4. Hidan

398 28 0
                                    

****

"ini upah kalian, tch sialan! padahal aku sudah bertaruh banyak!"

Kedua pria itu menatap dingin uang yang telah dilemparkan di depan mereka, pria dengan rambut putih menatap mereka angkuh.

"aku mengakhiri kontrak dengan kalian, jangan pernah datang lagi kesini"  

Dengan sisa harga dirinya, pria dengan rambut panjang itu memungut sisa uang yang berceceran di lantai. Harga dirinya lenyap ketika berhadapan dengan uang walaupun itu menghinanya. “tch siapa juga mau datang ke kandang anjing” gerutunya.

"hei, menurutmu di masa depan apakah nasib kita akan berubah?"

Pria dengan rambut yang disisir ke belakang itu bergumam sembari menghisap rokoknya kuat-kuat. Darah di sudut bibirnya mengotori rokok itu, mengisi warna merah diantara lintingan putih.

"jika punya uang banyak, kenapa tidak?" Balas pria tampan dengan rambut hitam tersanggul. 

Mereka berdua terduduk dalam bangku dengan bertelanjang dada kondisi babak belur, dipenuhi luka-luka dan memar yang membiru yang menghiasi tubuh mereka dan juga. 

Sementara pria yang dipanggil Kakuzu meringis menahan pedih ketika menjahit sendiri luka yang menganga lebar di bahunya, dia harus menyimpan uangnya.

"terkadang aku lelah, Kakuzu.."

"Jalani saja.."

Dua petarung liar yang membangun rumah mereka di gang sempit yang kotor dan bau, menyatu dengan sampah dan hewan liar lainnya.

"jika kau kaya, apa yang kau akan lakukan?"

"membeli buku yang sudah hampir punah...."

"hei Kakuzu, jika kaya jangan lupakan aku yah..."

*******

Kedua mata zamrud itu terbuka, pelipisnya dipenuhi keringat. Nafasnya tidak beraturan, di menatap sekeliling. Kelegaan memenuhi dadanya jika menyadari jika dia ada di kamarnya, tidur di ranjangnya yang besar bersama wanita cantik berhelai merah muda yang masih terlelap.

Kakuzu perlahan membaringkan tubuhnya agar berhadapan dengan wanita yang telah menghiasi hidupnya. Dia memandangi seluruh inci wajahnya sebelum melayangkan kecupan di bibir, hidung lalu keningnya.

Bahkan ketika dia hidup seribu tahun lagi, di tidaK akan berhenti mengucapkan rasa syukur karena telah dipertemukan oleh wanita itu. Dia tidak akan pernah puas melihat Sakura, namun dia menyadari jika jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

Meskipun Sakura libur, dia masih harus menyiapkan sarapan dan beberapa pekerjaan tertunda karena aktivitas mereka semalam. Kakuzu hati-hati bangkit dari kasur dan memungut celananya.

Dia berjalan ke arah dapur sebelum ponselnya berdering, dia melihat nomor baru yang menelpon. Dia mengabaikan panggilan itu dan segera memasak sarapan.

From Unknown

Hei, Kakuzu apa kabar? 
Kuharap Jashin akan selalu melindungimu

Untuk sesaat, Kakuzu yang mendapatkan pesan itu terperanjat. Tangannya gemetar, keringat dingin memenuhi pelipisnya. Ini bukan mimpi , ini benar-benar nyata. Dia tahu betul orang yang mengagungkan nama Jashin, tapi setelah bertahun-tahun bagaimana mungkin?

Sialan, dia merasa lubang besar di hatinya yang telah tertutupi kini terbuka.

"bajingan, darimana dia tahu nomor ponselku"

Kakuzu menghapus pesan itu, tangannya bergetar saat memegang ponsel. Rasa takut, cemas dan tertekan memenuhi dadanya. Bagaimanapun, kehidupannya telah berubah. Dia tidak ingin orang-orang masa lalunya kembali hadir.

Married With KakazuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang