*****
Itu adalah hari Minggu pagi yang tenang di kota Takigure. Jalanan lebih bersih di pagi hari. Tidak banyak mobil lewat, hanya beberapa orang yang menaiki sepeda untuk olahraga. Hari Minggu adalah hari yang tenang sebelum badai hari senin sampai sabtu yang sibuk.
Disisi lain, di lantai tiga sebuah apartemen, terlihat seorang pria besar itu menatap istrinya yang masih tertidur di lengannya yang berotot. Wanita itu mendengkur halus tepat di bekas jahitannya yang kasar di lengannya.
Sakura adalah makhluk terindah yang pernah dia lihat, wajahnya begitu polos saat tertidur. Sangat jauh berbeda dengan wanita cerewet seperti biasanya. Dia suka keduanya, apapun tentang Sakura dia sangat menyukainya.
Di tangannya yang bebas, dia meletakkan buku besar di atas dadanya. Buku itu memiliki penutup kulit usang yang tampaknya telah diperbaiki beberapa kali. Halaman buku menguning karena usia. itu milik koleksi pribadi Kakuzu. Dia mendapatkannya di sebuah toko barang antik dengan harga yang mahal dengan persaingan yang cukup sengit dalam sebuah pelelangan.
Suasana itu baginya itu adalah surga. Sakura dan buku langkah adalah yang paling membahagiakan dalam hidupnya sebelum alarmnya berbunyi.
"sialan"
Itu alarm untuk mencuci pakaian, pria besar itu menyetelnya semalam. Masa bodoh, dia bisa melakukannya nanti, sesekali bermalas-malasan tidak masalah.
Tok Tok Tok
"Sakura-san, Kakuzu-san kalian di dalam?"
Kening Kakuzu mengerut, bell rumahnya terus berbunyi dengan suara Tenten yang berteriak memanggilnya. Di pagi buta seperti ini? Wanita itu pasti gila, entah apa urusannya. Wanita bercepol itu tentu tahu Kakuzu yang selalu bangun pagi sekali untuk menyiapkan sarapan dan bersih-bersih. Tapi siapa peduli?
"Eungh...sayang?"
Kakuzu menghela nafas berat kini Sakura terbangun karena ulah wanita gila yang berteriak di pintunya. "Tidurlah Sakura, sepertinya tetangga sedang membawa monyet"
Dengan sangat terpaksa, Kakuzu melepas lengannya yang menjadi bantalan Sakura dengan lembut dan segera beranjak dari tempatnya. Dia lalu pergi ke depan untuk membuka pintu untuk wanita liar itu. Namun yang sangat menyebalkan adalah tidak ada siapapun disana. Kening Kakuzu berkedut, sialan.
Namun sepertinya tidak sepenuhnya kosong, dia menemukan kertas kecil di depan pintu. Itu sebuah undangan pernikahan Tenten dan Neji. Tanggal menunjukkan tanggal 15 Desember. Apa mereka sinting? mana ada pasangan yang mau menikah menyebarkan undangan dua bulan lebih awal. Bibir Kakuzu berkedip, dia tersenyum kecil. "lebih cepat dari yang aku perkirakan.."
Sasori juga ada di depan pintunya masih mengucek matanya sembari memegang undangan seperti Kakuzu. "Tetangga baru kita sepertinya terlalu heboh, Kakuzu-san..untung saja nenekku tidak terbangun" tuturnya.
Kakuzu mengangguk maklum, sepertinya bukan hanya dia saja yang terganggu oleh suara Tenten.
Yah setelah dia dan Sakura membantu kedua pasangan itu berbicara, akhirnya Neji yang kaku melamar Tenten kekasihnya. Tenten sudah hamil 2 minggu setelah mereka mampir di rumah sakit hari itu, Kakuzu sedikit merasa tercubit. Mungkin tidak pantas untuk pria besar sepertinya memiliki sedikit iri pada pasangan yang beberapa bulan lagi akan memiliki bayi.
Bagaimanapun, Kakuzu senang tentang hal itu.
"ah karena aku sudah bangun, saatnya mencuci.."
********
"Nee Shikadai, kau jangan nakal yah. Turuti apa yang dikatakan Hinata-nesan"
Anak laki-laki berkuncir satu itu mengangguk mendengar pesan ibunya. Temari, wanita berkuncir empat itu meringis melihat wajah malas Shikadai. Benar-benar sangat persis seperti pria di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Kakazu
RomanceWarning : Lemon Inside (Beberapa bab berantakan, silahkan baca berdasarkan nomor) Keseharian Haruno Sakura yang dimana menikah dengan seorang Kakuzu mantan pegulat yang sudah pensiun kini menjelma menjadi seorang suami sekaligus bapak rumah tangga...