"Oy cil." Reyhan yang mendengar seseorang sedang berteriak pun menoleh. Ada Jenandra yang tengah melambaikan tangan ke arah nya. "Gue manggil elo cil. Heran univ bisa nerima bocah SD disini"
Dengan wajah garangnya Reyhan menendang tungkai Jenandra. "Bangsat lo."
"Awsh, sakit bego." Adu Jenandra, meskipun kecil tenaganya tidak main-main.
"Ngapain lo disini?" Wajar jika Jenandra bertanya begitu, pasalnya Reyhan celingukan di fakultas seni, Reyhan sendiri berada di fakultas kedokteran semester 4.
"Bukan urusan lo." Balas Reyhan sewot. "Minggir." Dengan tidak berperasaan lelaki mungil itu menyenggol bahu Jenandra tapi apa daya badan nya lebih kecil berakhir ia yang mental.
"Naren gak ada kelas hari ini." Sebenarnya Jenandra sudah menebak jika Reyhan sedang mencari Narendra. Ia hanya basa basi menggoda karena Reyhan selalu seperti musuh jika dengannya. Apa salah Jenandra coba?
Reyhan mengernyit, ah ia baru ingat hari selasa Narendra memang tidak ada kelas. Dengan segera ia mengambil ponsel untuk menghubungi Narendra. Beberapa kali ia coba menelfon tapi tidak di angkat.
"Naren lagi istirahat. Gak enak badan." Jenandra bersuara.
Sedangkan Reyhan mendelik jika begini sudah dipastikan jika Narendra ada di apartemen lelaki depannya. "Mangkanya kalo ngewe jangan kasar-kasar." Hardik Reyhan pada Jenandra. Untung sedang sepi jadi tidak ada yang mendengar selain Jenandra "Heran punya hormon kelebihan banget. Padahal jalangnya banyak kenapa harus Nana sih." Gerutu Reyhan sambil berjalan menjauh dari Jenandra.
°°°°°°
Hampir pukul 7 malam Jenandra baru sampai apartemennya. Sebenarnya sore tadi ia sudah selesai kelas tapi ia nongkrong dulu di base camp.
Dengan langkah cepat Jenandra memasuki apartemennya, sebelah tangannya membawa martabak yang ia janjikan pada Narendra tadi siang.
Kosong.
Semua ruangan di apartemennya kosong, Narendra tidak ada disini. Mendudukkan diri di sofa ruang tengah Jenandra mengambil ponsel untuk menghubungi Narendra.
Menghela nafas kasar dan melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Narendra bersama Reyhan sudah dipastikan jika lelaki itu akan melupakannya. Entahlah Jenandra tidak suka di abaikan oleh Narendra. Jenandra hanya ingin jadi prioritas dari seorang Narendra maka apapun akan ia lakukan.
Mengusak rambutnya kasar. Jenandra marah. Padahal ia tahu dengan jelas bahwa Reyhan hanya sahabat kecil Narendra.
Jenandra tidak tahu dengan perasaannya. Ia menyakini bahwa ia stright, masih suka perempuan berdada besar.
°°°°°
Malam dan pantai adalah perpaduan yang sempurna. Bulan purnama bersinar dengan terang bintang dengan indahnya bertebaran.
Dua remaja tengah menikmati angin pantai di malam hari. Narendra dan Reyhan.
"Udah gue bilang biar gue temenin. Kenapa lo masih maksa dateng sendiri kemarin?" Ucap Reyhan dengan memandang lautan di depannya.
"Tahun lalu mereka gak dateng. Gue kira tahun ini gak dateng lagi, jadi gue kesana lebih dulu. Gue udah terlalu banyak repotin lo." Balas Narendra memandang bintang dilangit.
"Arrghh kenapa gak minta dianter Jeno sih?" Dengan sedikit kesal Reyhan bertanya.
"Semakin sedikit yang tau akan semakin baik Rey."
Reyhan tolehkan kepalanya pada Narendra, sahabatnya itu tersenyum sembari mengatakan hal tadi. Ia bawa Narendra dalam pelukannya, tak berselang lama Narendra menangis dan meraung keras, membiarkan Narendra menumpahkan sakitnya untuk sejenak.
Selalu seperti ini. Narendra yang terlihat ceria. Narendra yang terlihat begajulan. Narendra yang terlihat bebas. Menyembunyikan luka yang begitu dalam.
°°°°°°
Suasana basecamp "Ethernial" terasa mencengkam. Tidak ada yang berani berbicara ataupun bergerak lebih. Sejak Jenandra tiba wajahnya sudah memerah padam menahan amarah. Bahkan Rania, perempuan yang dikabarkan dekat dengannya ia bentak hingga berakhir pulang.
Narendra tidak ada kabar selama 2 hari. Terakhir kali ia mengatakan sedang bersama Reyhan. Ia sudah berusaha mencari Narendra ke apartemennya tapi tidak ada, bertanya pada Meysa kekasih Narendra pun tidak tahu keberadaan lelaki tersebut. Tempat Narendra biasa nongkong pun tidak ada. Bahkan Reyhan juga ikut menghilang. Jenandra kalang kabut mencari Narendra, ditambah Rania yang sedari tadi merengek membuat ia pusing. Meledak sudah amarahnya.
"Tegang amat suasananya. Kayak lagi sidang." Narendra tiba-tiba masuk ke dalam basecamp.
Sedikit bernafas lega. Jika Jenandra marah hanya Narendra yang mampu meredakannya. Itu adalah hal yang sudah di ketahui semua anggota Ethernial.
"Kalo kebelet boker sana ke belakang." Canda Narendra menghampiri Jenandra. "Muka lo serem Jen kalo gitu." Ia mendudukan diri di sebelah Jenandra.
Raut wajah Jenandra sedikit melunak daripada tadi sehingga anggota nya memilih untuk menyingkir ke ruangan lain. Takut macannya ngamuk.
Narendra menyamankan posisi duduknya, asik bermain game di ponselnya.
Grep
Jenandra tiba-tiba memeluknya dari samping "Dari mana?" Ia dusalkan wajahnya di ceruk leher Narendra.
"Lepas nanti anak-anak lihat bego." Narendra berusaha melepas pelukan Jenandra. Tapi tenaganya jelas kalah Jauh.
"Gak ada. Yang lain ke depan." Balas Jenandra masih asik mengendusi leher Narendra.
"Sesek age." Dengan dorongan kasar pelukan Jenandra terlepas.
Aska yang baru saja tiba ikut duduk di diruangan yang sama dengan Jenandra dan Narendra. "Dicariin Meysa, lo ngilang udah 3 hari njing." Umpat Aska pada Narendra.
"Biasa lagi ada urusan sama pak dokter cantik." Jawab Narendra sedikit menggoda Aska. Aska suka Reyhan tapi dengan teganya Reyhan menolaknya mentah-mentah.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Friend With Benefit
Romance"Jenandra mesum Dirgantara, lepasin gue bangsat." Narendra Alfareez. "Jie lain kali gak boleh julid." "Jie gak suka, bos buna galak." Jiandra Alfareez. "Om bos jangan galak-galak nanti cepet tua." "Ssstt gak boleh ngumpat sama atasan Na." Jenandra D...