Part 13.1 [1 of 2]

119 16 7
                                    

Wattpad Freya: FreyaAvrielly
Follow akun KaryaKarsa Cece yuk @DessyChandra, agar tidak ketinggalan info & cerita menarik lainnya💕

Wattpad Freya: FreyaAvriellyFollow akun KaryaKarsa Cece yuk @DessyChandra, agar tidak ketinggalan info & cerita menarik lainnya💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekalian Tiktok Cece😍 tempat Cece bagi-bagi ilmu🫡

Sekalian Tiktok Cece😍 tempat Cece bagi-bagi ilmu🫡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menemukan typo komen di inline ya😉

Happy Reading semuanya❣️

Jangan lupa vote dan komen tanggapan kalian atas part ini. Tengkyu💕

***

"Semua orang bisa menggambar, tetapi tidak semuanya bisa menghasilkan gambar realistis. Dengan kehadiran Maximilian di sini, dia bisa membantu kalian, lukislah dirinya senyata mungkin."

Freya meniup helaian rambut yang jatuh di keningnya, bosan mendengar guru seninya mengulang-ulang kalimat yang sama. Seolah pemuda ingusan seperti Maximilian Stewart adalah wujud nyata dari seni realitis yang diagungkan gurunya.

Freya melirik kanvasnya, di baliknya ada lukisan wajah Maximilian yang sudah selesai. Sebenarnya dia bisa meninggalkan kelas lebih awal. Dengan kemampuan ingatannya yang bisa merekam objek dalam sekali tatapan, dia tidak kesulitan melukis Maximilian.

"Wow, ini benar-benar diriku!"

Freya terkesiap melihat Maximilian berdiri di sampingnya, jemari hangat itu menggengam jemarinya. Dia mengikuti arah pandang dan tercekat, lukisan Maximilian terlihat jelas. Dia bahkan tidak sadar sudah menyingkap kanvas.

"Kau membuatku terlihat semakin tampan." Maximilian masih terkagum-kagum. Kemudian kesadaran melintas di benaknya. "Kapan kau melukisku?"

"Sejak kedatanganmu." Freya tergagap, untungnya sukses menyelesaikan kalimatnya dengan lemah, sadar perhatian Maximilian tertuju kepadanya.

Kali ini Maximilian mengernyit. "Apakah kau selalu setegang ini? Jika iya, aku kagum kau bisa menyapu kuas di kanvas." Kemudian dia tersenyum. "Aku suka dengan lukisanmu. Itu akan menjadi milikku, kan?"

Hah, si jelek ingin memiliki lukisannya? Anehnya itu terdengar intim.

Lebih memalukan lagi Freya merasa pipinya memanas dan lututnya melemas. Malu dan tidak menyukai perasaan yang melandanya, dia menepis jemari Maximilian dan menutup lukisannya. "Ini tidak dijual. Lagi pula, melukismu adalah tugas bukan keinginanku."

I'm FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang