6. TAKESHI GOUDA

1.1K 69 1
                                    

Ezra memutuskan untuk kembali masuk ke area bandara setelah menyimpan hapenya di saku celana. Ia tidak mungkin dengan teganya meninggalkan Prince menunggui sesuatu yang tidak pasti. Ezra melangkah dengan menarik gagang kopernya untuk masuk ke area tunggu. Ia akan mengatakan jujur pada Prince bahwa ia adalah abang yang sebenarnya sedang ditungguinya. Sesampainya, Ezra tidak menemukan Prince di tempat semula. Ezra kemudian bertanya pada petugas kebersihan yang kebetulan lewat di depannya.

"Mas maaf Mas... Saya mau tanya. Apa Mas tadi lihat cowok sekitar usia tujuh belas tahun pakai t-shirt putih oversize duduk di bangku tunggu disini? Tingginya sebatas kuping saya." Ezra menunjukkan foto Prince dari layar hapenya pada petugas itu.

Petugas kebersihan itu tampak mengamati serius foto Prince di hape Ezra, lalu menggeleng. "Nggak lihat Mas. Saya tidak tahu. Maaf... "

"Oh.. Gitu ya. Ya, udah. Terimakasih."

Ezra membiarkan petugas kebersihan itu berlalu, lalu menghela napas kecewa. Dimana bocah tengil itu berada. Ezra kemudian menghubungi Jessica di rumah. Siapa tahu bocah tengil itu meninggalkannya tanpa sepengetahuannya. Ezra segera menyapa bundanya saat telepon selularnya sudah tersambung. "Halo Bunda.. "

"Halo.. Apa kamu sudah sampai di bandara?"

"Sudah Bunda.."

"Oh.. Syukurlah... Apa kamu sudah bertemu dengan adik-mu?"

Ezra terdiam sejenak, jika bundanya mengatakan kalimat seperti ini, sudah pasti Prince belum sampai di rumah, lalu dimana bocah tengil itu. Merepotkan saja!! Ezra tidak mungkin menanyakan keberadaan Prince pada Jessica agar Jessica tidak mengkhawatirkan Prince ataupun dirinya. Urusannya akan menjadi semakin panjang nanti.

"Sudah kok Bunda. Aku sudah berjumpa dengan Prince." Ezra mengatakan apa adanya. Karena ia memang sudah sempat bertemu dengan Prince. Tapi, bocah tengil itu menghilang sesaat setelah Ezra mengerjainya dengan berpura-pura tidak mengenalinya.

"Ya sudah. Bunda tunggu di rumah ya.. Hati-hati di jalan. Gantikan Prince menyetir karena adik-mu itu pernah menabrak pembatas jalan. Dia belum lihai menyetir."

"Ya Bunda.. Ezra akan menggantikannya nanti. Ezra yang akan menyetir."

Sambungan telepon sudah berakhir. Ezra melangkah masuk semakin ke dalam area bandara dengan menarik kopernya menuju ke tempat semula, tempat dimana ia sempat meninggalkan Prince. Ezra yakin Prince berada tidak jauh dari tempat ini.

"Bang.. Kenapa Abang pakai kacamata hitam? Mata Abang bintitan ya?" tanya seorang bocah pada seorang cowok yang tengah memakai kaca mata hitam.

"Kepo!! Suka-suka gue dong. Mata mata gue. Pengen? Sembarangan aja nuduh."

Ezra menajamkan pendengarannya. Ia merasa seperti familiar dengan suara ini. Bukankah ini seperti suara Prince? Lalu, dimana bocah tengil itu sekarang? Ezra memendarkan netranya ke seluruh area bandara, namun tidak menemukan siluet Prince sama sekali, tapi suara percakapan ini terdengar sangat dekat sekali.

"Abang kelihatan jelek tahu!! Pasti bintitan tuh matanya karena suka ngintip orang mandi," tuduh bocah itu mencibir, "Tubuh Abang juga kelihatan kurus seperti cacingan. Apa Abang nggak cukup makan? Orang cacingan juga kalau kentut bau banget. Aku nggak mau dekat-dekat sama orang cacingan yang matanya bintitan, nanti bisa ketularan. Jangan dekat-dekat!! Hussssss!!!"

SAVAGE PRINCE [ORG.SAD] [R21] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang