Bab 5

256 29 16
                                    

Asa baru saja duduk di ruang istirahat setelah berdiri selama dua jam menemani seorang Ibu muda operasi caesar emergency. Tubuhnya terasa sangat lelah, Ia baru tidur dua jam saat ditelepon jam satu pagi untuk operasi. Setengah mengantuk Asa menatap ponselnya yang terus terusan bergetar. "Ibu".

Ia kemudian melihat jam di dinding, jam enam pagi. Pantas saja Ibu meneleponnya.
"Ya Bu."
Ibu menjawab dengan nada terkejut, "Asa, kamu sudah bangun?" Asa menguap, "Aku di rumah sakit ada panggilan."
Decakan lidah Ibu terdengar jelas, "Ini yang Ayahmu takutkan. Menjadi Dokter Anasthesi akan merusak siklus hidupmu."
Asa menelan ludah, "Ada apa Bu?"
"Bagaimana?"
Asa tahu ini mengarah kemana, "Ya dia baik."
"Ah apa dia tampan ?" Suaranya sungguh penasaran.
"Ya bagiku cukup tampan."
"Ceritakan Asa." Nada Ibu memerintah. Asa meletakan kepalanya diatas meja. "Nanti ya Bu, aku mau pulang, mandi, istirahat."
Ibu melenguh, "Hmm ya sudah. Telpon ibu segera."

Asa berusaha membuka matanya tapi kelopak matanya begitu berat. Ini hari minggu, Rumah Sakit tidak terlalu ramai oleh Dokter dan ruangan ini hanya menjadi miliknya. Dokter Obgyn sudah pulang setelah satu jam observasi pasca operasi dan Dokter anak sedang mengawasi sang Bayi cantik yang beratnya agak kurang dan sedikit kuning.

Tangan Asa lunglai tergeletak di meja menahan kepalanya. Ia sudah membuka baju operasinya dan hanya memakai celana jeans dekil dan sweater coklat bergambar teddy bear. Rambut sebahunya dijepit dengan jedai secara asal. Ia juga hanya memakai moisturiser diperjalanan itupun agar wajahnya tidak terlalu kuyu.

Tiba-tiba Ia teringat sesuatu. Dia membiarkan Fadil digantung selama berjam-jam. Dia menyadari sudah membaca pesan Fadil saat diperjalanan ke rumah sakit namun Ia tak membalasnya, padahal Ia yang awalnya memulai permbicaraan lalu tertidur dan membacanya lalu melupakannya.
Sekarang, penundaan selama enam jam dalam merespons biasanya menghasilkan jawaban sederhana "Tidak apa-apa" dari orang lain, respons yang tampak penuh pengertian, namun dia tidak tahu apakah mereka benar-benar merasa tidak apa-apa. Saat itu, teleponnya bergetar.
Dia memeriksa notifikasi dan melihat pesan dari pria yang ada dipikirannya.

Fadil : Asa apakah kamu tertidur lagi? Kamu membaca pesanku tapi tidak membalasnya.

Asa menatap pesan itu selama beberapa detik, lalu dengan cepat mulai mengetik balasan.
Asa : Maaf, aku semalam ada panggilan emergency. Aku tertidur semalam lalu saat ada panggilan aku membaca pesanmu dan sekarang aku baru sadar belum membalasnya. Kamu baru bangun?
Fadil: Tidak juga, aku agak kurang nyenyak saat kamu hanya membaca pesanku tanpa membalasnya. Apa kamu berubah pikiran?

Asa tertawa geli seperti anak kecil.
Asa : Mengenai?

Fadil terlihat mengetik, berhenti, mengetik, jeda lagi. Asa menikmati moment itu. Dana akhirnya tiga menit kemudian pesan itu muncul.

Fadil : Mengenai saling mengenal😆
Ini terlalu menggemaskan dan dia memakai emoji yang juga menggemaskan.

Asa : Sampai saat ini tidak 😁
Fadil : Ah syukurlah. Kamu tidak terganggu dengan pesanku?
Asa : Tidak sama sekali.
Fadil : Kamu sudah makan?
Asa hampir melupakannya, dan
pertanyaan Fadil tiba-tiba membuatnya sadar bahwa dia lapar. Tapi lebih dari itu, dia kelelahan.
Asa : Biasanya ada sarapan dari rumah sakit. Fadil : Makanlah dulu, lalu istirahat.

Berpikir sejenak Asa tahu ini sebuah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan.

Asa : Apa nanti sore kamu punya rencana?
Fadil : Tidak, kenapa?
Asa : Ada taman baru di Blok M. Aku belum pernah kesana. Apa kamu sudah pernah?
Fadil : Sepertinya belum. Kamu bukannya perlu istirahat?

Asa: Ya tapi aku cenderung tidur nyenyak sebentar lalu terbangun dan tak bisa tidur lagi. Yang penting kualitas tidurnya.

Ia lalu melanjutkan.

Asa : Dalam pekerjaan sebagai dokter, tidur selalu terpengaruh, baik karena panggilan lembur semalaman yang tiba-tiba atau fakta bahwa Anda telah melihat terlalu banyak hal yang membuat sedih. Dampak emosional terkadang menyebabkan kesulitan untuk tertidur. Ini adalah tantangan
yang tidak bisa dihindari dan harus kita
upayakan untuk mengatasinya.

Ini adalah pertama kalinya Asa mengirim pesan panjang. Dengan pesan yang begitu panjang. Dia mengira Asa sudah cukup istirahat dan mungkin punya waktu luang untuk mengobrol sekarang.
Fadil: Aku setuju denganmu mengenai kualitas tidur. Akupun begitu waktu tidurku terbatas dan apabila aku lelah aku bisa deep sleep dimanapun.

Asa : Begitulah bekerja di pelayanan masyarakat bukan?

Fadil : Betul dan tak semua memahami hal itu.

"Pagi Dokter Asa." Tiba-tiba seorang suster muda yang sedang berjaga di Emergency masuk ke ruangan itu.
"Ya suster." Asa memutar tubuhnya sambil memegangi ponsel.
"Dok, ada kiriman susu hangat dan roti untuk
Dokter." Ia menaruh bungkusan coklat di atas meja. "Terimakasih suster." Asa tersenyum pda suster muda itu.
Asa lalu menatap sebuah kertas dan melihat beberapa baris tercetak rapi dengan tinta hitam di catatan pesanan: "Mengingat bekerja lembur hingga larut malam akan membuat merasa sangat lelah, segelas susu hangat akan membuat tubuhmu lebih segar. " -Fadil-

Asa menatap tanda terima dan tidak bisa menahan senyum. Di pesanannya jelas tertulis: Susu Coklat Hangat x 1
Susu Hangat x 1
Susu Tanpa Gula x 1
Roti Coklat x 1
Roti Kosong x 1

Dia membuka whatssapp untuk menghadapinya.
Asa : Tiga gelas susu berbagai rasa, salah satunya pasti aku suka
Fadil : 😂😂 Aku belum tahu rasa kesukaanmu. membeli semua rasa favorite adalah jalan ninjaku.
Asa : FYI aku suka susu plain dan roti tanpa isian. Dan bolehkah aku memberikan yang lain untuk teman-teman disini?
Fadil : Tentu saja. Jadi nanti sore aku jemput?
Asa : Aku akan memberikan alamatku.
Fadil : Baiklah, aku tunggu.
Asa : oh ya, terimakasih 🙂
Fadil : 😎😎 My Pleasure

Asa mengigit bibirnya lalu memgangi pipinya yang terasa hangat. Dia punya kencan sore ini dan ini membuat jantungnya berdegup sangat kencang.

Between Lie and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang