SINGULARITY - 07

5.4K 571 131
                                    

Bayarannya mau komen aja, vote juga.

Hehe. Gak sesusah nulis kok^^


07 | Es Krim

"Mas, beneran cuman 100 ribu, nih?"

Jaemin membolak-balikkan uang seratus ribuan dari Mark. Memastikan kalau uang yang dia pegang benar-benar hanya selembar. Tidak ada yang nyilep.

"Mas Minhyung, kurang~"

Mark berdehem pelan. Dia memberikan uang lima puluh ribuan ke Jaemin yang diterimanya dengan senang hati. Lalu, tangan kanannya tersodorkan ke Mark.

"Kenapa? Kurang?" tanya Mark bingung.

"Nggak kurang, kok. Mau salim, Mas. Mama gitu kalau Papa mau berangkat kerja."

Oh. Mark kira uang jajan Jaemin kurang. Akhirnya, dia dengan ragu menyodorkan tangan kanannya. Jaemin menggenggam tangan kanan Mark. Kepalanya merendah, mencium punggung tangan Mark cukup cepat.

"Jaemin masuk duluan, Mas. Nanti kalau mau pulang bareng, Mas chat aja." Jaemin membuka pintu mobilnya, "Semangat ngajarnya."

Mark duduk diam di mobilnya. Menatap punggung tangannya yang baru saja dicium oleh Jaemin. Salim. Salaman. Atau apapun itu. Mark tidak peduli. Tapi, Jaemin yang mencium punggung tangannya tadi, terasa hangat. Menjalar sampai ke hatinya.

Sialan. Sialan. Mark senyum-senyum tidak jelas. Salah tingkah. Mark tidak tau, Jaemin memperhatikan detail kecil yang orang tuanya lakukan. Dan anak itu mengikutinya.

"Manis banget." gumam Mark gemas, dia mengambil tasnya lalu dia gendong. Keluar dari mobilnya lalu berjalan menuju ruang guru.

Saat baru saja meletakkan tasnya, bel berbunyi. Mark masih sempat bermain ponselnya sebentar sebelum guru laki-laki yang seumurannya mengajak dia ke lapangan. Mau upacara.

"Untungnya kemarin nggak ngundang banyak guru, ya, Pak."

Mark tersenyum canggung, "Yah ... Saya juga bersyukur, jadi yang tau gak banyak." balasnya, "Walaupun cuman magang, tapi aturannya sama."

"Nggak boleh nikahin murid sendiri." gumam temannya pelan. "Tapi, dapet keuntungan juga. Istrinya masih muda. Masing bening sama ting-ting lagi. Oh! Atau sekarang udah enggak ting-ting?"

Mark terbatuk pelan, "Enggak, lah. Saya juga mikir dia masih sekolah. Sama bapaknya juga gak boleh, sih." gumamnya di akhir kalimat. "Kayaknya emang kudu nunggu lebih lama lagi."

~

Jaemin menghembuskan napasnya. Kepalanya dia baringkan di atas meja. Junkyu yang duduk di sebelahnya, meliriknya dari ekor mata.

"Lemes banget kayak abis diewe."

Jaemin melirik Hyunjin yang baru saja berbicara, "Ewe?" gumamnya. "Bahasa mana, tuh?"

Hyunjin terbatuk-batuk mendengarnya. Junkyu juga tampak tidak percaya.

"Lo ... gak tau?" tanya Junkyu pelan.

"Fix, lo tuh bego bukan polos." cibir Hyunjin, dia membalik kursinya agar menghadap Jaemin. "Lo serius gak tau ngewe?"

Jaemin mengangkat kepalanya. Menatap Junkyu dan Hyunjin bergantian. "Apaan emang?"

"Anjing, Jaemin! Lo kalah dari Junkyu yang tiap hari ngewe sama adek kelasnya itu."

"Gue gak ngewe tiap hari, jingan!"

Jaemin menggaruk pipinya, "Jadi, inti ngewe tuh apa?"

"Itu loh," Hyunjin mengepalkan tangan kanannya lalu mengepalkan telapak tangan kirinya. "Mantap-mantap."

SINGULARITY » MARKMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang