SINGULARITY - 27

4K 404 38
                                    

27 | Ngambek

Ujian yang Jaemin dan seluruh anak kelas 12, akhirnya selesai setelah 1 minggu lamanya. Jaemin akhirnya bisa terbebas dengan semua pertanyaan yang membuat kepalanya mendidih.

Remaja itu meminta izin pada Mark untuk merayakan hal itu dengan teman-temannya. Padahal baru selesai ujian, belum pengumuman kelulusan.

Tapi, mendengar bocoran dari Mark, katanya udah dijamin lulus semua. Dijamin.

"Kalau mau pergi, jangan pesan junk food sama kopi. Jangan pokoknya. Kalau saya tau kamu makan itu, saya seret pulang."

Jaemin menggerutu. Dia mau tidak mau menuruti apa kata Mark. Kalau dia tetap ngeyel, yang ada jatah uang jajannya Mark kurangi. Dan itu menyebalkan.

"Berangkat sama siapa?"

"Mobilnya Hyunjin."

"Pulang nanti kabarin, nanti saya jemput."

Jaemin mengerang pelan, "Jaemin pulang sama Hyunjin aja."

"Enggak. Chat saya, nanti tak jemput." tolak Mark tanpa bantahan. Jaemin membuka mulutnya, ingin berbicara tapi terus tertahan di tenggorokan. Alhasil, tidak ada satu kata pun yang dia ucapkan.

Setelah memastikan Jaemin masuk ke dalam mobil Hyunjin, Mark juga berniat pulang. Dia hanya tinggal menunggu Jaemin mengirimkannya pesan saat pulang nanti.

Sampai apartemennya, Mark mendapati Blue yang berbaring di balik pintu. Kucing putih itu seperti menunggu Mark dan Jaemin pulang. Selalu. Bahkan saat mereka pulang tengah malam pun, Blue tetap akan menunggunya.

Dan saat kedua mata bulatnya melihat Mark, kucing jantan itu langsung bangkit dari baringannya. Kedua kaki depannya terulur ke depan dan pantatnya terangkat. Dia sedang merenggangkan tubuhnya.

Mark tersenyum geli melihatnya. Dia melangkah lebih masuk. Biasanya Blue makan dari alat yang sudah dia beli. Harganya lumayan. Tapi, demi kesenangannya Jaemin, Mark rela merogoh sakunya untuk membelikan barang mahal yang khusus untuk Blue.

"Udah makan belum?" Mark bertanya yang hanya dibalas meongan panjang.

Mark menyingkir ke dapur, membuka lemari kecil berisi keperluan milik Blue. Mangkuk yang terbuat dari tanah liat dengan bentuk kucing beserta mata hidung serta mulut dan kumis-pilihan Jaemin, Mark ambil. Pria itu melirik Blue yang dengan sabar menunggu makanannya siap.

Setelah selesai, Mark meletakkan mangkuk itu di atas lantai dekat dengan minumannya. Blue langsung duduk anteng di depannya mangkuk makanannya. Memakannya dengan santai.

Mark mengusap punggungnya dua kali lalu dia pergi ke kamarnya.

"Gimana cara ngasih tau ke Jaemin?" gumam Mark, dia melepaskan kaos yang melekat di tubuhnya. Dia menghela napas. "Kenapa gue gugup gini, sih? Apa ini yang bapak-bapak rasain waktu pertama kali mau punya anak?"

Mark mengacak rambutnya gemas. Dia melangkah menuju kamar mandi. "Perasaan waktu pertama kali mau praktek, gue gak gini banget. Kok bisa gini sekarang?"

Beberapa hari ini, Mark memikirkan cara untuk memberitahu gejala yang Jaemin alami. Itu mungkin kehamilan. Apalagi mood anak itu bisa berubah kapan saja. Dalam sekejap.

"Yakali gue sodorin testpack tiba-tiba? Kaget nanti dia. Jaemin mau punya anak bukan karena dia sendiri." ujar Mark pada dirinya sendiri. "Kenapa jodoh gue harus telat lahir, sih?"

Mark menyalakan kran wastafel. Memperhatikan air yang keluar deras. Tiba-tiba dia menampar pipinya sendiri.

"Jangan gitu, heh, Mark! Udah untung Renjun ngelahirin jodoh lo, kalo enggak lo jadi perjaka tua." Mark menghembuskan napasnya pelan, "Lo harus ngucapin terima kasih ke Renjun karena udah ngelahirin jodoh lo, Mark. Jangan sia-siakan."

SINGULARITY » MARKMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang