The Useless Miracle Doctor Consort Is Spoiled Rotten by the Prince

171

Saat Lin Sisi masuk, Su Yingxue bergegas keluar.

Lin Sisi menyapanya, tapi Su Yingxue mengabaikannya.

Chu Jinling memperhatikan Lin Sisi berdiri di sana dengan kebingungan dan dengan baik hati turun tangan untuk membantu memuluskan segalanya bagi Su Yingxue. “Nona Lin, Dr. Su ada urusan mendesak hari ini, itulah sebabnya dia segera pergi.”

"Jadi begitu!" Lin Sisi mengangguk. “Saya bertanya-tanya mengapa dia mengabaikan saya! Oh, Pangeran Kesembilan, apa yang membawamu ke sini?”

Sebagai putri dari keluarga militer terkemuka, Lin Sisi memiliki pengetahuan tentang keluarga kerajaan. Dibandingkan dengan saudara laki-lakinya yang bajingan, Chu Xiuwen, dan Chu Chengye yang angkuh, dia menganggap Chu Jinling, yang tampak menganggur sepanjang hari, lebih menawan.

Chu Jinling memiliki kecenderungan untuk tersenyum, dan ketika dia melakukannya, itu seperti menghirup udara segar. “Saya pemilik toko buku ini. Sebagai pemilik, wajar saja jika saya berkunjung secara rutin.”

"Pemilik?" Mata Lin Sisi menunjukkan sedikit keterkejutan. “Aku tidak pernah menyangka kamu akan memiliki toko buku!”

“Nona Lin, apakah kamu meremehkanku? Saya mendirikan seluruh toko buku ini, dan setiap buku dipilih sendiri oleh saya!” Chu Jinling menyilangkan tangannya, tampak agak puas diri, seolah berkata, “Lihat, aku punya bakatku!”

“Toko bukunya cukup bagus, tapi bukunya tidak cukup. Saya mencari lama sekali dan tidak dapat menemukan apa yang ingin saya baca,” desah Lin Sisi pelan. Karena dia tidak membawa apa pun di tangannya, tanpa sadar dia meraih cambuknya.

Namun, dia merasa dengan tangan kosong, cambuk telah diberikan kepada Su Yingxue.

“Terlalu sedikit buku? Nona Lin, apakah kamu bercanda? Toko buku saya ini termasuk yang terbaik di Kota Jiang Du, memiliki rak buku tiga lantai. Bagaimana mungkin Anda tidak menemukan buku yang Anda inginkan?” Chu Jinling tidak tahan orang lain mengatakan ini.

"Apa? Masih ada lagi di lantai atas?” Lin Sisi benar-benar terkejut.

“Gadis bodoh, ayo, biarkan aku mengantarmu ke atas untuk mencari bukumu!” Chu Jinling dengan bercanda menepuk kepala Lin Sisi dan membawanya ke lantai dua.

Lin Sisi ingin mencari buku militer untuk dibaca, jadi Chu Jinling membawanya ke sudut lantai dua, menyiapkan tangga, dan mengambilkan setumpuk buku militer untuknya.

“Wah, buku militer macam apa ini? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya!”

"Dan ini! 'Dewa Perang yang Tak Tertandingi', 'Pejuang Suar'… Apa ini? Kenapa aku belum pernah mendengarnya sebelumnya?”

Lin Sisi membuka-buka buku di tangannya, memperlakukannya seperti harta berharga.

“Ini semua adalah novel God of War. Saya mengadaptasinya berdasarkan eksploitasi medan perang Paman Kekaisaran saya. Saya telah menuliskan teknik militernya ke dalam buku-buku ini, namun saya menyajikannya sebagai cerita agar lebih menarik dan hidup. Karena Anda menyukai buku militer, Anda dapat memilih dari kategori ini!” Chu Jinling dengan bangga mengangkat alisnya, mengantisipasi pujian Lin Sisi.

Lin Sisi tidak mengecewakan. Matanya yang besar dan berkilau dipenuhi bintang. “Pangeran Kesembilan, kamu luar biasa! Saya belum pernah melihat orang mengubah taktik militer menjadi buku cerita seperti ini. Dan jumlahnya sangat banyak, sepuluh volume!”

“Ah, apa hebatnya itu? Saya telah bergosip sejak usia sepuluh tahun dan mulai menulis buku pada usia empat belas tahun. Sejauh ini, saya baru menulis beberapa ratus!” Chu Jinling mengeluarkan kipas lipat dari pinggangnya dan melambaikannya dengan kesan elegan.

"Menakjubkan! Menurutku kamu jauh lebih mengesankan daripada saudara-saudaramu!” Kekaguman Lin Sisi sangat tulus.

Dengan penulisnya sendiri di sisinya, Lin Sisi menarik Chu Jinling untuk membaca bersamanya. Ketika mereka mencapai bagian yang menarik, dia bahkan berdiskusi dengannya.

Jarang sekali Chu Jinling bertemu dengan seseorang yang sangat mengaguminya. Semakin banyak mereka berbicara, dia menjadi semakin bahagia. Saat percakapan mereka semakin dalam, dia tiba-tiba menyadari bahwa mata Lin Sisi sangat menawan.

Apalagi saat dia menatapnya, matanya bersinar, seolah menahan semua bintang di langit.