Kini Maria sudah berada di dalam mobil Bian sendirian setelah lelaki itu pergi ke minimarket terdekat. Maria bisa saja kabur sekarang, tapi dia takut Mobil Bian yang tidak terkunci ini dibawa kabur oleh orang jahat dan dia akan diminta ganti rugi. Lagipula perutnya masih terasa mual.
Bian kembali lagi dengan sebuah tas belanja yang ia serahkan pada Maria berisi minyak kayu putih, air mineral, dan mouthwash. "Makasih Pak."
"Jangan ngomong sama saya sebelum kamu kumur-kumur."
Maria menurut, dan setelah selesai melakukan sesuai apa yang Bian perintah ia baru bisa berucap, "Makasih Pak."
Bian yang kini sedang sibuk dengan Ipadnya hanya berdeham mengiyakan. Melihat Bian begitu membuat Maria tidak sadar mulutnya langsung berucap lagi, "Please jangan suruh saya nyalain Zoom meeting Bapak lagi, atau paling enggak kalau Bapak mau meeting online saya mendingan keluar dari mobi—"
Bian terlihat langsung mematikan Ipad dan meletakannya di jok belakang. "Saya gak ada meeting kok, cuma periksa beberapa email yang masuk."
"Maaf Pak, saya masih ada trauma dikit." Bian tidak menyahut saat Maria berucap seperti itu, jadi Maria membuka topik lagi, "Bapak ngapain cari saya sampai sini?"
"Saya gak cari, kamu muncul sendiri."
"Oh jadi kebetulan." Maria mengangguk-angguk. "Bapak tau kan kalo ada karyawan yang ga masuk-masuk tanpa kabar kayak saya gini artinya apa?"
"Apa?"
"Artinya emang minta dipecat, alias kabur."
"Better resign daripada dipecat. Pengalaman kerjamu bisa ditulis di CV untuk ngelamar kerjaan baru. Kalau dipecat, mana ada yang mau terima."
Maria hanya mengangkat bahunya, sudah jelas ia tidak akan memberitahukan bahwa ia tidak bisa menampakkan wajahnya di kantor lagi setelah semua orang mengenalinya sebagai si perek hyper sex.
"Saya sengaja usahain supaya kamu pindahnya ke divisinya Kezia, karena saya tau dia orang seperti apa. She's a good leader."
Sebenarnya Maria sempat bingung apakah sosok di sebelahnya benar-benar seorang Yuswanto yang bisa tiba-tiba berubah jadi tidak menyebalkan dan tidak menyengsarakan begini.
"And you're not?"
Rasanya seperti menggali kuburannya sendiri dengan bertanya begitu, tapi Bian justru menjawab, "i think so. Rumahmu di mana? Saya anter sebelum saya balik ke kantor."
"Eh? Gak usah Pak."
Tapi Bian tetap melajukan mobilnya. "Tadi pagi saya dengar beberapa karyawan yang gosipin kamu. Yang begituan gak usah didengerin."
Pantas saja Bian tiba-tiba baik, ia pasti sedang merasa bersalah karena Maria harus melewati semua hal ini hanya karena terlibat dengannya.
"I..iya Pak."
"Seminggu ya."
"Seminggu apanya Pak?"
"Saya cuma bisa bantu kamu seminggu. Saya bakal bilang ke Kezia kamu sakit dan perlu istirahat seminggu. Dalam seminggu itu, kamu punya waktu yang cukup untuk benar-benar mikirin mau berhenti atau tetap lanjut kerja. Ya itung-itung sekalian istirahat juga lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia ini Milik Kita
Romance(SUDAH TAMAT) Gara-gara gosip menyesatkan yang tersebar mengenai dirinya dengan salah satu Direktur di tempatnya berkerja, Maria terlempar masuk ke dalam kehidupan Biantara. Sejak saat itu semuanya terasa bagai di neraka baginya. Dia ingin kabur, t...