Chapter XVI

209 92 73
                                    

Happy Reading

"Hai Langit"

Sapaan lembut membuat pemilik nama itu menoleh. Kedatangan seorang gadis yang tak di inginkan membuatnya berdecak frustasi, dan yah, Tasya memang tak berhenti menyukai cowok cool itu.

"Aku numpang sama kamu boleh yah? plisss" renggeknya memohon dengan raut wajah manja.

Dari kejauhan kedatangan Nasya menyita perhatian langit, hingga dirinya tak merespon tasya yang lagi menyapanya.

"Sya, gue antar yah?"

Jujur Nasya sedikit kaget, ketika Langit mendekatinya dan langsung gercep menarik tangan gadis itu, pluss senang sampai mati mampus, dengan perlakuannya yang terima Nasya tanpa basa basi.

Tentu hal tersebut di saksikan langsung oleh dua pasang mata. Selain Tasya dari ujung parkiran, Ardhan menyaksikan itu menggeram menahan emosinya.

"Langit" panggil Nasya langsung mendapat respon dari cowok itu menoleh.

"Hmm"

"Angga mana?"

"tuh"

Tunjuk Langit menggunakan gerakan bibir dengan kepala yang mengarah dimana Angga berada.

"kenapa?"

"aku mau minta tolong ngantarin Prita balik"

"itu dia nungguin Prita"

"oh gitu"

"yuk" Ajak Langit di ikuti Nasya, motor ninja hitam itu bergegas keluar meninggalkan parkiran sekolah.

Namun fokus Tasya saat itu membuatnya cukup menyakitkan. Tidak seharusnya dia menyaksikan momen itu.

"Jangan sedih dong cantik, rencana kita belum dijalankan" rangkulan Tiara dan Jesica membuat Tasya tersontak kaget.

"lho berdua sejak kapan disini?" tanya gadis itu bingung

"Belum berhasil juga dapat perhatian Langit?"

"kan kita bisa bantu" tambah Jesica mengukir senyum di wajahnya

"apaan sih lho, nggak ah!"

"Ciee ciee pipinyaa hahahahahha!!" tawa Tiara dan Jesica bergema mengejek sahabatnya. Sedangkan yang diejek berlari pelan menutupi telinga dengan kedua telapak tangannya.

Di ikuti dengan kejaran kecil dari Tiara dan Jesica mengikuti Tasya yang melangkah cepat.

"Eh, gue duluan yah, pawang gue udah datang" pamit Tiara berhenti mendadak saat melihat kedatangan Dilan.

"Cih bucin" ejek Tiara dan Tasya bersamaan.

"Nggak lama lagi Tasya punya pawang. Lho kapan?" tanya Tiara mengejek ke arah Jesica.

"dia lagi nunggu tuhan nyiptain jodohnya"

"lah, apaan! kelamaan njir" Protes Tiara tidak menerima, namun malah dibalas tertawa ngakak, dari kedua sahabatnya.

"Sama Julian gak mau?" tanya Tasya tersenyum mengejek.

Jesica menoleh ke arah Tasya dengan tiba-tiba "Gaje lho!"

🦋🦋

Pukul 12:37 siang, panas terik menyinari kota Bandung, beberapa hari terakhir jam pulang mereka memang lebih cepat, dikarenakan minggu ini adalah minggu-minggu tenang menuju Ujian Akhir Semester.

"Langit" panggil Nasya tenang, dan masih bisa di dengar oleh pemilik nama itu, karena memang mereka sedang di berhenti menunggu munculnya lampu hijau.

"apa?'

"nanti berhenti disupermarket dulu yah"

"iya"

Saat lampu hijau tiba motor itu kembali melaju.

Sudah beberapa menit berlalu, Langit hanya mengikuti Nasya dari belakang, gadis itu sibuk mengambil banyak cemilan dan beberapa susu kotak.

Namun apalah yang masih di cari, dirinya menuju ke tempat dimana terdapat berbagai jenis sabun muka dan body lation.

Cowok yang mengikutinya tadi hanya memperhatikan dengan diam.

Penampilan yang sederhana, rambut yang saat itu dikucir membuat beberapa helai rambutnya jatuh, menambah aura cantiknya.

Biasanya Cuma dilepas begitu saja, namun hari itu dirinya berbeda dengan penampilannya.

"Udah?" tanya Langit frustasi

"Udah ganteng, tenang aja" suara lembut plus berdamage, di tambah senyum Nasya yang super duper manis dengan menampilakn gigi ginsulnya, membuat cowok itu terdiam.

WTF! Apa lagi ini? ganteng?. Hanya satu kalimat yang membuat Langit merasakan hawa panas tak karuan dari empat kalimat yang di keluarkannya.

Okey kali ini Nasya kembali pada mode dirinya, tidak seperti tadi malam.

Mereka berjalan kecil menuju kasir, kebetulan siang itu tidak terlalu banyak pengunjung, alhasil barang Nasya bisa cepat di bayar.

"Totalnya 200.000 mbak" kata mas kasir

tangan Nasya dan Langit bersamaan membayar, membuat petugas kasirnya bingung.

"ini kan punyaku" kata Nasya mengernyit bingung saat Langit hendak membayar.

"Emang siapa bilang punya aku?, akut aku ngambil?"

Masih dalam perdebatan petugas kasir sontak menerima uang dari tangan Langit.

"Eh mas_"

"mbak harusnya senang punya pacar yang pengertian"

Mendengar itu Nasya makin tak karuan, "kok pacar? orang kita nggak jadian" batinnya sedang berperang

Setelah berbelanja beberapa barang keduanya keluar dari supermarket dengan barang belanjaan yang dipegang Langit, sungguh pengertian, cowok fiksi ini.

"kita ke perpustakaan kota"

"Hah!"

Langit membuat Nasya sontak terkejut, bukan tak suka, karena sekarang jatwal lesnya semakin padat sebelum UAS.

"Kenapa kaget? lho yang nawarin diri ke bu Reni tentang persiapan kita kan?"

"benar juga sih" batin Nasya membenarkan

"sorry soalnya kamu nggak ngomong dari awal"

"tapi setelah makan baru lanjut ke perpus" Nasya hanya mengangguk antusias.

See You Next Part

Aurora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang