SINGULARITY - 02

7.1K 648 61
                                    

Mau menagih komentar lebih banyak. Kalo komen banyak, saya rajin up.

Selamat membaca. Ini receh banget :)

02 | Kapan-kapan

Udah tau belum, karena kelakuan tidak bermoral mereka, Renjun dan Haechan dicoret dari kartu keluarga. Betulan ini, nggak bohongan.

Lee Donghyuck itu, keluarganya cukup terpandang. Bapak dia itu pengacara, sedangkan ibunya seorang perancang busana. Haechan juga anak bungsu, laki-laki sendiri lagi. Makanya, Haechan sebenarnya jadi prioritas utama karena hanya dia yang akan terus bermarga Lee.

Tapi, karena kelakuan nyelewengnya itu, akhirnya dia dicoret dari kartu keluarga. Kelakuannya tidak dimaafkan, bahkan sampai dikeluarin dari sekolah. Mempermalukan keluarga.

Kalau Renjun. Huang Renjun. Dia anak sulung. Seharusnya bisa memberikan contoh yang baik ke adik-adiknya. Tapi, dia malah ngelakuin hal sebaliknya. Keluarganya waktu itu sudah setuju pake banget waktu tau pacaran sama Mark. Secara, Mark itu, 'kan, anak orang kaya. Anak tunggal lagi.

Siapa yang nggak mau sama dia.

Eh, ternyata harapan hanyalah harapan. Renjun malah belok ke Haechan yang bisa dibilang cukup urakan dulu. Orang tuanya jelas menentang, bahkan mengusir Renjun yang saat itu, baru memberitahu tentang kehamilannya.

Akhirnya, dengan modal sisa uang tabungan dan juga bantuan teman-teman mereka, keduanya berakhir ngekost. Haechan benar-benar melakukan apa saja untuk kelangsungan hidup Renjun dan bayinya.

Hanya saja, namanya juga hidup. Kalau nggak di atas, ya di bawah. Haechan saat itu kesulitan cari pekerjaan, rata-rata pada meminta minimal lulus SMA. Lah Haechan, lulus aja enggak. Makanya susah cari kerjaan.

Untungnya, Haechan anaknya mudah akrab. Mudah mendapatkan teman yang mau membantunya cari pekerjaan. Setidaknya untuk biaya persalinan dan USG gitu. Nebus bayinya juga. Yang enggak murah sama sekali.

Renjun ingin bantu, tapi Haechan melarang. Akhirnya dia ambil semua uang yang ada di ATMnya sebelum diblokir. Setidaknya bisa membiayai hidup mereka sebelum Haechan mendapatkan pekerjaan tetap.

Kalau dipikir-pikir, perjuangan mereka nggak main-main. Masih muda tapi harus berpikir sekeras itu. Cekcok tentu saja ada. Tapi, semuanya sudah terjadi. Apa yang harus disesali kalau kesalahan itu mereka yang lakukan sendiri.

"Mama, kita pulang~"

Renjun tersentak kecil. Dia mendongak melihat dua bocah laki-laki yang berbeda umur. Itu anak-anaknya. Saat ekonomi keluarganya sudah jauh lebih baik, mereka memutuskan untuk menambah momongan. Lagipula, usia Renjun dan Haechan masih muda, tidak masalah menambah anak.

Yang jelas remaja yang baru menginjak usia 17 tahun itu Jaemin. Anak sulungnya itu, gimana ya menjelaskannya. Mirip banget sama Haechan. Stylenya sih enggak, tingkahnya itu ngejiplak Haechan banget. Nggak bisa diem.

Mentang-mentang golongan darahnya sama.

Jaemin nggak urakan, siswa biasa aja. Tapi, tidak ada kalem-kalemnya sama sekali.

Lihat saja sekarang, tiada hari tanpa menggoda adiknya. Chenle yang suaranya mirip lumba-lumba kejepit pintu membuat seisi rumah sangat ramai. Disusul oleh tawanya Jaemin.

"Mama, abang ngisengin adek mulu."

Jaemin malah makin meledeknya. Memakan es krimnya dengan santai karena Chenle sedang tidak boleh makan es krim. Lagi pilek, baru sembuh dari sakitnya itu.

"Mama, abang tuh~"

Renjun menggeleng, "Jaemin, jangan ngisengin adiknya lagi." ujarnya lalu bangkit, ingin meletakkan baju-baju yang sudah dia setrika ke lemari.

SINGULARITY » MARKMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang