2. Kai

441 35 6
                                    

Warning lemon

******

Kakuzu sudah selesai membungkus plastik wrap pada piring dan mangkuk yang telah ia masak, dia kembali melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Belum ada tanda-tanda dari Sakura pulang ke rumah, dia juga tidak mengangkat teleponnya. Sekarang hanya tinggal satu kereta lagi yang tersisa.

Pria besar itu tidak bisa berpura-pura tidak cemas lagi, dia segera mengambil mantel tebal miliknya dan berjalan keluar setelah sebelumnya mengambil dompet dan ponsel.

Dia duduk diantara kursi di stasiun kereta, kakinya terus bergerak naik turun menunggu kereta terakhir yang datang. Sesekali dia menelpon nomor wanita merah muda, tapi sekali lagi hanya suara call center yang mengatakan jika pemilik nomor tidak mengangkat teleponnya.

"mau rokok?"

Kakuzu menatap pria tua yang menawarkan rokok padanya, dia menggeleng. Sudah lama dia tidak menyentuh benda itu, sejak dia tahu Sakura sensitif pada asap rokok. Dia juga tidak ingin kecanduan seperti dulu.

"Kau sedang menunggu siapa?" Pria tua itu kembali bertanya.

"aku menunggu istriku" jawab Kakuzu. Dia melihat pria tua yang memiliki keritan di bawah matanya. "bagaimana denganmu?"

Kakuzu sebenarnya bukan orang yang ramah, sejak bersama Sakura dia mulai sedikit peduli terhadap sekitar. Termasuk kepada pria tua yang seharusnya berada di rumah, bukannya berkeliaran bebas dengan hanya menggunakan Yukata putih.

"namaku Hiruzen, kau?" alih-alih menjawab pertanyaan Kakuzu dia menyebut namanya.

"Kakuzu"

Pria tua itu menyesap rokoknya lamat, sebelum menghembuskan asapnya dengan hikmat. "aku terkadang duduk disini, tempat ini mengingatkanku dengan istriku. Belasan tahun yang lalu, aku juga sering menunggunya saat dia pulang bekerja sebelum dia pensiun" dia menoleh menatap Kakuzu "istriku wafat sebulan yang lalu"

"aku turut berduka cita" katanya.

"Ya, 55 tahun adalah perjalanan yang cukup panjang untuk kami hahaha. Kupikir aku akan lebih dulu meninggal, ternyata dewa lebih menyayangi istriku"

Entah bagaimana, sebuah peerasaan asing yang meremas hatinya. Dia  merasa sedikit sesak. Dia teringat Sakura, mendengar cerita pak tua itu membuatnya berpikir apakah dia bisa menjalani hubungannya selama itu dengan Sakura?

Kereta terakhir akhirnya tiba, Kakuzu masih berdiam diri mengamati satu persatu orang yang keluar dari kereta. Dadanya berdebar kencang saat tidak menemukan sosok yang dicarinya, kebanyakan penumpang kereta adalah orang-orang yang mabuk. Kakuzu merasakan cemas luar biasa,  sampai akhirnya tiba di penumpang terakhir. Ada kepala pink yang keluar dari kereta, kelegaan itu meledak di dadanya.

"Sakura.."

Kakuzu berdiri menghampiri Sakura yang tampak linglung diserobok oleh orang-orang, dia menangkap pergelangan tangan istrinya untuk di genggam. Tanpa memperdulikan Sakura yang terperangah melihatnya, dia menarik tubuh wanita untuk di rangkul menuju kursi yang di dudukinya tadi.

"sayang, kau datang menjemputku yah.." seru Sakura.

"kenapa kau tidak mengangkat teleponku?" tanya Kakuzu marah.

Sakura terkekeh pelan, mengeluarkan ponselnya yang layarnya mati. "lcdnya pecah, aku tidak bisa mengangkat teleponmu. Maaf aku tidak sempat memberimu kabar"

Kakuzu merasakan lututnya lemas, dia tidak tahu harus berkata apa-apa lagi.

"hahaha mengingatkanku akan masa lalu.."

Mereka berdua sontak menoleh pada dia pak tua tadi yang masih disana, sembari menyesap rokoknya.

Dengan sopan Sakura membungkuk, "selamat malam"

Married With KakazuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang