Pelukku untuk Pelikmu

1K 54 2
                                    

Salma masih tetap tak beranjak sedikitpun, menjadikan dada bidang lelaki itu sebagai tumpuannya.

"Sal, maaf ya"

"udah bikin khawatir"

"Udah lebih baik suasana hatinya?
cerita sama gue, mau kan"

"Gapapa ca, maaf ya tadi gak respon chat lu"

"Darimana tadi?"

"cari angin"

"Emang panas banget ya sekarang, sampai harus dicari gitu angin nya?"

"Iya ca, panas"

Nyatanya yang panas adalah cuaca bagian suasana hatinya, Rony tadi pagi diliputi dengan senyumannya pada Semesta, senang semalam dua insan itu diberi kesempatan untuk berhagia. Waktu, yang merubahnya, menatap layar ponselnya, kini kalimat-kalimat itu terasa menggerogoti hatinya. Rony tak paham, mengapa tiba-tiba kolom komentar postingannya hari lalu ramai sekarang? Membaca isi komentar yang ia kira membuatnya tersenyum namun salah, itu sebuah kesalahan besar. Beberapa melontarkan kalimat seperti pisau tak berbentuk itu, Rony tersenyum pahit,
Memang dirinya seburuk apa? sehingga rasanya Bahagia seperti tak diperbolehkan singgah sebentar.

"Sal, yang mereka bilang nggak bener"

"Gua gak cari apa-apa dalam diri lu, selain kehangatan."

"Gua beneran gak panjat sosial ca supaya gua dikenal banyak orang"

"Gua lebih baik jadi orang paling asing di dunia ini, daripada deketin lu cuma buat naikin popularitas gua"

"Gue gak pernah sal, kepikiran kaya gitu, jangan percaya ya?"

Hati Salma terasa pilu mendengar pernyataan lelaki itu, bahkan tanpa adanya pernyataan dari nya sekalipun, Salma percaya, bahwa Rony tidak akan memperlakukan dirinya seburuk itu.

Menatapnya kini terasa menyedihkan, Salma menemukan tatapan yang kosong dari pupil indah seseorang yang kini sudah menempati hatinya yang dahulu
kosong. Dirubahnya hari-hari Salma menjadi lebih baik, tanpa harus meminta, Rony tahu Salma sedang membutuhkan apa.
Rony tahu betul suasana hati Salma,
bahkan bisa dibilang Ia ahli nya kini.
Salma menjadi akrab dengan tawa, menemukan jiwa yang juga ternyata seperti cerminan dirinya. Salma menemukan dirinya versi laki-laki, ada di sampingnya sekarang.

"Ron, jangan bilang gapapa terus gausah bohong sama diri sendiri,
bisa kan?"

"Sal, nyatanya dengan gua menunjukan kehancuran gua sekalipun, gak akan merubah
apapun dari itu semua.
Mau gua jadi malaikat sekalipun,
gak ngejamin gua dipandang baik sama Manusia. Dunia harus terus jalan sal, tanpa nanya gua kuat atau nggak, gua dipaksa jalan, tanpa nanya kaki gua udah sembuh atau belum."

"Hidup bakal kerasa berat banget Sal, kalau dikit-dikit ngerasa dijahatin, dikit-dikit ngerasa direndahin. Gua gamau buang waktu gue disana, ya gini, gua mencoba buat bodoamat."

"Apapun sal, apapun itu perihal gua,
akan gua terima, tapi tindakkan gua akan jelas berbanding terbalik kalau itu semua mengarah ke elo."

"Gua gasuka sal, apapun yang mengarah ngebuat Semesta gua sedih. Jangan nangis, apalagi karena gua, gua gak pantes ca lu tangisin."

"Ron, kalau cinta sama semesta, lu juga harus siap nerima seluruh cuaca nya juga bukan?"

"Bentuk apapun itu, marah, sedih, kecewa, beserta kawanan pilu nya itu.

"berulang kali gua bilang, lu tuh
cuma manusia.
dan perasaan itu semua emang bagian dari kita."

"jangan ngehindar terus, gua di sini"

"lo bisa kapanp"

Ucapannya terhenti begitu saja, ketika tubuh lelaki itu menyambar nya tanpa aba-aba.
Runtuh sudah pertahanan lelaki itu, memeluk Salma sangat erat. Punggungnya bergetar, lelaki ini menangis. Rony menangis. Semesta salma malam ini menunjukkan sisi manusia nya.

Salma tak mengeluarkan bicara nya sedikitpun, membiarkan keheningan menyambut pilu lelaki itu. Sejak mengenal Rony, yang ia lihat hanya senyum dan tawa nya saja. Lelaki yang membawa kesan
"Sok Keren" pertama kali saat mengenalnya, namun ternyata Salma salah, semakin larut mengenal lelaki ini, ia memang benar-benar Keren.

Rony yang selama ini yang tak henti mengumbar tawa nya, seolah manusia paling bahagia di dunia ini, seolah semesta selalu memberinya hari-hari baik,
dugaannya salah,
Rony hanya ahli menyembunyikannya.

Salma membalas pelukannya, kini bergantian, jika tadi Rony yang menjadi peluknya,
kini biarkan Salma yang
memeluk peliknya lelaki itu.

Rony menghapus jejak air matanya sedikit kasar, Salma bergumam
"Ron, take your time, i'll be here."

Manusia ini akhirnya menunjukkan sisi manusia nya, menangis, Salma selalu terngiang akan kalimat
"anak laki-laki gak boleh nangis, sal."
yang dilontarkan lelaki yang ternyata juga rapuh, ia hanya rapih menyimpannya.

Memangnya, kata siapa laki-laki tidak boleh menangis? tentu itu hak semua manusia di muka bumi ini, tanpa alasan apapun, tak adil rasanya perihal menangis saja memandang jenis kelamin.

Rony merasa hidup dalam warna malam ini, kehadiran wanita itu sudah mewarnai malam nya yang tadinya kelabu. Hidup menurut Rony hanya hidup untuk membahagiakan orang lain. Salma hadir, mematahkan itu semua, bahwa kebahagiaan diri sendiri berada di titik puncak tertinggi. Mengandaikannya ibarat ingin menuang isi air putih ke dalam gelas orang lain, na'as gelasmu saja kosong. Menyedihkan bukan?

Rony kira hidup hanya seputar membuat orang-orang lain disekitarnya nyaman, dengan Salma lagi-lagi semuanya dipatahkan.
Ternyata hidup jauh lebih dari itu semua, menyenangkan orang lain bukan berarti mematikan perasaan diri sendiri, bukan?

ronyparulian_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang