9

794 112 10
                                    

Hari ini adalah hari paling menyebalkan bagi Maria, karena hari ini menjadi hari di mana tabungannya terkuras habis untuk menambahi biaya sinamot (mahar perkawinan dalam adat Batak) yang harus dibayarkan Abangnya, si Daniel sebelum hari pertunangan ke pihak calon pengantin wanita.

Mau menangis pun percuma, uangnya tidak akan langsung kembali jika seorang Daniel si karyawan bergaji UMR yang meminjamnya. Hari ini ada acara kumpul keluarga besar sebelum acara pertunangan atau biasa disebut martumpol dilakukan minggu depan, tapi Maria sudah muak. Maria pergi dari rumah dan akan menghabiskan seharian ini di luar dari pada harus melihat muka Daniel yang sumringah karena sebentar lagi menikah, padahal modalnya hasil pinjaman semua. Lagian kalau di rumah, dia pasti akan tambah menderita akibat disuruh mencuci piring dua belas ronde!

Ia sedang duduk-duduk di taman Mall Central Park, Mall terdekat dari rumahnya. Entah apa yang ia lakukan, dari tadi mata Maria cuma sibuk memandangi orang-orang yang keluar masuk dari outlet brand-brand high end dengan menenteng banyak belanjaan. Pasti uang mereka tidak berseri sampai bisa dengan mudah membeli barang dengan harga selangit begitu.

Di antara orang-orang yang berlalu lalang itu, Maria bisa melihat seseorang yang paling menyita perhatiannya. Bian sedang berada di sekitar radius dua puluh meter dari tempatnya duduk, dan Maria tidak berniat sama sekali menyapanya. Ia hanya sibuk menatapi paras lelaki itu dari kejauhan, dan sesekali berkhayal bisa jadi sekaya Bian suatu saat nanti.

"Aduduh!"

Maria bangkit berdiri dengan panik saat baru menyadari anjing peliharaan seseorang yang baru saja menggigit kakinya. Ia melompat-lompat dengan satu kaki, sambil menahan rasa sakit di kaki satunya yang terkena gigitan. Anjing ini bahkan belum melepas gigitannya walau Maria sudah berlari-lari ke sana kemari. Tidak lama baginya untuk langsung menjadi pusat perhatian bagi orang-orang di sana.

"Maria!!"

Maria tau jelas suara siapa yang memanggilnya barusan, tapi memangnya ia bisa menyahut di saat tengah digigit anjing seperti ini?!

Untungnya anjing itu melepaskan gigitannya setelah pemiliknya yang terlihat seperti warga negara asing datang. Bule itu berkata pada Maria untuk tidak panik karena anjingnya sudah divaksin. Maria tidak perlu sibuk marah-marah pada si pemilik anjing, karena Bian sudah melakukannya untuknya.

Setelah itu Bian membawa Maria ke rumah sakit Siloam di daerah Kebon Jeruk, dan memastikan luka Maria yang masih mengeluarkan darah itu dapat segera ditangani. "Walaupun bule itu tadi bilang anjingnya udah divaksin, kamu harus tetap disuntik rabies untuk jaga-jaga."

Maria tidak menyahut karena kakinya terasa begitu sakit sampai ia tidak fokus akan saran-saran yang Bian berikan. Ia pasrahkan saja apa yang akan dilakukan dokter pada dirinya selama ada Bian sebagai juru bicaranya di sana.

Maria baru dapat menenangkan dirinya ketika luka di kakinya sudah selesai ditangani, dan kini ia sudah menyelesaikan semua suntikan yang harus ia dapatkan setelah mengalami gigitan anjing. Ia sedang menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang di IGD, tatapannya masih kosong saat Bian datang memberikan sebotol air mineral untuk nya. "gimana perasaan kamu sekarang?"

"Better, makasih ya Pak."

"Lain kali kalau digigit anjing, coba untuk jangan panik." Maria hanya menghela napas panjang. "Saya anter pulang sekarang ya."

Perempuan itu cepat-cepat menahan Bian, ia menggeleng. "Bapak kalo ada urusan, duluan aja gapapa. Saya belum mau pulang, di rumah saya lagi ada acara."

Dipandangi Bian yang mengerutkan dahi, Maria memilih abai dan membuang pandangannya.

"Saya kebetulan gak ada urusan apa-apa hari ini, karena weekend juga."

"...."

"Karena kondisi kamu yang gak bisa kalau saya ajak jalan-jalan, hmm.... Kalo istirahat di rumah saya dulu aja mau?"

Dunia ini Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang