Part 3.1 [1 of 2]

249 29 6
                                    

Menemukan typo komen di inline ya😉

Bocoran next part mengandung unsur🔞🤓🤭

Jangan lupa vomen dan dukung Freya😘💕

Happy Reading semuanya❣️

***

Helikopter mendarat di halaman Harrweals lewat sedikit dari jam 8.30. Angin dari baling-baling helikopter menerbangkan daun-daun pepohonan, beberapa berguguran dramatis di tanah tepat di sepasang kaki ramping dan jenjang yang terbungkus kaos kaki putih berenda, yang semakin menambah kesan vintage dalam balutan sepatu Mary Jane cokelat kusam. Freya mendengus, jemarinya menahan roknya agar tidak ikut terbang. Dia memincing tajam menunggu rupa orang gila yang datang ke sekolah dengan helikopter. Pilot mengisyaratkan bahwa sudah aman untuk turun.

Pemuda bermata hijau melompat keluar disusul seorang pria tua dalam setelan gelapnya. Wajahnya memucat begitu mengenali pemuda itu dari kejauhan...

"Tuan Muda Maximilian, lihat ke sini!" Siswi-siswi berteriak histeris sambil memotret dengan kamera ponsel cerdas mereka.

Maximilian tersenyum memesona selagi Smith memakaikan jaketnya.

Jantungnya mencelos begitu mendengar nama yang membangkitkan kenangan mengerikan. Seakan ada magnet Maximilian menoleh dan menyadari keberadaannya.

Sudah terlambat untuk kabur. Freya berdiri dengan tegang seakan menanti vonis hukuman mati. Siswi-siswi yang barusan meneriakan nama Maximilian ikut memandangnya, telapak tangannya mulai berkeringat.

Maximilian melangkah mendekat dan berdiri beberapa langkah di depannya. "Kau siapa? Aku baru melihatmu di Harrweals."

Mata Freya bersinar putus asa dan kakinya terasa seperti agar-agar. Dia menunduk membiarkan sebagian helaian rambutnya menutupi wajahnya.

Sepasang tangan kuat meraih bahunya hingga dia tersentak. "Kau harus melepaskanku," bisiknya dan itu satu-satunya kalimat yang bisa diucapkannya.

"Sebaiknya Tuan Muda melepaskannya karena Tuan Muda sekarang menjadi pusat perhatian..." Smith bergumam sopan dengan kekhawatiran di kedua matanya.

Maximilian mencengkeram bahu Freya lalu menggeleng tegas. "Tadinya aku pikir kau bisu. Jadi, jawab dulu pertanyaan pertamaku tadi."

"Kau menyakitiku." Air mata menggenangi pelupuk mata Freya.

Cengkeraman Maximilian mengendur, menggunakan ibu jarinya mengusap lembut bahu tegang Freya. "Aku tidak sengaja, apakah aku membuatmu memar?"

Tawa histeris tertahan menyakitkan di tenggorokan Freya. Telinganya berdenging karena disorientasi dan rasanya orang-orang di sekitarnya menghilang.

"Tolong biarkan aku lewat."

Maximilian menoleh cepat karena mengenali suara itu. Nicholas melewatinya dan menghempaskan tangannya begitu saja dari bahu Freya.

"Nic-Nic..." suara Freya bagaikan cicitan lemah anak burung. Kelegaan mengalir di setiap sarafnya.

Maximilian menahan lengan Nicholas. "Kau mengenalnya, Nic?"

Nicholas mengangguk singkat, tetapi Maximilian belum puas. "Dia siapa?"

"Kem-"ketika Nicholas membuka mulut, Freya mencengkeram kuat lengannya. Tersadar dia melirik Freya, sedikit mengernyit karena warna mata Freya telah berubah menjadi cokelat. Mungkin karena pengaruh cahaya, pikirnya "Namanya Freya dan dia gadis yang sangat berharga dalam hidupku, Max."

Kalimat yang membuat suasana menjadi hening seketika. Siswi-siswi terpekik histeris sementara Maximilian terbelalak, tangannya yang menahan Nicholas terkulai di samping tubuhnya.

I'm FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang