********
Tubuhnya tinggi dan besar, ototnya menonjol diantara kaos hitam yang sebenarnya cukup besar namun terlihat ketat saat dia mengenakannya. Ada tato berbentuk dua garis hitam di masing-masing kedua pergelangan tangannya, di atas tato itu terdapat bekas jahitan. Bukan hanya di sana, beberapa jahitan terlihat di lengan, di pundak dan di masing-masing sudut bibirnya. Matanya yang sewarna dengan dedaunan muda terlihat tajam menusuk menatap jalanan. Rambutnya hitam panjang berkibar ketika angin yang cukup kencang melewatinya, rintik hujan yang jatuh demi sedikit tertangkis oleh payung yang di genggamnya erat. Langkah kaki yang terdengar berat berjalan diantara trotoar, orang-orang berlarian berteduh ketika rintikan itu semakin kencang dan deras.
Dia berjalan ke arah bangunan putih bertuliskan 'Rumah Sakit Konoha', orang-orang yang melewatinya tampak menatapnya terkejut dan takut seolah dia adalah iblis yang baru keluar dari perut bumi. Dia sudah terbiasa mendapatkannya, beberapa kali lebih buruk. Dia tidak peduli, satu-satunya tujuannya sekarang adalah wanita dengan rambut merah muda yang berdiri di depan rumah sakit sembari menadah air hujan dengan telapak tangannya. Dia sudah rapi dengan rapi pakaian formalnya, tampaknya hujan menghentikan langkahnya untuk pulang ke rumah.
"Sakura..." panggilnya. Hanya satu nama yang dia panggil, namun beberapa orang yang berada disamping wanita itu menoleh.
Wanita bernama Sakura itu menoleh dengan senyum yang mengembang bagaikan adonan kue yang manis, dia seperti anak kecil saat melambai padanya. Dia hampir berjingkrak-jingkrak ketika pria itu semakin dekat dengannya. Mengabaikan beberapa orang yang terlihat ketakutan melihat pria itu.
"sayang, kau datang menjemputku ternyata" Tuturnya dengan nada senang yang tidak disembunyikan.
"aku melihat ramalan cuaca, hujannya akan deras sekali hari ini. Aku khawatir kau tidak bisa pulang" kata pria itu dengan suara berat.
Sakura memeluk tubuh pria itu yang hanya mencapai dadanya, menghirup aroma citrus dan mint yang menenangkan. "kau memang yang terbaik"
Pria itu memasangkan jas hujan ke wanita yang terlihat tidak akan melepas pelukannya, "ayo pulang"
"Humm" angguknya.
Sakura menoleh pada dua gadis yang terlihat menatap takut pada pria besar yang bersamanya, "Matsuri-san, Fuuka-san, aku pamit pulang dulu. Sampai jumpa besok"
"sa-sampai jumpa besok Sa-sakura-san" Balas mereka tergagap.
Mereka menelan saliva ketika mata hijau pria itu melirik mereka, dia menunduk sopan sebagai tanda sapaan sekaligus berpamitan kepada mereka sebelum menarik tangan wanita merah muda itu untuk segera beranjak.
Gadis pirang baru keluar dari pintu rumah sakit, dia menatap orang-orang dan terlihat mengerutkan keningnya saat menemukan tidak ada orang yang bersamanya tadi.
"Matsuri-san, Fuuka-san, apa kalian melihat Sakura?"
Matsuri dan Fuuka yang melihat kedatangan wanita pirang itu menjerit "Ino-san, Sakura-san dibawa oleh pria besar mengerikan! a-aku pikir di-dia diculik! Tolong dia"
"Benar Ino-san, aku takut sekali"
Ino mengerutkan alisnya, "bagaimana ciri-ciri pria itu?"
"Tubuhnya besar, rambutnya hitam dan panjang, kira-kira sepinggang. Ada beberapa bekas jahitan di tubuhnya, yang paling mengerikan di masing-masing sudut bibirnya"
Wanita pirang yang mendengar deskripsi para perawat yang baru magang selama seminggu itu hanya bisa tersenyum sembari menggeleng, "hahaha begitu yah"
"Ino-san, kenapa kau tertawa? kau tidak khawatir dengan keadaan Sakura-san"
"kenapa harus khawatir? Pria besar itu suami Sakura"
"Apa?!"
Sementara itu di kereta api, suasana muram di sekitaran pria besar yang kini dipeluk mesra oleh wanita dengan rambut merah muda. Orang-orang menatap mereka ngeri, tapi siapa peduli?
Selama kereta ini berjalan, dunia hanya milik mereka berdua.
"Nee sayang, kau masak apa hari ini?" tanya wanita itu yang terus menciumi dada pria itu, menenggelamkan wajahnya di kedua bongkahan bidang itu, dia terus memeluk tubuh besar yang hangat.
"Sup miso, aku juga membuat tempura udang, tumis daging. Dan beberapa ani- ugh Sakura, jangan menggigitku!"
Sakura meraba tonjolan otot di perut Kakuzu dengan penuh minat, "mendengarmu berbicara tentang makanan membuatku lapar"
Kakuzu menghela nafas, "tahanlah sampai di rumah"
Sakura menyeringai, menarik tengkuk suaminya untuk lebih dekat. Kemudian dia berjinjit untuk berbisik.
"aku lapar memakanmu, Kakuzu sayang"
Pria besar itu tahu, jika istrinya sudah mengatakan itu mereka akan melewatkan makan malam.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Kakazu
Любовные романыWarning : Lemon Inside (Beberapa bab berantakan, silahkan baca berdasarkan nomor) Keseharian Haruno Sakura yang dimana menikah dengan seorang Kakuzu mantan pegulat yang sudah pensiun kini menjelma menjadi seorang suami sekaligus bapak rumah tangga...