dan nyaman saat bersamanya.

"Aku harus bagaimana?" Lirih Jimin.

Pintu kamar terbuka, Jimin yang kaget reflek menormalkan ekspresi wajahnya seolah tak memikirkan apapun.

"Tumben sudah pulang?" Ucap Jimin. Ia segera menghampiri sang suami, membantu membawakan tas dan jasnya lalu meletakkan di tempatnya.

"Bagaimana kerjaanmu, apakah lancar?" Tanya Jimin seraya menghampiri suaminya kembali. Berdiri di hadapannya dan membantunya membuka dasi yang ia kenakan.

"Ya, semuanya berjalan lancar. Tapi aku merasa sedikit lelah." Keluhnya.

"Mau aku siapkan air hangat atau mau dipijit dulu?" Tawar Jimin.

Hobi menarik pinggang Jimin dan mendekapnya.

"Bagaimana jika keduanya, dan kamu."

Jimin menelan ludahnya kasar.

"Aku merindukanmu." Menyandarkan kepalanya di perut Jimin seraya mengeratkan pelukannya.

"Jimin, apa kamu mencintaiku?"
Pertanyaan tiba-tiba itu membuat jantung Jimin bergetar. Ada perasaan takut dan senang saat mendengarnya.

Villain [KV] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang