13. MULAI ADA RASA

970 47 0
                                    

"Celana kamu kenapa? Kok ada darah?"

Kini, gantian Prince yang diam ketika ditanya.

Ezra bisa saja telat tiba di kantor jika terus menghadapi Prince yang seperti ini. Sebagai seorang direktur, tentu saja ia harus bersikap disiplin atas pekerjaannya. Ezra terpaksa mengancam Prince agar mau berbicara, tidak serius, hanya berupa ancaman ringan supaya Prince mau sedikit menurut.

"Gue nyerah, kalau lo tetap nggak mau ngomong, gue balik ke Amerika, entah besok, entah lusa. Gue nggak sanggup ngatasin lo lagi."

Ancaman ini membuahkan hasil. Prince yang pada mulanya hanya diam saja akhirnya berbicara, "Lo maksa gue ngomong, tapi lo sendiri nggak ngomong pas gue ajak ngomong. Egois!!"

Ezra tidaklah mudah untuk dibohongi. Ia juga seorang gay dan pernah berhubungan seks dengan mantan pacarnya dulu saat masih bersama. Meski ia seorang top, hal serupa pernah terjadi pada mantan pacarnya dulu. Ezra harus bersikap tegas menghadapi Prince. Apa yang dilakukannya kali ini sudah terlalu jauh, mabuk-mabukan, keluyuran malam, dan terparahnya lagi sudah melakukan seks dengan seorang cowok yang Ezra yakini bahwa partnernya itu adalah Arsen, musuhnya di masalalu saat keduanya masih di Amerika. Ezra sadar bahwa Prince menyukai Arsen, tapi ia tidak rela Prince diperlakukan seperti ini. Ezra berniat akan menemui Arsen sepulang dari kantor nanti.

Ezra tahu betul selicik apa Arsen itu. Sesuai dengan namanya, Arsen, racun.

"Itu darah. Lo habis ngapain semalam?"

"Gue nggak ngapa-ngapain."

"Jangan bohong. Setidaknya dia pake kondom, 'kan?"

Prince menggeleng pelan, ia terpaksa mengaku sekarang. Ia memang memakai kondom ketika memasuki Arsen, tapi Arsen tidak memakai kondom ketika memasukinya.

"Lain kali jangan ceroboh. Lo boleh kurang ajar sama gue. Tapi, tolong untuk hal ini lo harus nurut. Jaga dan hargai tubuh lo sendiri. Jika bukan lo sendiri, lalu siapa lagi, lo nggak pernah mau nurut sama gue. Melakukan seks dengan orang yang belum jelas darimana asal usulnya itu harus pake pengaman, lo bisa saja terkena penyakit menular. Paham maksud gue, kan?"

Prince diam meratapi kebodohannya sendiri. Apa yang dikatakan Ezra benar. Kali ini, ia tidak bisa membangkang. Ia baru mengenal Arsen semenjak kurang lebih tiga bulan yang lalu. Arsen bisa dikatakan sebagai orang yang baru baginya. Arsen juga belum jelas darimana asal usulnya dan selalu berusaha menyembunyikan identitasnya dengan alasan privasi.

Ezra kemudian melangkah masuk ke dalam kamar untuk mengambil kotak obat, lalu kembali ke sofa lagi mendudukkan diri di sebelah Prince untuk mengobati lukanya.

"Buka celana, gue obatin."

"Gue nggak apa-apa."

"Nggak usah ngeyel. Nanti infeksi."

"Sok tahu."

"Bukan karena sok tahu. Terluka saat melakukan hubungan seks yang pertama kali itu hal yang wajar. Mantan pacar gue pernah mengalaminya."

Entah kenapa, saat mendengar Ezra mengatakan kalimat 'mantan pacar' ada sedikit perasaan tidak rela terbesit di dalam hati Prince. Rasa posesif itu tiba-tiba muncul begitu saja, walau hanya mantan, tetap saja Prince tidak rela Ezra pernah dimiliki oleh orang lain, seharusnya, Ezra tidak boleh berkencan dengan siapapun dan hanya boleh dimilikinya saja sebagai seorang kakak.

"Lo pernah pacaran?"

Ezra mengangguk. Ia sebenarnya malas mengungkit tentang hal ini. Mengingat tentang masalalunya dengan mantan kekasihnya dulu adalah suatu hal yang sesungguhnya menyakitkan. Tapi, demi meyakinkan Prince agar mau diobati olehnya ia terpaksa harus mengorek masa lalu itu kembali.

SAVAGE PRINCE [ORG.SAD] [R21] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang