Prolog

247 26 7
                                    


"Kenapa kau kabur segala?"

"Karena....,"

"Kau kabur tanpa pakai bra?"

***

"Tolong jangan katakan itu, Mas. Saya sangat malu!"

"S-Saya akan tidur di sofa,"

"Coba saja kalau berani."

***

"Apa kau ingin terjatuh dari ranjang?"

"Tidak kok Mas."

"Posisimu seperti sengaja ingin menjatuhkan diri ke lantai."

***


"Yah, Bira ada penghargaan siswa teladan hari ini di sekolah. Ayah bisa datang, kan?"

Pria setengah baya menghampiri Shabira dengan sorot mata tajamnya. Sangat berbeda dari tatapan seorang ayah pada anak perempuannya. Shabira pun hanya dapat menunduk takut.

"Kamu pikir ayah punya waktu untuk itu?"

"Tapi, Yah." Shabira memilin jari-jarinya gugup. "Satu kali ini saja, aku juga akan akselerasi. Apa Ayah tidak bangga?"

"Adikmu."

Shabira meringis. Lagi-lagi selalu adiknya.

"Dia harus mengunjungi makam ibunya. Kamu sebaiknya mengalah pada adikmu, ya, Bira?"

Benar. Ini selalu tentang Valencia Gunawan, adik Shabira dari ibu dan ayah yang berbeda dengannya. Namun dia selalu berhasil merebut kasih sayang ayah kandungnya, Gunawan.

Meski rasa berat hati, tapi tak ada lagi yang dapat Shabira lakukan selain mengalah seperti biasa.

"Oh. Baik, kalau begitu Bira akan minta tolong pada Bibi agar bisa datang."

"Hem, kau pintar. Shabira selalu bisa berpikir cerdas." Gunawan kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Shabira, entah sampai kapan ia akan terus diperlakukan layaknya cinderella di rumah yang lebih mirip neraka baginya.

***

Sekian, prolog. ^^

Cinderella Nice SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang