03

355 33 0
                                    

"Jangan melamun." Peringat lelaki manis, Dimas. Ia membawa dua gelas coklat panas satunya ia serahkan pada Narendra.

Yaa Narendra tadi melamun di teras rumahnya lebih tepatnya rumah Dimas. Hari sudah larut tapi ia merasa nyaman berada di luar dengan memandangi bulan dan bintang. Rumahnya tidak terlalu luas memang tapi sangat nyaman.

Dimas lelaki manis berusia 37 tahun yang berstatus adik bundanya itu tersenyum teduh. "Kalau kamu gak mau nrima tawaran pekerjaan itu gapapa, kamu bisa mengurus cafe sama uncle seperti dulu. Penghasilan cafe cukup untuk kita."

Narendra tampak berfikir jika ia mengurus cafe bersama Dimas ia tidak enak dengan lelaki tersebut, cafe tersebut dibangun oleh mendiang bundanya tapi semenjak ia pergi keluar negri ia sudah memberikan hak milik cafe sepenuhnya pada Dimas. Bukankah tidak pantas jika sekarang ia ikut mengambil alih. Tabungan yang ia miliki pun jika digunakan terus menerus akan habis belum lagi kebutuhan Jian yang nantinya bertambah besar.

"Nana udah nerima tawarannya uncle." Balas Narendra dengan senyumnya. "Lusa Nana akan pergi ke perusahaan. Lagian sayang banget perusahaan besar kok ditolak. Itung-itung jalur orang dalam." Canda Narendra.

Dimas paman Narendra ini sudah berkelurga. Seminggu yang lalu Narendra baru menginjakkan kakinya di Indonesia lagi setelah sekian lama jadi untuk sementara waktu ia akan menumpang di rumah pamannya selagi mencari tempat tinggal.

"Yaudah nanti kalau kamu kerja Jian kamu bawa ke cafe aja biar uncle yang jaga, banyak karyawan juga disana. Atau kalau nggak bisa titipin ke Wendy kalau dia pulang sekolah." Saran Dimas. Wendy adalah putri semata wayangnya yang masih menginjak bangku SMA.

"Siap uncle. Nana juga masih nyari sekolah buat Jian. Tadi Reyhan sempat ngasih rekomendasi rencananya besok Nana mau survey sama Reyhan." Balas Narendra dengan menyeruput coklat panasnya.

Dimas mengangguki perkataan Narendra "Eh kemarin lusa Jian main sama Havis? Kok tante gak tau."

"Iya tan, pagi Havis dateng ke cafe eh Jiannya ngerengek minta ikut alhasil Jian di ajak main sama Havis." Dimas hanya ber oh ria pantas saja ia tidak bertemu lelaki berambut panjang itu.

Setelahnya kedua submisif itu berdiam dengan pikirannya masing-masing memandang bulan yang tampak sangat terang malam ini.


°°°°°°


"Gimana cocok sekolahnya?" Tanya lelaki manis bertubuh mungil, Reyhan arga sahabat Narendra dari kecil.

"Semuanya oke sih. Tapi gue tanya Jian dulu." Balas Narendra.

"Buunaaaa." Jian berlari menuju Narendra dan Reyhan. Di ikuti perempuan yang umurnya sekitar 30 tahunan

Narendra berjongkok menyamakan tingginya dengan sang putra "Jian suka sekolahnya?" Dengan semangat bocah 4 tahun itu mengangguk.

Sedari pagi Narendra dan Reyhan survey sekolah untuk Jian. Tiga tempat sudah mereka lihat tapi belum ada yang cocok, ini yang ke empat dan syukurlah tempat ini cocok pun searah dari apatemen ke kantor Narendra.

Reyhan membawa Jian ke dalam gendonganya, "Jie mau eskrim?" Tawar Reyhan.

"Mau mau!" Balas Jian dengan antusias "Tapi Jie gak mau kalau di suluh boong ke uncle Gio nanti hidung Jie jadi panjang." Lanjut Jian dengan memperagakan tangannya panjang seberapa.

Reyhan menyemburkan tawanya, ternyata anak ini masih mengingat kerjadian 1 tahun lalu ketika di London. Waktu itu Reyhan menjanjikan akan membelikan Jian eskrim jika Jian mau bilang ke Gio kalau Reyhan sedang sakit, padahal itu hanya akal-akalan Reyhan supaya Gio perhatian padanya. Gio adalah kekasih Reyhan, lelaki jakung itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga terkadang melupakan kekasih kecilnya membuat Reyhan jadi dongkol sendiri.

Narendra menghampiri Reyhan setelah menyelesaikan administrasi, "Ngetawain apa sih lo?" Tanya Narendra seraya mengambil Jian dari gendongan Reyhan.

"Buna, uncle Ley cuka bohong jadi badannya kecil gak besal besal." Bisik Jian pada Narendra.

Tapi namanya juga anak-anak niat hati ingin berbisik tapi suaranya sangat lantang sampai Reyhan pun mendengarnya. Narendra pun membulatkan matanya, sedangkan Reyhan langsung menghentikan tawanya. "Gini nih julid nya anak lo, mirip bapaknya." Gerutu Reyhan.

Narendra hanya tertawa menanggapi gerutuan Reyhan sudah tidak asing lagi bagi telinga mereka jika bocah kecil ini suka sekali julid.

"Gue sama Jian mau ke bagian camilan dulu ya." Reyhan berlalu meninggalkan Narendra yang sedang sibuk memilih berbagai macam bahan dapur.

Mereka sedang berada di mall setelah menemukan sekolah yang cocok untuk Jian, Narendra dan Reyhan memutuskan untuk makan siang di mall sekalian berbelanja beberapa furniture untuk apatemen baru Narendra. Hari sudah menjelang sore jadi Narendra mengakhiri sesi belanja furniture tinggal belanja bahan makanan untuk satu bulan ke depan.



°°°°°



Seorang lelaki tampan tampak tengah berjalan dengan tegas, melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher. Banyak pasang mata menatapnya dengan menggoda tapi ia abai akan sekitar. "Apalagi jadwalku setelah ini?" Tanya nya pada si asistennya.

"Jadwal anda kosong sampai malam tuan. Tapi Tuan Jeffrey meminta anda untuk datang ke mansion." Ucap asistennya sopan.

Jenandra menghentikan langkahnya ia seperti menangkap siluet seseorang yang ia kenal.

"Apa anda mendengar saya? tuan? tuan muda?" Surya asisten sementara Jenandra, menepuk pundak si bos.

Jenandra menoleh "Anda melamun?" Tanya Surya. Jenandra tidak menanggapi pertanyaan Surya, ia mengalihkan pandangannya ke arah yang ia lihat tadi. Tidak ada siapapun, Jenandra celingukan. "Anda mencari apa tuan" tanya Surya. Jenandra menggelengkan kepalanya. Mungkin ia hanya kelelahan hingga berhalusinasi tidak mungkin dia ada ditempat seperti ini. Batin Jenandra.

Jenandra melanjutkan langkahnya menuju basement. Ia akan menginap di mansion saja malam ini, tubuhnya terasa lelah.










 Ia akan menginap di mansion saja malam ini, tubuhnya terasa lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reyhan Arga
Uncle cantik kesayangan Jie
































Halloha maaf kalau masih banyak typo 🙏
Jangan lupa vote dan komen.

Ex Friend With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang