10 | Gosip
Jaemin menatap ke arah lapangan. Di sana ada suaminya yang sedang mengajar kelas lain. Suaminya itu hanya duduk karena memang sedang penilaian senam. Biasanya kalau sedang tidak ada materi, Mark akan ikut bermain bersama anak muridnya.
Katakanlah Mark masih cukup muda sekarang. Pria itu memiliki banyak pesona dengan segudang prestasi. Apalagi dengan gelar dokter di belakang namanya. Para siswi terkadang mengelu-elukan Mark. Membayangkan bagaimana mereka kalau jadi istrinya Mark.
Betapa sempurnanya pria itu.
"Lo ngeliatin apa?" tanya Junkyu, dia meletakkan lengan kanannya di pundak kiri Jaemin. Ikut menatap ke lapangan. "Liat Pak Mark? Dia emang cakep banget, ya. Gue denger gosip, dia gak pernah pacaran lagi semenjak putus sama pacarnya sewaktu SMA dulu."
"Gosip dari mana?"
"Kan mantannya Pak Mark lulusan sini. Enggak lulus, sih. Dikeluarin kalau nggak salah."
Jaemin mengernyit. Dia menatap Junkyu yang ada di sebelahnya, "Lo tau mantannya?"
"Ya kagak lah. Gue denger gosip doang dan gak ada yang tau mantan dia siapa. Soalnya sewaktu SMA, 'kan, Pak Mark nggak di Indo. Kanada, 'kan?"
Jaemin mengangguk-angguk. Orang tuanya juga lulusan sini. Tapi, ngomong-ngomong, bagaimana orang tuanya dan Mark bisa kenal, ya? Om Mark-nya selalu mengatakan kalau mereka baru bertemu saat Jaemin berusia 9 bulan. Jadi, bagaimana cara mereka bertemu?
"Gue tanya nanti," gumam Jaemin yang ternyata masih bisa didengar oleh Junkyu.
"Tanya siapa?"
"Gak ada."
Junkyu menatapnya curiga. Tapi, dia memilih untuk percaya saja. "Ngomong-ngomong, gue liat lo, lo makin cantik, ya."
Jaemin mengernyit. "Gue cantik? Cantik dari mana?"
"Dari foto profil yang lo pake. Lo gak sadar, kayaknya orang-orang rela belok demi lo, deh."
Jaemin mendengus mendengar ucapan Junkyu. "Cantik lo gak, sih?" tanya Jaemin, dia memperhatikan wajah remaja Kim di sebelahnya itu. "Lo juga agak centil."
"Eh, sialan! Lo perlu kaca kayaknya." sinis Junkyu, dia kembali menatap Mark yang masih mengajar di bawah sana. "Betah banget kayaknya nikah sama Pak Mark, ya."
"Emang betah."
Keduanya langsung terdiam. Jaemin merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya keceplosan.
"Maksud gue, Pak Mark, 'kan, baik terus duitnya banyak. Udah pasti yang nikah sama dia beruntung banget. Hidupnya makmur. Apalagi Pak Mark se-soft itu." jelas Jaemin, mencoba mengoreksi dan mempertahankan suaranya setenang mungkin agar tidak gugup. "Apalagi dia dokter, 'kan? Ya walaupun abis selesai magang, dia bakalan jadi dokter lagi dan istrinya sering ditinggal karena kewajibannya itu."
"Ya juga, sih." Junkyu mengeluarkan ponselnya yang bergetar.
"Lo masih pacaran sama si Naruto itu?"
"Haruto, bukan Naruto."
"Leh. Beda depan doang."
"Nama keluarganya beda!" Junkyu berdecih. Kekesalannya makin menjadi saat membaca pesan dari kekasihnya itu. "Pacaran kalau nggak panggil sayang-sayang, berasa udah gak sayang lagi."
"Hah?" Jaemin paham sebenarnya.
"Gak ada. Lo, 'kan, gak pernah pacaran. Jadi, gak tau rasanya dipanggil sayang, 'kan?"
Jaemin mengernyit. Dia memang Junkyu kesal, "Sombong banget. Nanti gue dipanggil sayang terus gue pamer ke lo." sinisnya, Jaemin agaknya sedang sensitif. "Lagian, pacaran kok panggil sayang. Panggil penghulu dong biar sah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY » MARKMIN ✔️
FanfictionBeberapa keadaan memaksa Mark untuk menikahi anak mantan kekasihnya sendiri. MARKMIN Kalau kalian nggak suka cerita yang jarak umurnya terlalu jauh, aku saranin jangan baca ini. Bijak dalam memilih bacaan, teman-teman. Top! Mk Bot! Jm