•••
Lynne sekarang berada di kediaman keluarga Van untuk menjenguk sahabat nya.
"Pak tolong bukain pagarnya."
"Iya neng." Pak satpam lalu membuka pagarnya.
Lynne turun dari motornya. Ia menuju pintu rumah. Saat ingin mengetuk, terdengar suara ribut di dalam. Lynne pun mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu. Ia mendekatkan telinganya ke pintu.
"Anak bodoh! Sakit sedikit saja kamu sampai tidak sekolah! Mau jadi apa kamu hah?!" Lynne tersentak, itu suara lelaki pikirnya.
Mungkin ayahnya kali ya batin Lynne.
"Aku cuman gak masuk sehari,"
"Kamu gak malu sama kakak kamu? Dia bahkan lagi sakit pun tetep masuk kuliah! Pikir pake otak!"
"Papa gak akan ngerti sama yang aku rasain."
"Iya! Saya gak ngerti sama pemikiran kamu! Anak gak tau diri! Gak bisa jadi nomor satu! Kakak kamu aja bisa! Masa kamu gak bisa!"
"Pah! Bisa gak sih gak banding bandingkan aku sama kakak! Aku itu aku! Kakak itu kakak!"
Plak!
"KAMU MAKIN KURANG AJAR! NGERASA PINTER HAH?!"
Setelah mendengar suara tamparan, Lynne langsung masuk ke dalam. Ia langsung menghampiri Hely yang sedang memegang pipinya.
"Om! Maaf bukan maksud ikut campur, jangan main fisik bisa?" Ia memeluk Hely yang menangis seketika saat melihat nya.
"Siapa kamu? Kurang ajar sekali main masuk rumah orang."
"Tadinya mau ketok pintu, tapi denger ribut ribut. Ya saya denger dulu lah. Pas denger tamparan, saya langsung masuk. Sebagai sahabat yang baik, saya gak terima sahabat saya di pukul." Jelas Lynne dengan tenang.
Lingga, ayahnya Hely hanya memandang datar mereka berdua.
"Awas kamu! Kali ini kamu selamat. Jangan sampai saya dengar kamu berulah lagi." Ujar Lingga penuh penekanan. Kemudian berlalu dari hadapan mereka.
Hely hanya mengangguk takut. Lingga itu penuntut. Ia dituntut jadi nomor satu dalam hal apapun. Salah sedikit, tangan Lingga bisa melayang menuju pipinya. Bahkan, Lingga tak segan untuk melakukan lebih dari itu untuk membuat anak nya menjadi penurut.
Semenjak bercerai dengan ibunya, Lingga semakin merajalela. Hely tertekan. Ia lelah fisik maupun mental. Ia ingin tinggal bersama ibunya, tetapi ibunya tersebut memiliki kehidupan baru bersama keluarganya yang sekarang. Bahkan, ibunya menolak Hely yang ingin tinggal bersamanya.
Bersahabat dengan Lynne, membuat nya dilema. Papanya itu menyuruh nya berbuat hal diluar nalar kepada Lynne, agar hambatan menjadi nomor satu berkurang. Tetapi Hely menolak. Bahkan ia rela di pukuli oleh pria yang berstatus sebagai ayahnya itu karena menolak titahnya.
"Hel, lo gak papa?" Tanya Lynne khawatir.
Hely hanya diam. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak bersuara.
"Gapapa, nangis aja, keluarin biar lega." Ucap Lynne mengerti. Ia tidak tahu apa masalah nya, jadi lebih baik menenangkan Hely terlebih dahulu sebelum memberi opini.
Mendengar Lynne berucap seperti itu, Hely langsung menangis keras.
"Lyn! M-mau tukeran hiks jiwa aja sama lo." Bisa bisanya dalam suasana seperti ini Hely bercanda. Tapi nadanya tak terdengar bercanda.
"Gue, gue capek! Rasanya mau mati aja." Hely berucap dengan rasa keputusasaannya.
Lynne tak bersuara. Ia memilih mendengarkan Hely sembari mengusap punggung sahabatnya itu. Sebenarnya, saat ini ia menahan mati matian air matanya. Ia tak boleh ikutan lemah, ia harus menguatkan sahabat nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/346306773-288-k923764.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lynne Universe!
Roman pour Adolescents••• "Mak! Mau ayah!" "Hah?!" ••• "Kiw cowok!" "Apa cewek?" ••• "Mau... record your voice boleh?" "Of course, boleh. But, why?" "Takutnya gue lupa suara lo." ••• Murni hasil pemikiran sendiri!! Plagiat menjauh!!! Start: 28 Juli 2023 End: --- A story...