SINGULARITY - 08

5.1K 546 104
                                    

08 | Chenle

"Nolak suami dosa loh."

Haechan mengerjapkan matanya tidak percaya. Haechan semakin menempelkan tubuhnya pada pintu kamar Jaemin. Telinganya juga sama menempelnya. Ingin mendengarkan pembicaraan mereka di dalam.

"Tapi, gak mau sekarang."

Haechan seakan kehilangan napasnya. Baiklah, ini berlebihan. Tapi, Haechan akan selalu berlebihan kalau hal itu menyangkut tentang keluarganya.

Dan pembicaraan mereka berdua, membuat otak Haechan tidak bisa berpikir dengan positif.

"Kamu ngapain, sih, di sini?" tanya Renjun, dia berkacak pinggang. "Mereka mau melakukan apapun juga terserah, Lee Haechan."

Haechan menatap pasangan hidupnya yang sudah menemaninya nyari 18 tahun. "Nggak bisa gitu, lah! Jaemin masih kecil, nggak boleh diapa-apain."

Renjun menghela napas. Dia menyuruh Haechan untuk mendekat. Haechan tentu saja menggeleng. Renjun berdecak, "Ke sini, Lee Donghyuck." tekan Renjun membuat Haechan seketika ciut.

"A-apa?" Haechan seketika gugup.

"Biarin aja, mereka udah sah. Ayo pergi ke kamar. Aku mengantuk, ingin tidur."

"Tapi, tapi ..." Haechan menunjuk kamar Jaemin, "Jaemin dia ... Okay, ayo tidur."

Haechan tidak bisa melihat saat Renjun sudah melotot padanya. Haechan, 'kan, tipe suami takut istri.

"Biarin aja, kak Mark juga udah janji mau jadi suami yang baik. Dan aku yakin, dia bakalan nepatin janjinya."

Haechan menggerutu, tubuhnya dia baringkan ke atas ranjang empuknya. "Aku tidak percaya padanya."

Renjun meliriknya. Ikut naik ke atas ranjang setelah mengunci pintu. "Seharusnya aku dulu menerima kak Mark yang berniat menjadi Ayahnya Ja—"

"Sayang!"

"Lagian. Walaupun Jaemin sudah menikah dengan kak Mark, dia tetap putramu, Haechan. Tetap anakmu, tetap milikmu. Dia tidak akan melupakanmu, Jaemin tidak akan melupakan Ayahnya."

Haechan cemberut. Dia menyeret tubuhnya agar mendekati Renjun. Memeluk pinggang rampingnya. Dan wajahnya tenggelam di perut yang lebih tua beberapa bulan.

"Saat akan ke altar kemarin, aku melihatnya masih berusia 5 tahun." cicit Haechan, dia menggesekkan hidungnya di perut Renjun.

"Jaemin sudah 17 tahun."

"Tidak, 17 bulan."

Renjun mendengus. Dia menyisir rambut Haechan ke belakang. Mengusap pelipisnya dengan lembut. Memandang pria yang sudah membuatnya melahirkan 2 orang bayi.

"Kau pernah berjanji kalau akan mengikhlaskan Jaemin saat menikah."

"Tapi, aku tidak tau akan secepat ini."

Renjun menarik rambut Haechan membuat Ayahnya Jaemin itu mengaduh kesakitan.

"Salah siapa setuju."

Haechan menghela napas. Lagi. Pria itu bangkit duduk. Memperhatikan bingkai foto saat mereka 'menikah' kembali. Ada Jaemin diusia 13 tahun berdiri di tengah. Juga Chenle yang berdiri di antara kedua kaki abangnya.

"Kenapa kita bisa membesarkan Jaemin?"

"Karena kita tidak menyerah."

Haechan mengambil bingkai kecil di nakas. Itu foto Jaemin dan Chenle. Chenle tampak tidak nyaman saat diajak foto oleh Jaemin. Apalagi saat difoto, dia memandang Jaemin sinis. Pipi mereka saling menempel.

SINGULARITY » MARKMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang