Epilog

942 54 15
                                    

"Mowning, Papa."

Pagi itu, entah kenapa rasanya seperti hari yang benar-benar cerah. Jay menangkap sosok buah hati kecilnya yang tersenyum lebar.

"Morning, jagoan Papa. Tidurmu nyenyak, hm?" Jay mendekatkan wajahnya ke wajah Dean, mengecupnya berkali-kali. Si korban terkekeh geli.

Dean mengangguk semangat. Memeluk tubuh papanya. "Dean mimpi indah."

"Benarkah? Iri deh, Papa juga mau mimpi indah."

Dean senyum meledek. "Itu karena aku nyimpen gigi di bawah bantal, Pa."

Mendengar celotehan Dean barusan Jay nampak terkejut dan tertawa keras setelahnya. Dean benar-benar salah satu kebahagiaannya, dan Jay akan melakukan apapun untuknya.

"Pagi, Jay."

Jay menoleh, melirik Julle yang tersenyum hangat. "Pagi," balasnya lembut, Jay ikut membalas senyum Julle.

"Apa sarapan sudah siap?" tanya Jay kembali bersuara.

Julle mengangguk singkat. "Tentu saja. Aku tunggu di meja makan, okay?"

Setelah Julle pergi, Jay kembali mengalihkan atensinya pada Dean. Dia mencubit gemas pipi anak lelakinya tersebut. "Ayo, kita sarapan, jagoan."

"Ayo!!"

Rutinitas sarapan pagi yang baru saja telah selesai, Jay beralih mempersiapkan diri untuk pergi kerja.

Ayah anak satu ini memakai kemeja dengan tergesa. Tangan yang satu memakaikan kancing, satunya yang lain mencari benda di dalam lemari.

Jay mendesah pelan saat melihat bajunya ternyata salah mengancingkan. Padahal tangannya akan fokus pada kemejanya, tapi sebuah kotak yang jatuh justru mengalihkan atensinya.

Jantungnya berdebar kencang saat kotak itu diambil.

Jay menelan salivanya susah payah. Itu hadiah lama dari seseorang yang pernah menempati posisi spesial di hidupnya.

"Sudah lama sekali rupanya," gumamnya. Mata Jay mulai berkaca-kaca. Terdengar helaan napas berat.

Tangannya bergetar membuka kotak itu. Menampilkan sebuah benda kecil nan berharga tersebut. Sebuah miniatur gitar.

Jay tertawa geli. Hingga tak sadar bahwa air matanya mengalir.




"Kenapa kau memilih menyanyi daripada hobi yang lain?" tanya Jay, tangannya mendekap tubuh gadis itu erat. Dia menghirup dalam-dalam aroma memabukkan milik gadis cantik ini.

Niki menatap ke depan, menerawang. "Aku pernah menderita dulu."

Senyum paksa, Niki kembali mengeratkan tangan Jay di perutnya. "Ini salah satu hal terapi kecil buatku. Aku selalu meluapkannya melalui lagu dan musik. Hingga tak sadar jika aku benar-benar menyukainya."

Perkataan Niki itu membuat Jay melamun sesaat. Dia dapat merasakan pergerakan berbeda dari Niki. Lelaki ini mengecup pipi Niki cepat. "Itu bagus. Nichole-ku ini ternyata sangat berbakat."

Rona merah muda menjalar di kedua pipi Niki. Gadis itu menahan senyum di bibirnya. "Kau mencuri kesempatan dalam kesempitan ya, Jay."

Jay menggeleng. Tapi, detik kemudian dia tertawa kecil. "Tidak."

"Ck, licik." Niki memalingkan wajahnya. "Padahal aku juga mau," gumamnya pelan sekali.

"Apa? Aku tidak dengar."

"Aku juga mau!" sentak Niki.

Hingga akhirnya Jay menciumnya secepat kilat. Dia menekan tubuh Niki untuk kian mendekat dengannya.

Niki menjauhkan diri. Dia terbengong awalnya, namun akhirnya tersenyum lebar. Dia mendekatkan kembali wajahnya, begitupula dengan Jay.

"Lain kali berikan aba-aba padaku, Jay."

Jay mengangkat sebelah alisnya. "Seperti ini?" Dia mengecup bibir Niki cepat.

Niki kian membulatkan matanya.

"Atau seperti ini?"

Jay kembali mengecup berkali-kali bibir Niki dengan cepat. Dia tertawa terbahak melihat ekspresi dongkol Niki.

"Ah ternyata kau licik sekali, Jay."

"Biarlah, ini karena aku terlalu gemas padamu," ucap Jay langsung menarik Niki pada pelukannya kembali. Dia memejamkan mata, merasakan sebuah perasaan hangat di hatinya.

"Aku ingin selalu seperti ini bersamamu."

"Aku juga." Niki membalas pelukan itu lebih erat.

"Tidak peduli jika akhir cerita ini mempunyai ending yang menyedihkan. Pada kenyataannya, cintaku benar adanya untukmu, Nichole."

End ...

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Makasih buat kalian yang udah setia baca sampai akhir :3 . Makasih juga yang udah vote sama komennya.

Semoga nanti ketemu di next story Jayning yaaa (walaupun masih gaada ide sih).

Sebenarnya aku udah publish sequel cerita ini. Buat yang gak sreg sama cast-nya, aku gak wajib-in buat baca sih :D

Jadi, sekian dari author  ^._.^

A Mistaken Relationship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang