Dress hitam selutut yang sangat pas di badannya, Niki hanya terus-terusan berdecak kesal. Ingin menangis pun dia terlalu lelah, karena kemarin-kemarin dia sudah banyak mengeluarkan air matanya.
Niki mengusap wajahnya. "Aku percaya padamu," lirihnya.
Gadis itu menghela berat, kembali menatap wajah di cermin. Lantas membilas tangannya cepat. Niki menatap kosong sesaat dan langsung keluar dari toilet tersebut.
"Nona Nichole, darimana saja? Tuan sedang mencarimu."
Niki menelan salivanya. Dia menghadap seseorang yang baru saja bicara. "Ya, aku akan kesana segera."
Mata Niki melirik tajam ke arah pelayan pria tadi. Bibirnya tiba-tiba menyeringai, dia mengambil sesuatu di balik dress hitamnya. Hingga saat Niki memperhitungkan waktu yang pas, dia menyodorkan sebilah pisau kecil pada si pelayan.
"Diam atau nyawamu hilang."
•••
Sebuah pesan singkat dari Niki berhasil membuat Jay kebingungan. Pasalnya gadis itu hanya mengirimkan sebuah alamat hotel saja tanpa perkataan apapun di dalam pesannya.
Hingga Jay berpikir jika mungkin Niki menginginkannya pergi ke hotel tersebut.
Jay mengintip dari balik kaca mobilnya, melihat keluar. Dia tidak menaruh curiga apapun disana. Tidak ada yang aneh ataupun ada sosok Niki disana. Karena dihantui rasa penasaran, Jay mulai keluar dan berjalan menuju lobby hotel.
Matanya menatap setiap sudut, mencari keberadaan Niki. Jelas tidak ada.
Tangannya mencari kontak Niki di ponselnya, menelponnya kembali. Jay menatap cemas kesana kemari.
Apa yang dilakukan Niki di hotel ini?
Seseorang berlari dan tak sengaja menabrak bahu Jay, lelaki itu langsung melirik tajam ke si pelaku. Seorang pelayan itu terdorong ke belakang, dia menundukkan kepalanya sesaat dan kembali meminta maaf.
Jay menatap pelayan itu dengan tatapan aneh, begitu juga sebaliknya dengan si pelayan.
Terkejut karena tiba-tiba tangannya ditarik, Jay berniat menghempas tangan ringkih itu, jika saja si pelayan tidak mengeluarkan suaranya.
"Jay..., ini aku."
Dahi Jay mengernyit heran. Sebelum akhirnya dia membulatkan matanya. "Niki? Apa yang kau lakukan?" balasnya berbisik.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Sekarang ayo kita pergi."
Niki menarik Jay untuk berlari keluar.
Jay dan Niki sama-sama bernapas lega sesampainya di mobil. Kedua sejoli itu serentak tertawa karenanya. Apalagi Niki dia tertawa terbahak.
"Hahaha..., kenapa ini sangat lucu?" gelak Niki, dia melepaskan topinya dan membiarkan rambutnya panjangnya terurai.
"Aku sangat menyukai ekspresimu tadi," Niki lagi-lagi menepuk bahu Jay, tertawa lagi.
Jay hanya tertawa kecil melihatnya. Tapi, tak berselang lama kemudian dia kembali terdiam. Sudut bibirnya tersenyum saat menatap bagaimana bahagianya Niki detik ini. Dia menyukainya— senyum gadis itu.
Lelaki ini teringat akan kesalahan yang dia perbuat waktu itu. Tangannya bergerak memegang tangan Niki erat. "Niki...," lirihnya.
Niki membenarkan tatanan rambutnya, menghentikan tawanya mendadak disaat dia menyadari perubahan ekspresi wajah Jay. Gadis itu mulai menatap Jay penuh. "Hm?"
Mulut Jay terbuka, tapi dia tidak bisa berbicara apapun. Seolah Jay tidak tahu harus memulai darimana. Dia merindukan Niki, sangat, tapi di sisi lain dia merasa bersalah dan ragu untuk mengungkapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mistaken Relationship [END]
FanfictionJay × Ningning Apakah mencintai seseorang salah? Salah. Karena Jay mencintai seseorang disaat dia sudah mempunyai keluarga kecil jauh disana, sedangkan di sisi lain dia justru jatuh cinta pada seorang gadis yang membuatnya menjadi seorang manusia y...