04

271 33 0
                                    

Truk pengangkut barang meninggalkan sebuah apartemen mewah di Jakarta. Setelah selesai menurunkan dan menata barang sang pemilik.

"Nih." Narendra menyerahkan segelas jus jeruk pada lelaki yang tengah duduk selonjoran di ruang tamu apartemennya. Lelaki tersebut menerima kemudian meminumnya hingga tandas.

"Makasih Vis udah bantu pindahan. Gue banyak banget deh ngerepotin elo." Narendra ikut duduk di sebelah lelaki tadi.

Havis Gavinda lelaki yang mempunyai bibir sexy dan rambutnya sedikit panjang, berusia 26 tahun itu tersenyum "Kayaknya tugas gue emang direpotin sama lo." Narendra melotot kemudian memukul lengan Havis agak keras membuat sang empunya mengadu kesakitan dengan tertawa.

"Iiiih buna, papinya jangan dipukul." Jian datang dari arah pintu apatemen bersama Dimas, bocah kecil itu berlari menuju Havis kemudian memeluknya dengan posesif. "Hai boy." Havis balik memeluk bocah menggemaskan tersebut.

"Jie gak mau lihat kamar Jie?" Tanya Dimas, sebenarnya ia tidak rela membiarkan Narendra tinggal berdua dengan Jian tapi mau bagaimana lagi ponakannya tetep kekeh dengan keinginannya.

"Papi ada hadiah buat Jie karena Jie besok mau sekolah." Ucap Havis menunduk pada bocah tersebut.

"Oh yaa. Mana pi mana Jie mau lihat." Bocah 4 tahun itu tampak sangat antusias.

"Ada di kamar Jie." Jawab Havis dengan gemas. Tanpa menunggu lama Jian melompat turun dari pangkuan Havis dan berlari menuju kamarnya berada diikuti oleh Dimas dibelakangnya.

Narendra hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah laku putranya. "Jangan terlalu manjain Jian Vis. Nanti jadi kebiasaan." Peringat Narendra.

Raut wajah Havis yang tadi nya sumringah berubah menjadi serius "Jian anak gue juga Na." Balas Havis dingin.

Suasana tampak canggung diantara mereka berdua. Sampai Jian datang sambil membawa robot ditangannya "Waaah makasih robotnya papi." Jian memeluk sayang Havis. Suasana kembali mencair dengan adanya Jian.



°°°°°°


Pagi ini Narendra disibukkan dengan rutinitas yang biasa ia lakukan di London. Mulai dari bangun pagi menyiapkan sarapan kemudian membangunkan Jian. Setelah mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan Jian lelaki cantik tersebut duduk di depan Jian yang tengah memakan sarapannya.

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Untunglah sekolah sekaligus penitipan anak untuk Jian searah ke perusahaan Dirgantara jadi ia tidak perlu repot-repot untuk berbalik ataupun putar arah. Ini adalah hari pertama ia bekerja dan juga hari pertama Jian pergi sekolah.

"Jie udah siap?" Tanya Narendra pada putranya yang telah selesai mengikat tali sepatu.

"Siap bunaaa." Jian membuat gerakan hormat pada sang bunda, terlihat sangat bersemangat.

Ketika membuka pintu Narendra dikagetkan dengan sesosok lelaki tampan yang sepertinya sudah menunggu sejak tadi.

"Papiiiii." Jian berhambur ke pelukan Havis dengan gesit lelaki tampan itu menggendongnya.

"Ganteng banget anak papi. Udah siap sekolahnya?" Havis berjalan menuju basement dengan menggendong Jian diikuti Narendra di belakangnya.

"Siap dong papi. Jie kan anak hebat." Jian membanggakan dirinya senyumnya sangat lebar.

Setelah sampai di basement Havis hendak membuka pintu mobilnya tapi ditahan oleh Narendra. "Kok pakek mobil lo?"

"Ini hari pertama lo kerja juga kan. Ayok gue anter." Ajak Havis

Narendra menggeleng "Gausah Vis kantor lo berlawanan arah. Jie biar sama gue aja." Ia berusaha mengambil Jian dari gendongan Havis.

Havis menghadap Narendra dengan tetap mempertahankan Jian di gendongannya "Ini hari pertama Jian sekolah, gue pengen ada buat dia." Havis tatap mata bulat cantik itu, kemudian Havis berjalan menuju mobil Narendra yang terparkir tidak jauh dari sana. "Pake mobil lo aja kalo gitu, ntar biar sopir anter mobil gue ke sekolah Jian." Narendra menyergitkan keningnya ketika Havis menengadahkan telapak tangannya " kunci mobil lo mana? biar gue yang nyetir."

Dengan kaku Narendra menyerahkan kunci mobilnya. Tidak ada gunanya mereka berdebat malah yang ada ia dan Jian akan terlambat. Kemudian ia duduk di bangku samping kemudi. Jian sudah anteng duduk di bangku belakang. Perjalanan di isi dengan celotehan dan nyayian ceria dari bocah 4 tahun tersebut.

"Lo yakin gue tinggal disini?" Havis mendengus ini sudah pertanyaan ketiga yang lelaki cantik ini lontarkan padanya.

"Bentar lagi sopir gue dateng, udah sana berangkat jangan sampe telat di hari pertama kerja." Havis mendorong Narendra untuk segera masuk ke dalam mobil.

Dengan berat hati Narendra memasuki mobilnya dan meninggalkan Havis di area sekolah Jian. Semoga saja supirnya segera datang. Batin Narendra.

Narendra sampai di depan gedung megah. Sangat besar itulah yang ada di otaknya sekarang. Setelah menyetujui penawaran Jonnathan tempo hari, Narendra diminta untuk datang ke kantor hari ini pukul delapan pagi. Masih tersisa 10 menit lagi. Ia heran kenapa hari pertama selalu berhasil membuat ia gugup. Setelah menetralkan kegugupannya pemuda tersebut datang ke meja resepsionis.

Banyak tatapan karyawan yang ditujukan padanya. Ini pertama kalinya mereka melihat pemuda manis sekaligus cantik mampir di kantor ini selain Harsa. "Permisi mbak, ruangan pak Jeffrey sebelah mana ya?" Narendra berusaha sesopan mungkin meskipun tatapan sang resepsionis seperti menilainya dari atas sampai bawah. Apa ada yang salah dengan penampilannya? Batin Narendra.

"Apa anda sudah membuat Janji nona?" Resepsionis tersebut menjawab dengan senyumnya. "Ah maaf saya lelaki mbak." Balas Narendra dengan meringis, agaknya ia sedikit dongkol kenapa setiap orang baru bertemu dengannya selalu mengira ia perempuan. "Saya sudah membuat janji mbak. Atas nama Narendra."

Si resepsionis tersenyum ramah kemudian mempersilahkan Narendra untuk mengikutinya, tadi Jeffrey sudah berpesan jika akan ada tamu bernama Narendra di minta untuk langsung ke ruangannya.





















Si resepsionis tersenyum ramah kemudian mempersilahkan Narendra untuk mengikutinya, tadi Jeffrey sudah berpesan jika akan ada tamu bernama Narendra di minta untuk langsung ke ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Havis Gavinda
Papinya kesayangan Jie











Jangan lupa vote dan komen.

Ex Friend With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang