OO5

715 52 0
                                    

Sudah botol kelima, Niki mabuk semabuknya meminum alkohol. Teman lelakinya- Steven hanya menghela gusar, usahanya bakal sia-sia kalau menghentikan gadis bar-bar ini.

"Baru kali ini kau patah hati, Nic, sampai begini ya?" Steven menepuk-nepuk pundak Niki.

Niki mengusap wajahnya. "Apa aku semenyedihkan itu?"

Steven mengangguk.

Walau Niki menyangkalnya, tapi hatinya benar-benar sakit melihat kenyataan itu di depan matanya. Padahal dia tidak berharap apa-apa pada lelaki bernama Jay itu, tapi ternyata Niki menginginkan lebih.

Iya, Niki menginginkan Jay lebih dari lelaki yang hanya dibuat untuk senang-senang saja. Dia menginginkan Jay agar mencintainya, bersamanya, dan hanya untuknya.

Niki ingin sekali kalau apa yang dilihat hanya salah paham. Tapi kenyataan selanjutnya adalah Jay tidak pernah menemuinya lagi sejak hari itu, semakin membuat Niki frustasi.

"Carilah yang baru."

"Mau taruhan lagi?" tanya Steven tersenyum polos. Tentu saja dapat pukulan keras di lengannya.

Niki dengan pakaian seksinya berjalan ke tengah-tengah orang menari. Dia ikut menari dengan musik berdentum yang memekakkan telinga. Setiap detik wajah Jay selalu menghantuinya, mengingatkan pada malam waktu itu.

Badan Niki dengan luwes menari dan berputar, dia bahkan tidak peduli jika semua mata jahat pria hidung belang menatapnya. Karena itulah tujuannya.

Rambutnya sudah berantakan dan Niki terus menikmati kegiatannya.

Padahal niatnya adalah agar Jay melihatnya dan membawanya pergi karena tidak menyukai Niki bersikap seperti itu. Tapi, sampai kapanpun Jay tidak pernah memunculkan batang hidungnya.

Gadis itupun akhirnya berakhir tertidur lelah di kamarnya. Sampai keesokan harinya pun Niki hanya tertidur sampai malam kembali dan saat bangun juga kembali dia pergi.

Niki menatap pantulan bayangannya di cermin. Pakaian serba hitamnya melekat pas di tubuh. Gadis itu memakai sentuhan terakhir pada bibirnya.

Dengan keras Niki menutup pintu mobilnya, melihat kaca spion untuk melihat ke belakang. Disaat Niki sudah berada dalam jalanan, gadis itu langsung menginjak pedal gas dengan kekuatan penuh.

Dia terlalu fokus dengan menyetir mobil dengan ugal-ugalan, sampai telepon dari Steven pun Niki tak menyadarinya. Padahal telepon itu terus berdering.

Tiba di tempat tujuan, Niki membuka jaketnya dan hanya mengenakan baju crop top di balut celana jeans ketat. Di depan sana sudah ada seorang lelaki menyambutnya.

"Welcome darling," ujar si lelaki dan mengecup bibir Niki sekilas.

"Bagaimana kau sudah mengurusnya, kan?" tanya Niki.

"Tentu saja. Tuan tidak akan mengetahuinya."

Niki bersorak. Dia reflek memeluk lekaki itu-Jake sahabat kecilnya sekaligus seseorang yang terdekat dengannya sampai keluarga mereka berdua saling mengenal.

"Mari mulai konsernya?" ajak Jake mengulurkan tangannya.

Niki mengangguk. Dan berjalan senang dengan Jake di depannya.

Iya, mereka akan menampilkan beberapa lagu di acara konser musik. Niki diajak oleh Jake kemari dan tentu saja Niki tak menolaknya. Ia justru sangat beruntung.

Hingga saat dimana Niki dan Jake menampilkan pertunjukannya, seseorang tengah menontonnya dari kejauhan. Dia meremas jari-jemarinya dan mendengus kesal.

A Mistaken Relationship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang