Maria melompat ke laut, berenang sekuat yang ia mampu ke dasar, sebelum kembali lagi ke permukaan dan melempar senyum pada Bian di atas yacht. "Cupu!"
Lelaki yang hanya berdiri dengan kaca mata hitam nya dan sama sekali tidak berniat ikut berenang bersama Maria itu hanya mengangkat bahu tanda ia tidak peduli akan ledekan Maria. "Hati-hati berenangnya," ucap Bian, sambil sesekali memandangi Maria dari atas.
Waktu luang yang sama-sama Bian dan Maria miliki kali ini, mereka gunakan untuk berwisata ke Hawaii. Tadinya Bian berniat mengajak Maria pergi liburan ke Eropa untuk ke sekian kalinya, agar ia sekaligus bisa bertemu dengan kawan-kawan lamanya. Tapi kali ini Maria menginginkan suasana tropis dan mengajak berlibur ke Labuan Bajo saja. Walau pada akhirnya destinasi liburan yang mereka pilih adalah Hawaii, yang kebetulan merupakan paket honeymoon hadiah pernikahan dari teman Bian.
"Sini dong, turun!"
"Males berenang."
"Payah. Huuu!"
Maria tertawa saat Bian membalas ledekannya kali ini dengan menjulurkan lidah. Lelaki itu kemudian melirik arlojinya sebelum berucap lagi pada Maria, "Maria, kita harus balik ke hotel sekarang kalau gak mau telat nonton resitalnya malem nanti."
"Bentar lagi Bi, lima menit."
"Yaudah kamu di situ aja ya. Kalau kamu gak naik sekarang, yatch nya pulang ke dermaga."
"Yaudah sana, gak ada yang larang kok. Hush! Hush! Awas aja kalo nanti nyese—ADUDUH!"
Maria berusaha tetap berenang hanya dengan satu kaki kala sebelah kakinya tiba-tiba terasa keram. Beberapa kali ia berusaha tetap mengapung di permukaan, tapi air laut yang tidak tenang ini membuatnya beberapa kali gagal berada di permukaan untuk bisa menarik napas. "BI! KAKI AKU KERAM!"
"MARIA! KAMU JANGAN BERCANDA YA!"
Tidak ada waktu untuk meladeni ucapan Bian itu karena Maria sendiri sedang sibuk berusaha untuk tidak tenggelam. Ia terbatuk-batuk karena banyak air asin yang tidak sengaja tertelan.
Maria bahkan tidak sadar kala seseorang sudah lompar ke laut untuk berenang dan menyelamatkannya, ia hanya ingat ketika ia sudah sadar kembali, dirinya sudah berada di atas yatch, berselimut beberapa handuk tebal.
Dadanya terasa luar biasa sakit, mungkin efek dari terlalu banyak menelan air laut dan juga tindakan CPR yang sepertinya dilakukan padanya tadi. Kepala Maria terasa berat dan pandangannya buram, tapi ia tau Bian yang basah kuyup sedang berdiri di hadapannya dengan raut panik. "Maria, kamu udah sadar? Bisa denger suara aku kan?"
Maria mengangguk. Lalu ia mendengar Bian menginstruksikan agar yacht mereka segera kembali ke daratan.
"Bi," panggilnya pada Bian.
"Kenapa? Kamu butuh sesuatu? Bentar lagi kita sampai ke dermaga dan langsung ke rumah sakit terdekat."
"Aku gapapa. Kalo kita ke rumah sakit, resitalnya gimana?"
"Batal. Kita batal pergi ke sana."
Maria menggeleng, "aku mau nonton resitalnya."
"Maria, gimana bisa kita nonton itu kalau kamu baru aja tenggelam?"
"Itu kado pernikahan kita dari temen kamu, aku gak mau sia-sia-in. Lagipula, aku gapapa kok. Nanti malem pasti udah baik-baik aja. Aku cuma—"
"Cuma baru aja hampir tewas tenggelam di laut. Iya kan?"
"Bi..."
"Terserah kamu lah! Aku males ladenin orang kepala batu!"
Dengan guratan kes di wajahnya, Bian menerima handuk dari awak kapal, dan segera berlalu pergi untuk berganti baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia ini Milik Kita
Romance(SUDAH TAMAT) Gara-gara gosip menyesatkan yang tersebar mengenai dirinya dengan salah satu Direktur di tempatnya berkerja, Maria terlempar masuk ke dalam kehidupan Biantara. Sejak saat itu semuanya terasa bagai di neraka baginya. Dia ingin kabur, t...