Yakin mantan?

574 40 3
                                    


~Happy Reading~


Berbulan bulan berlalu, pertemanan ini semakin tak normal. Pelukan, gandengan tangan, pernah juga Rin mengendus bau Sae didekat lehernya. Orang orang disekitarnya tak mempedulikan mereka, dikarenakan banyak murid yang seperti mereka kelakuannya.

Tiba ketika bulan penerimaan murid baru, Rin dan Sae menerima murid baru dikelas mereka yang bernama meguru bachira. Awal awal Sae memperhatikan anak itu yang terus terusan menempel dengan Rin, sehingga dikepalanya berputar putar kalimat Siapa dia?. Agar menjawab rasa penasarannya, Sae menanyakan kepada Rin.

"Kamu keliatan deket banget sama anak baru itu, sampe ngelupain aku. Dia siapa sih? Kamu ga pernah cerita kalau dekat sama orang."

"Maaf Cantikk, bachira teman kecil gua dulu. Pas kecil dia selalu nemenin gua kemana mana, hehe, maaf"

"Cuman temen doang? Ga lebih kan?" Sae menatap tajam Rin.

"ah..... Iya c-cuman temen doang."

"Kenapa gugup gitu? Jawab yang jujur, Rin" Jarang bagi Sae untuk marah, tetapi kali ini emosi tetiba terpancing begitu saja.

"......... Gua dulu pernah pacaran sama dia, tapi baru beberapa bulan, kita udah putus karena gua yang inget masa lalu gua yang pernah gua lupain." Arah tatapannya berubah kebawah dengan melas.

"Masa lalu? Apa maksudnya juga dengan lupain?" Heran.

"Dulu gua pernah kecelakaan, abis itu ilang ingatan. Dulu pas masa gua kecil banget, ada seseorang yang gua ga terlalu jelas ingetnya, rambutnya mungkin agak mirip sama lu."

"Kamu ga mau ceritain?" Pinta Sae.

Rin menggeleng. "Bakalan gua kasi tau kok, tapi bukan sekarang"

"Yaudah deh, tapi janji ya."

"Iyaa. Ayo gas kantin?

"Boleh deh"

Perjalanan kekantin mereka aneh karena menjadi pusat perhatian, entah kenapa mereka merasa ada yang tak beres. Seseorang tetiba saja memegang pundak Rin dan "Baa!!" Bachira mengejutkan Rin dengan sengaja.

Rin berdecak kesal.
"Apa lagi? Gua mau kekantin nih"

Bachira sekilas menatap Sae yang berada disamping Rin. "Mau ikuttt dongg" pintanya dengan senyuman lebar diwajahnya.

"ee...." Rin menatap Sae yang hanya terdiam sembari menatap kearahnya juga.

"Okeeeyy ayoo" meguru menggenggam tangan Rin.

Sae berdecik. Rin sekali kali menatap Sae.
Duh, Sae nyaman ga ya....

»

Rin dan Sae duduk berseberangan, sedangkan bachira duduk disamping Rin.
Bachira tak akan membiarkan Rin berbicara dengan Sae walaupun hanya sebentar, sehingga Bachira terus menerus mengajak ngobrol bersama Rin.

Setiap kali Sae bertanya kepada Rin, seolah olah Bachira dengan sengaja menghalangi nya dengan terang terangan. Lagi dan lagi Sae berdecak kesal nan tak suka sehingga Rin menyadari decakan Sae. Sae hanya terdiam dalam menatap Rin tajam dan mulut yang menahan decakan lagi dan lagi keluar.

Rin menelan ludahnya dalam dalam.

"Heii, denger aku cerita ga sii??" Bachira sembari melambaikan tangannya dihadapan Rin berkali kali.

"Ah..... iya. Gua mau ketoilet bentar."

Selangkah dua langkah berlalu. Setelah kepergian Rin ketoilet, sepertinya ada sesuatu yang Bachira bicarakan dengan Sae, sehingga ketika Rin kembali dari toilet Sae sudah tak ada ditempat dia duduk tadi.

"Loh, Sae kemana?" Bola matanya mengelilingi kantin tersebut, berharap Sae masih ada disekitarnya namun sekarang tak ada lagi.

"hm, gatau. Udah lupain aja, makananmu udah kupesanin kok" Katanya dengan senyuman aneh.

"Perasaan gua belum ngasih tau apa yang mau gua pesen"

"Pas kita masih pacaran, aku inget kamu pernah nulis favoritmu dalam hidupmu." bachira mengambil tangan Rin yang berada dimeja dan mengecupnya sekali.

"Oh ya..." Tangannya dengan cepat mengambilnya kembali dari Bachira.

»»

Jam istirahat telah selesai dan saatnya untuk Bachira dan Rin memasuki kelas masing masing.

Langkahan terhenti ketika Rin melihat Sae dan kaiser hanya terkikis jarak beberapa centimeter yang tengah berjalan bersama berdekatan. Sae sontak terhenti juga ketika melihat Rin yang berhenti pas didepannya sembari menatapnya melas.

Lambaian tangan Sae untuk Kaiser dengan tujuan perpisahan antar kelas karena istirahat telah selesai. Kini Sae beranjak memasuki kelas melewati Rin yang masih menatap dirinya. Tangan yang besar tetiba saja mencengkram tangan Sae dengan kencang nan kuat.

Sae merintih kesakitan.

"Kenapa jalan sama kaiser? Kenapa bukan sama gua aja?" Hening dipecahkan oleh Rin.

"Gimana mau sama kamu kalau kamunya sama bachira mulu." Sae mencoba untuk melepaskan tangannya dari Rin.

"Kan bisa kamu ngerebut aku dari bachira. Ga usah sama kaiser."

"Apaansih Rin! Lepasin ngga!"

"Jawab dulu baru gua lepasin. Kenapa bukan sama gua aja?"

Sae enggan untuk menatap Rin.
"Itu.....itu karena-"

Dagunya diangkat oleh Rin menghadap kepadanya. "Jawabnya harus natep gua."

"Itu karena bachira ga suka aku deket sama kamu... Dia juga bilang kalau kamu yang udah jadi mantannya bakal jadi pacarnya lagi, jadi dia nyuruh aku jauhin kamu.."

"Dia cuman mantan dan ga bakalan jadi pacar gua lagi. Sae, lu cemburu?"

"H-hah?! Apaansi! K-kita cuman temen.."
Akhirnya Sae dapat melepaskan dirinya dari Rin meskipun wajahnya kini merah layaknya seusai direbus.

"Hm? Kalau cuman temen kenapa lu bertingkah seolah olah cemburu gitu?
Jujur aja, Sae." Rin perlahan mendekatkan tubuhnya ke Sae.

"A-aku ngga cemburu! Udah ah sana!" Sae mendorong tubuh Rin dan berhasil lolos dan kabur dari Itoshi Rin.

"heh."

~TBC~

See u.

Why you look jealous? ||Rinsae!||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang