15 | Mama Lee
"Mas Minhyung, sebenarnya kapan kita mau pindah?"
Mark menatap Jaemin yang duduk di sebelahnya. Sedang makan gorengan. Jaemin tampak tidak ingin membagi makanannya ke orang lain.
"Papa udah kasih izin belum?"
"Ya gak tau. Papa nggak ada bilang apa-apa juga."
Mark menghembuskan napasnya pelan. Dia mengangguk. "Nanti saya tanya ke Papa kamu."
Jaemin mengangguk. Dia melahap gorengannya dan memberikan yang sisa di plastik ke Mark.
"Jaemin mau main sama Chenle. Om Mark mau ikut?"
"Enggak. Kamu aja."
Mark menatap Jaemin yang berjalan meninggalkannya sendiri. Tak lama, pria itu juga bangkit. Mencari keberadaan Haechan. Ingin meminta izin membawa Jaemin untuk tinggal berdua. Walaupun Mark ragu kalau pria itu akan mengizinkan.
Ah, ngomong-ngomong, waktu memang berjalan sangat cepat, ya. Perasaan baru kemarin Mark nikahin Jaemin, ternyata sudah mau 10 bulan aja. Buktinya, Renjun saja mau melahirkan.
Sejauh ini, tidak ada pertengkaran yang berarti. Paling hanya Jaemin yang ngambek-ngambek dan dengan mudah dibujuk untuk jajan sebanyak yang remaja itu inginkan.
Saat ini, Mark membuka obrolan. Agar tidak kaku banget. Lebih santai juga. Membicarakan banyak hal sampai akhirnya, Mark bertanya apakah dia boleh membawa Jaemin atau tidak.
"Kayaknya nunggu beberapa hari adeknya lahir, deh. Baru gue bolehin."
"Gitu?" Mark mengangguk, menyembunyikan rasa kecewanya dalam-dalam.
Haechan menatapnya. Dia mengerti dengan perasaan Mark. Mau egois, tapi anak sulungnya benar-benar sudah dipersunting oleh lelaki lain. Haechan menghembuskan napasnya yang terasa berat.
"Tapi, kalo mau pindah sekarang juga gak papa, sih. Asalkan lo bisa bertanggung jawab dengan pilihan lo."
Senyum Mark langsung mengembang mendengar ucapan Haechan. Dia mengangguk semangat.
"Lo bisa pegang janji gue."
Haechan berkedip. Dia memandang Mark yang berjalan meninggalkannya. Senyum di wajahnya terlihat. Pandangan matanya jatuh pada bingkai foto berisi keluarganya.
"Jaemin, dia ... beneran udah gede, ya."
~
Mendengar kalau mereka diperbolehkan untuk tinggal berdua, Jaemin senang sekali karena dia akhirnya bisa mandiri.
Bukannya senang jauh dan tidak tinggal bersama orang tua. Tapi, dia sudah menikah. Dan sudah seharusnya mereka tinggal berdua. Jaemin sedikitnya mengerti, pernikahan itu terjadi karena 2 orang. Apa-apa saja yang ada di dalam pernikahan, hanya mereka yang boleh tau.
Setelah berbelanja kebutuhan dapur, Jaemin membereskannya ke dalam kulkas. Menyusunnya dengan rapih.
"Mas, nanti adeknya Jaemin laki-laki atau perempuan?"
"Bukannya, kata Haechan tuh laki-laki, ya?"
Kedua mata Jaemin membuka lebar tidak percaya, "Kok Om Mark udah dikasih tau?! Jaemin belum tau apa-apa ini~"
"Haechan udah ada bilang, kamu aja kali yang nggak dengerin." balas Mark membuat Jaemin cemberut.
Seusai membereskan belanjaan mereka, keduanya pergi ke ruang tv yang bersebelahan dengan ruang tamu. Hujan mengguyur deras, entah sejak kapan. Tau-tau sudah hujan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY » MARKMIN ✔️
FanfictionBeberapa keadaan memaksa Mark untuk menikahi anak mantan kekasihnya sendiri. MARKMIN Kalau kalian nggak suka cerita yang jarak umurnya terlalu jauh, aku saranin jangan baca ini. Bijak dalam memilih bacaan, teman-teman. Top! Mk Bot! Jm