Happy Reading
"Lho dimana?"
"Dilan, pliss tolongin aku Lan" ucap seseorang nada dan gemetar di seberang panggilan.
"Yaa lho ngapain ke situ!?"
"Nasya minta tolong tadi, pas aku datang dia gak ada di sini" suara Prita kembalikan terdengar seperti sedang terisak.
"Share lokasi sekarang"
Masih dengan tangisan Prita berusaha mengendalikan rasa takutnya, gerimis yang turun membuat suasana semakin mencekam di tempat itu.
Setelah mengirimkan lokasi ke Dilan, ponsel Prita mendadak mati, bukan ada apa-apa melainkan baterai ponselnya habis.
Di malam itu terlihat tak ada tanda-tanda kehidupan masyarakat di sekitar situ. Hanya terang bulan yang menyinari tempat itu.
Segala sudut di pandang, mencari keberadaan seseorang, namun naasnya ini bukan hal yang di utamakan sekarang. Dinginnya malam itu mulai menyelimuti seluruh tubuh Prita di balik sweater yang tipis.
Dengan keadaan yang sudah tak kuat, Prita terus menangis memanggil nama Nasya berulangkali. Namun apakah terjawab?.
"Sya, lho dimana?" Lirihnya dengan suara yang bergetar, di bawah gerimis malam, kedua tangannya yang memeluk dirinya sendiri berusaha untuk menghangatkan tubuh.
Prita cukup pasrah saat mengetahui bahwa Nasya memang tak ada di tempat ini.
Sedangkan di sisi lain, kamar yang sunyi, dengan background yang estetik bertema kpop, selalu membuat tempat itu menjadi pelarian Nasya.
Ruangan yang memang menjadi tempat baginya untuk berbicara dengan diri-sendiri, berkeluh kesah, namun terkadang kebalikannya juga, ia selalu bercerita dengan hari yang selalu memberikan senyum.
Memandangi poster-poster kpop di kamarnya adalah obat bagi dirinya sendiri.
Setelah melewati makan malam, rutinitasnya kembali, yaitu belajar semampu mungkin, dan ini bukan saatnya menikmati vlog-vlog idolnya seperti malam sebelumnya, namun untuk sekarang waktu yang dibutuhkan hanyalah belajar.Huawaaah arrrghhhh.......
Dengan mulut terbuka sempurna, Nasya menguap merentangkan kedua tangannya, sambil merebahkan tubuhnya dengan kasar ke senderan kursi belajarnya, sambil memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam, lalu melakukan meditasi beberapa menit.
Tok tok.....
Siapa yang mengetuk pintu kamarnya dengan jam 11 malam? Jam begini kan ayah sama bunda udah tidur, batinnya menebak.
"Eh bibi, aku pikir bibi balik sore tadi"
"Gak non, bibi gak balik hari ini, oh yah ini ponselnya, tadi di titip sama tuan buat kasi ke non" Nasya menerimanya dengan sopan, walaupun sebagai asisten rumah tangga, etika dan sopan santun selalu Nasya tunjukkan bagi orang yang lebih dewasa, itu alasan kenapa, Bi Ina sangat betah bekerja di rumah ini bertahun-tahun.
"Makasih bi"
Demi sebuah ketenangan Nasya menyalakan mode jangan ganggu di ponselnya. Wajah seriusnya kembali tak lepas dari tatapan terhadap pena dan buku tulis, hingga pena itu terus bermain di atas kertas, beserta dengan lebtop yang masih hidup dan terus menyala hingga jam menunjukan pukul 01:30 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora (END)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT KUHP Indonesia tentang plagiarisme diatur pada pasal 380 ayat (1) KUHP serta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal. Renasya Aurora yang selalu dicintai dengan tulus. Tentang dia yang hidup dengan sempurna. ...