Prolog

3K 216 15
                                    




"Di jok belakang, ada Ipad saya. Tolong ambilin dan bukain Zoom."

"Oke sebentar.... Udah Pak."

"Lihatin di Whatsapp, chat teratas. Meeting ID dan passwordnya ada di situ."

"Tapi Pak... ini chat teratas kayaknya dari isteri Bapak deh?"

"Ya berarti yang ada di bawahnya, gitu aja kamu gak tau?"

"O...oke Pak." Maria diam-diam mencubiti pahanya sendiri. Dia akan melewati penyiksaan dari Biantara lagi yang bisa saja terasa lebih sakit daripada cubitan-cubitan ini.

Setelah berhasil masuk ke dalam meeting online di Zoom, Maria meletakan Ipad itu di dashboard mobil. Biantara masih sibuk menyetir sambil mendengar jalannya Rapat Umum Pemegang Saham secara daring. Ia juga sesekali menyesap kopi hitamnya.

Di saat seperti itulah Maria baru bisa menyenderkan punggungnya dan bernapas. Walaupun belum lama ia merasakan ketenangan itu, tiba-tiba saja Biantara Darmawan Yuswanto menyodorkan gelas kopi ke depan hidungnya. "Pegangin bentar, saya mau cari e-toll."

Padahal kan bisa langsung dia taro aja kopinya di drink holder ya Yuswantooo!!!

Bian grasak-grusuk mencari kartu berwarna hitam di sekitarnya yang setelah ketemu, ia pakai untuk membayar tol. Mobil kembali berjalan, "tolong dong unmute Zoomnya, biar kalau tiba-tiba saya mau bicara bisa."

Maria memutar bola matanya tapi tetap menurut untuk menekan layar Ipad dengan sembarang. Saat ini ia sedang menahan dirinya untuk tidak tiba-tiba berteriak frustrasi.

"Thankyou."

Gak usah tengkyu tengkyu deh! Pala lo pengen gue geprek tau gak!

Sepertinya gerutuannya cukup kasar untuk membuatnya segera merasakan kualat. Maria sedang dalam posisi tidak siap untuk sebuah gas atau rem mendadak. Ingat dia sedang memegang segelas kopi panas milik Pak Bos?

Jadi ketika Biantara mengerem mendadak untuk menjaga jarak dengan truk di depan, Maria bisa melihat adegan slow motion seperti di film-film dengan matanya, ketika cup kertas berisi kopi panas di tangannya itu terbang dan mendarat di paha Biantara.

"MAAF PAK!!"

"Maria! Astaga! Kamu mau bakar paha saya?!"

Maria segera melepas seatbeltnya untuk mengambil tisu, dan membungkuk membantu menyeka jok mobil sebelahnya tempat Bian duduk, yang basah oleh tumpahan kopi hitam panas. "Maaf Pak, saya gak tau Bapak bakal rem mendadak!"

"Maria—"

"Maafin saya Paaaak! Saya gak senga—"

"Sepertinya kamu bukan unmute Zoom meeting saya tadi ya? kamu malah nyalain camera."

"Hah? Enggak kok Pak, tadi saya—" tidak ada alasan bagi Maria untuk berkilah, karena ketika ia mengangkat kepalanya dari bawah dan sama-sama mengamati layar Ipad, Bian memang benar, Maria salah menekan layar.

Dan saat ini, semua mata partisipan meeting itu terlihat sedang menatap apa yang terjadi dengan tatapan tidak percaya. Tentu saja mereka semua kaget. Siapapun akan salah paham jika melihat kepala Maria yang baru saja terangkat dari paha Bian, berikut ekspresi kepanasan Bian yang juga  terlihat ambigu.

Dan apapun yang sedang mereka semua bayangkan dalam pikiran sekarang, pasti adalah sebuah adegan tidak senonoh menjijikan yang dilakukan Bian dengan Maria di dalam mobil.

***


Meet the main character vibes:

Meet the main character vibes:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dunia ini Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang