23

631 83 2
                                    

Maria sudah berada di kediaman Biantara pagi ini, karena lelaki itu mengabarinya bahwa Bi Sumi izin cuti untuk mengantar cucunya ke pesantren di suatu Kabupaten di provinsi Banten hari ini. Maria meletakkan bubur yang masih panas di atas meja makan tempat Bian sedang sibuk bersin-bersin sambil menyeka air yang keluar dari hidungnya. Wajah lelaki itu terlihat pucat dan memerah saat sedang sakit begini.

Satu suap yang Bian sendokkan ke mulutnya membuatnya meringis, "aduh, panas."

Maria mengambil sendok dari dapur dan ikut mengaduk-aduk bubur Bian agar cepat dingin. Di saat itu, tanpa ia sangka-sangka, seseorang mengetuk pintu rumah Bian dan mereka berdua datang ke depan untuk membuka pintu bagi Christine Lee yang datang. "Your ART told me that you're sick di saat dia lagi izin gak kerja."

Maria terpaku di tempat, ia memang tau suatu saat nanti akan bertemu dengan Christine Lee, tapi juga tidak menyangka kalau suatu saat itu tiba hari ini.

"Loh?" Ucap perempuan paruh baya itu ketika mendapati ada perempuan yang berdiri di belakang puteranya.

"Pagi, Bu Christine. Saya Maria."

Perempuan itu mengerutkan kening, "nginep di sini?"

Maria cepat-cepat menggeleng. "Saya baru datang tadi pagi."

Kemudian Maria merasakan tatapan observasi dari Christine. "Jadi kamu yang namanya Maria."

"Mam, kemarin Bian sama Maria udah ketemu Opa."

Christine Lee melangkah masuk dan berjalan ke dapur sementara Bian dan Maria seperti otomatis mengekorinya. "Apa katanya?"

"Ya setuju lah."

"Kok bisa?"

Maria tidak tau apakah mereka berdua ini sadar kalau pertanyaan barusan itu menohoknya.

"Ya sama kayak Mami, Opa juga maunya Bian bahagia."

Sambil menata buah kiwi di kulkas, Christine bertanya pada Maria, "kamu beneran mau sama Bian? Dia ini duda."

"Mam, apaan sih!"

"Bian super sibuk, mungkin dia gak akan punya waktu banyak untuk keluarganya nanti. Hidup jadi isterinya Bian bukannya akan terasa ngebosenin buat perempuan seumuran kamu?"

"Mam!"

"Tapi memang, kalau menikah dengan Bian kamu tidak perlu lagi berkerja keras hanya untuk membiayai kehidupan, tidak seperti sekarang. It's a best choice, you literally choose a smart way to living, jika menikah dengan anak saya."

"Sebenarnya, menikah dengan
Bian justru merupakan worst choice untuk saya. Karena, we all know, since her sister's once almost killed me."

Maria merasakan tangan hangat Bian menggenggam tangannya. "Maria..."

"Harusnya karena hal itu saya membenci Bian selama sisa hidup saya kan? Karena apa yang Raya lakukan ke saya tidak bisa dibayar dengan sebanyak apa pun harta yang Bian punya. But Bian, he paid for all Raya sin, not with his money, but with his promise to love me for the rest of his life. Saya pikir-pikir gak ada juga yang paling bisa melindungi saya dari Raya selain Bian as his close brother. so why i should refuse to marry him?"

Christine Lee terlihat mengangguk dengan raut wajah yang Maria tidak mengerti mengekspresikan apa. Setuju dengan pendapat Maria kah? Atau tidak? "Anggap saja ini adalah tes dari saya untuk calon isteri anak saya. Saya ada pertanyaan terakhir untuk kamu, tapi sebelumnya I'm so sorry for what happened to you which caused by Raya. Saya tidak akan membela Raya, karena apa yang dia lakukan ke kamu memang salah."

Dunia ini Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang