Kau Adalah Milikku

83 11 1
                                    

Valencia tak habis pikir mengapa Aditya lebih memilih Shabira yang jelas-jelas tidak sebanding dengannya. Jika dilihat dari sisi fisik maupun kecerdasan, jelas sekali dirinya lebih baik dibandingkan istri Aditya itu.

"Valen, kau sedang apa, Sayang?" tanya ayahnya.

"Ayah. Valen mau menemui kak Bira," jawab Valencia.

"Untuk apa, Valen?"

"Valen yakin kak Bira gak benar-benar ingin menikahi tuan Aditya. Biar aku saja yang menggantikan kakak jadi istrinya tuan Adit, Yah!"

"Valen sadarlah. Suka tak suka, kakakmu yang dipilih langsung oleh tuan Aditya."

"Gak! Ayah tau aku lebih segalanya dibandingkan kak Bira. Yah...." Valencia lantas menjatuhkan tubuhnya lemah.

"Valen! Kau gak papa?"

"Yah, ayah tau tubuhku lemah. Yah, aku hanya anak yang kasihan sejak awal. Pantas, ya, aku tak boleh memiliki suami seperti tuan Adit." Valencia lagi-lagi menggunakan kondisi lemahnya untuk membuat ayahnya iba dan melakukan segala cara agar dirinya tak terabaikan. Itu cara yang dilakukan Valencia demi membuat Shabira tersingkirkan.

"Valen." Ayahnya menggeleng. "Kau tahu kali ini ayah tidak bisa berbuat apa-apa."

"Yah. Cukup antar aku ke rumah tuan Adit. Maka aku akan membuat semuanya mungkin."

"Apa yang hendak kau lakukan?"

"Aku akan melakukan apa saja. Demi keinginanku. Seperti biasanya, aku harus mendapatkannya." Valencia bergumam pelan tak terdengar.

"Valen?"

Valencia memegang tangan ayahnya. "Aku hanya rindu kak Bira." Sudah pasti itu adalah dusta.

***

Shabira mematung di tempatnya berdiri. Seseorang tengah sibuk mengukur tubuhnya. Pertemuan penting malam ini membuatnya disibukkan dengan segala macam hal yang berkaitan akan pesta mewah.  Gaun mahal, sepatu terbaik, tak lupa perhiasan dan sebagainya. Shabira akan menjadi wanita yang paling berkilau. Dia istri seorang pria yang mengagumkan sekarang.

"Anak? Apa dia sungguh-sungguh?" Shabira meneteskan air mata. Tak pernah terbesit jika ini benar-benar akan menjadi sebuah pernikahan yang layak.

"Apa dia ingin menyentuhku?" Shabira menyeka air matanya dengan perasaan yang amat kacau. "Melakukan hubungan itu?"

"Nona."

"Nona Shabira?"

Shabira menoleh ke sebelahnya. "Ya?"

"Tuan Aditya ingin melihat Anda mengenakan gaun yang Anda sudah tentukan. Silakan ikuti saya."

Shabira mengangguk. Tak ada yang dapat ia lakukan sekarang. "Ya."

Ia mengikuti kemana pelayan itu membawanya. Setelah sampai di sebuah pintu, Shabira di tuntun agar keluar dengan mengenakan gaun pilihannya. Shabira pun keluar melalui pintu dihadapannya dengan gaun yang cantik dan indah.

Begitu ia menemui jalan terbuka. Ia melihat seorang pria tengah mengangkat wajahnya.

Mata itu menatap ke arahnya dengan sorot tajam tanpa ekspresi. Shabira hanya berdiri dengan satu ekspresi. Senyum tipis seperti biasa.

Aditya tampak menghela napas. "Ganti."

"Ya?" Shabira menyahut bingung.

"Aku tidak suka aksen di bagian dada, hanya menarik perhatian orang menatap ke arah sana." Aditya lalu menjentikkan jarinya. Pelayan pun muncul membawa Shabira kembali ke ruang ganti.

Cinderella Nice SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang