katanya temen?

687 39 7
                                    


~Happy Reading~


Suara serupan susu dari Rin yang tengah meminum milk dilantai 3 dengan Sae karena baginya saat ini adalah siang yang adem, tak panas. Sesekali mereka berbicara tetapi tak sering karena masih ada canggung diantara mereka. Mungkin pembicaraan tentang hal yang tak berguna, misalkan kejadian horror yang pernah terjadi disekolah atau bisa saja membicarakan orang dibelakang. Yah itu saja yang dapat diberi contoh tentang pembicaraan tak guna, selain itu pembicaraan yang bisa dianggap penting.

"Sae" Panggil Rin dengan posisi wajah mendongak menatap langit langit.

"Hm?" Sahutnya tetapi tetap dengan wajah yang menatap kebawah. Sae melepaskan serupan susu dari mulutnya.

"Gua boleh nyontek PR ga besok? Kebetulan gua ga paham waktu guru ngejelasin. Boleh, ya?? Sae cantikk" Pintanya dan menatap kearah Sae sembari tersenyum memohon.

"Boleh, tapi ada syaratnyaa" Sae menyengir.

"Sebutin. Bakal gua turutin semua" Eaa, so keren dulu boss.

"Sok iyee kamu, orang aku cuman mau ditraktir doangg" Ujarnya tercampur dengan suara tertawa.

"Cuman itu doang? Udah gaada yang lain?"
Padahal dalam hatinya dia berharap harap.

'Gua ngarep syaratnya itu lu minta gua buat cium lu, anyingg' Batin Rin.

"Iyaa cuman itu doang, aku ga mau ngerepotin banyak, Rin"

"Ngerepotin banyak juga gapapa,
gua i'm fine cantikk"

Terakhir adalah suara tertawa dari mereka berdua sebelum bunyi Ting dari ponsel sae berbunyi. Lantas Sae pun membuka chat tersebut. Tetapi ada yang aneh, ekspresinya langsung berubah ketika membaca chat tersebut.

"Siapa?" Tanya Rin.

"Bukan siapa siapa. Aku turun dulu, Rin, ada yang kelupaan" Sahut dan menyembunyikan ponselnya dibelakang.

'hm.. gerak gerik lu mencurigakan, Sae.' Batinnya. Rin terlihat sudah mengetahui apa yang disembunyikan oleh Sae, tetapi ia masih belum mengetahui yang sebenarnya. Ia menatap Sae malas.

"Okelah, ntar gua susul" Rin hanya mengangguk.

"Daah" Tangan mereka saling melambai satu sama lain.

Ketika pintu lantai 3 menuju lantai dua ditutup oleh Sae, Rin dengan cepat berlari menuju Sae dengan diam diam, dengan tujuan ingin melihat apa yang akan Sae lakukan dikarenakan bagi Rin gerak geriknya mencurigakan.

Rin menempelkan tubuhnya ke Tembok agar tak ketahuan oleh Sae.

Seiring langkahan kaki terdengar dari kedua pihak, Sae berhenti didepan toilet. Lantas Rin pun mengikuti hentikan Sae.
Sae terlihat menunggu seseorang keluar dari toilet itu sembari memperhatikan ponselnya. Dan tak lama Shidou keluar dari toilet dengan kunci yang ada ditangannya.

"Lu lama." Celetuk Sae terhadap Shidou.

"Ya maap sayangg" Sahutnya.

'cok. Sayang? Berarti gua NT? Bajingan.' Hatinya hanya bisa sakit dan tubuh yang bergetar. Ia menunduk.

"Sayang? Jangan lupa kalau gua udah nolak lu. Jadi jangan mimpi."Jawabnya Ketus dari Sae.

"Tapi gua nganggep lu pacar gua." Ujar Shidou dengan nada yang menggoda Sae.

"Berhenti nganggep gua gitu. Gua risih anjing. Lagi pula gua ga suka lu dari awal. Lu cuman gua anggep temen biasa."
Susu yang belum dibuang oleh Sae, kini ia lemparkan ke Shidou, namun sayangnya Shidou dapat menangkis hal tersebut.

"Ah... Lu berubah drastis Sae. Apa karena anak itu? Siapa namanya...... Rin ya?" Kini Shidou menatap kearah kanan tepat dimana Rin berada disana.

Akibat emosi Rin tersulut hingga pikirannya tak karuan. Telinga terasa ditutup oleh sesuatu yang tak terlihat, sehingga Rin tak dapat mendengar pembicaraan mereka lagi.

"Jangan pernah bawa nama Rin tentang masalah ini, atau ngga, terima konsekuensi nya." Sae tak dapat menahan emosinya.

"Apaan? Jadi bener si Rin yang nyuri hati lu? Wahh, gilaa." Ujar Shidou dengan ukiran senyuman aneh tak terima diwajahnya.

"Sorry? Gua ga pernah ngomong kalau gua suka dia."

"Ah iyakah manies? Jadi gua boleh-"

"Bangsat! Jangan pernah apa apain dia, atau gua bunuh lo!" Karena tak tahan, ia menarik kerah baju Shidou.

"Oh? secara ga sengaja lu ngaku kalau lu suka dia. Kalau beneran ngga suka, kenapa lu mesti kayak pawangnya gini? Lu lucu."
Shidou tertawa gelak, tetapi hati mengeruh sungguh tak terima.

"Brengsek. Tujuan gua disini cuman buat ambil kunci motor gua sama lu, bukan buat kegaduhan." Sembari melepaskan kerah baju Shidou.

"Nih gua kembaliin, udah kan?" Ia memberikan Sae kunci motor milik Sae sendiri.Tanpa menjawab, Sae pergi tanpa mengatakan apa apa dan meninggalkan Shidou sendirian.

Entah sejak kapan Rin telah pergi dari tadi.

Pas ketika Sae masuk kekelas mereka yang tengah jamkos nan berisik, ia melihat Rin tertidur.

Sae mendekat kepada Rin yang tengah tertidur. Sae melerai rambutnya dan tampak mata Rin sembab sudah menangis. Itu membuat Sae keheranan.

"Kamu.....udah nangis? Rin...." Lirihnya.

~TBC~

Haii, maaf upnya sekali seminggu, author cape dengan tugas dan juga ini aku ngerjain ni book sehari 1 bab masing msing dari book tertentu. Jadi im so sorry kalo lama bangett nunggu

See u.

Why you look jealous? ||Rinsae!||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang