2

1.4K 157 4
                                    

Semua rangkaian acara launching novel sudah selesai dan untungnya Maria tidak menambah lagi kesialannya hari ini dengan merusak acara itu juga. Matanya mengantuk karena harinya sangat panjang dan masih kurang panjang lagi jika ditambah dengan harus pulang naik transjakarta tiga kali transit agar bisa sampai ke rumah.

Tapi akhirnya kesulitannya yang terakhir itu terlewati juga karena sebelum jam sepuluh malam, ia sudah sampai dengan selamat  di rumahnya di kawasan tanjung duren jakarta barat.

"Maaak, sudah pulang si Maria."

Setelah Abangnya yang bernama Daniel berteriak begitu, seorang wanita paruh baya datang ke teras di saat Maria melepas sepatu. "Maria, gak bisa rupanya kau masukin adikmu kerja sementara di kantormu itu?"

"Gak bisa lah Mak. Emangnya Mamak pikir aku ini siapa bisa masuk-masukin orang seenak hati. Aku ini cuma kacung kupret."

"Gak bisanya kau elek(1) Direkturmu itu?"

Rasanya Maria ingin menangis jika diingatkan lagi dengan sosok Biantara. Ia tidak merespon Mamaknya lagi kali ini dan langsung saja masuk ke dalam kamar. Maria mau bersyukur besok adalah weekend dan tidak perlu berangkat ke kantor, tapi mengingat dia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga batak ini, hari libur terasa sama saja beratnya dengan hari biasa.

Itu karena keesokan paginya ketika ia sudah bangun lagi, ia harus mencuci baju, menyetrika, menyapu, dan mengepel rumah. Dia pernah menyerapahi James yang tidak pernah membantunya, tapi apalah arti serapahan itu kalau Mamak tidak mendukungnya. Mamak adalah salah satu dari sekian orangtua yang masih beranggapan bahwa perkerjaan rumah tangga adalah kodrat perempuan.

Kalau Bapak masih ada di dunia ini, pasti Maria bisa mendapatkan dukungan karena Bapaknya itu selalu memihak putrinya,

Saat ia sedang mengepel lantai dan hampir merampungkan semua jadwal perkerjaan rumah tangganya pagi ini, sesosok kutu kupret lewat dan menginjak lantai yang belum kering. Lantas betis laki-laki itu menjadi sasaran empuk pukulan bagi gagang pel dalam genggamannya.

"Aduh, sakit Maria!! Kau pukul Abangmu sendiri, iya?!"

"Gak punya mata ya? Aku lagi ngepel!"

"Aku itu cuma mau ngomong sesuatu samamu."

"Apa?"

"Kata Mama kupinjam dulu tabunganmu buat sinamot(2)"

Maria merasa emosinya lansgung naik ke ubun-ubun mendengar ucapan Abangnya itu. "Kenapa kata Mamak? Itu kan uangku!! lagian kalo kau mau nikah, cari sendiri sinamotmu!!"

"Terserahmu lah, yang penting Abang sudah menyampaikan apa yang Mamak bilang."

Langsung saja Maria membanting gagang pel ke lantai, suaranya yang cukup nyaring membuat Daniel berjengit dan mundur beberapa langkah untuk mengamankan diri. Maria berjalan ke dapur dan menenggak segelas air untuk menyiram dadanya yang terasa sangat panas seperti mau meledak. Bersamaan dengan itu perutnya berkeriyap lapar karena sepanjang pagi ia berkerja tanpa sarapan.

Tangannya mengambil sepiring nasi begitu ia melihat makanan sudah matang di atas meja makan, ia mengambil sepotong ikan mas goreng, tapi tangannya cepat-cepat ditepuk oleh Ibunya sendiri. "Kepalanya aja makan, buntut sama badannya buat ito-itomu. Mamak cuma goreng satu, mereka gak bisa makan kepala ikan."

Mungkin itu adalah efek dari kekecewaan bertubi-tubi yang ia dapatkan hari ini, sampai akhirnya ia meletakkan piringnya ke atas meja dan tidak jadi makan. Maria masuk ke kamar dan mengurung dirinya sepanjang hari di sana.



(1) Elek = merayu (dalam bahasa Batak)
(2) Sinamot = mahar/pembayaran sebelum perkawinan dalam adat Batak
***

Peristiwa itu adalah awal mula Maria mengarungi internet pagi-pagi di kantor, untuk mencari kosan murah di daerah dekat kantornya.

Dunia ini Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang