10. DICIUM EZRA

1.5K 61 0
                                    

Sulrp....

"Ngghh.... Ahhh... Sshhh.. Ahhhh.."

"Oh.."

"Dammit!!"

"It's so good..."

"Prince..."

"Oh.."

"Prince..."

"Oh..."

"Prince..."

"Sssshh... Ahhhh...."

"Mmm... Ahhhh..."

"Ahhhh..."

"Mmmmm...."

Cekittt!!!!

"Aaaaaaaaarrggghhhhhhh!!!!"

Ezra berteriak kencang kesakitan setelah menerima gigitan di area selangkangannya setelah bermimpi melakukan hal yang bukan-bukan dengan Prince. "Oh.. Shit!!" Ezra mengumpat. Ia bangkit cepat mencoba mencerna hal apa yang barusaja terjadi.

"Dammit!!" umpatnya di dalam hati sekali lagi. Ternyata ia ketiduran di teras sejak subuh tadi selepas mencari Prince yang tidak kunjung ketemu. Ia yang dilanda ngantuk berat tidak mendapatkan jawaban dari sang Bunda ketika mengetuk pintu. Sepertinya bundanya ketiduran. Akhirnya, Ezra tertidur di lantai teras rumahnya.

Gigitan apa tadi?

Ezra meraba selangkangannya yang terasa nyeri dan basah. Ia padahal memakai celana jeans, tapi ia yakin bekas gigitan tadi pasti akan terlihat jelas di sekitar pahanya ketika ia membuka celana. Ezra kemudian mengusap hati-hati bagian yang terasa nyeri itu, mendesis perih. Untung saja penisnya tak digigit juga olehnya.

Ezra kemudian membuka kedua kelopak matanya lebar-lebar untuk mengenyahkan rasa kantuk. Saat mengangkat wajahnya ke arah depan, seekor anjing kerdil berbulu lebat tengah menjulurkan lidah tanpa dosa dan bertengger nyaman di atas pangkuannya.

"Kaing!!! Kaing!!!"

"Dammit!!! Anjing siapa ini?" Ezra berteriak spontan. Inikah makhluk yang barusaja menggigit selangkangannya tadi? Dasar anjing tidak tahu sopan santun. Siapa pemiliknya? Ezra meraihnya dan melemparnya kasar. Anjing berwarna coklat kehitaman itu menyalak keras untuk yang kesekian kalinya karena tubuhnya sempat menghantam pot bunga.

"Kaing!!! Kaing!!!"

Ezra tidak peduli jika anjing itu mati. Itu malah lebih baik!!

"Oh... Shit!!" Ezra mengumpat di dalam hati lagi. Pahanya masih terasa sakit sekali. Ezra merangkak berdiri dan melirik ke arah arlojinya. Waktu sudah menunjuk pukul tujuh pagi. Pintu rumah sudah dalam keadaan terbuka. Itu artinya Prince sudah pulang karena sepatu yang dipakainya kemarin sudah berjajar di lantai teras dalam keadaan kotor dan basah. Bundanya juga mungkin belum menyadari keberadaannya dan mungkin saja masih sibuk menyiapkan sarapan.

Tapi anehnya, kenapa Prince tidak membangunkannya saat datang melewati pintu? Tega sekali!! Ezra menarik napas. Dia baru teringat jika Prince sedang marah padanya. Semoga saja anjing kerdil ini tidak mengidap rabies. Menjijikan sekali!! Begitu pikir Ezra.

"SAPI!!" Prince yang sudah bersiap berangkat kuliah datang tergopoh keluar dari rumah meraih anjing kerdil yang mungkin saja bernama 'sapi' itu dari atas lantai, lalu menggendongnya penuh sayang dan langsung memaki Ezra.

"Lo apain anjing gue tadi? Habis lo sakiti, ya??" Prince mendengus kesal melotot pada Ezra, lalu menciumi bulu tebal anjing itu dan mendekapnya protektif.

Ayolah, itu cuma anjing, terlalu berlebihan jika Prince berani memaki Ezra hanya karena hewan itu. Ezra adalah korban disini, kenapa seolah-olah Ezra lah yang bersalah.

SAVAGE PRINCE [ORG.SAD] [R21] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang