Aku tidak bisa tidur
Philia kini terbaring di ranjangnya, setelah siang tadi dia menghabiskan waktunya bersama anak-anak. Malam menyelimutinya dengan dingin yang menusuk tulang, dan selimutnya tak mampu mengusir rasa ketidaknyamanan yang menghantuinya. Entah kenapa, hari ini tidurnya terusik, seolah sesuatu yang tak terlihat memaksanya untuk tetap terjaga.
Keheningan malam menggantung di udara, meresapi setiap sudut ruangan. Semua orang terlelap dalam mimpi mereka, tapi Philia hanya mampu menatap langit-langit bangunan, terdengar hening dan terasa sepi. Suara sekitar yang biasanya tidak terasa, kini menusuk telinganya dengan kejernihan yang menakutkan. Inilah malam yang membuatnya peka terhadap keberadaan yang tak terlihat di sekitar rumah sakit.
Meski ada yang berjaga di sekitarnya, Philia masih merasa cemas. Bayangan situasi perang menghantuinya, ancaman serangan udara mendadak dari musuh. Matanya melirik ransel di samping ranjangnya, mencari keamanan yang mungkin bisa ditemukan di dalamnya.
Dengan gerakan gemetar, tangannya meraih ransel dan membukanya perlahan. Di dalamnya, tersembunyi belati tajam dan beberapa serum yang belum terpakai. Peralatan sihirnya juga tergeletak di sana, memunculkan pertanyaan dalam pikirannya. Mengapa Kekaisaran belum melucuti senjatanya jika benar-benar dia telah dipensiunkan dari keanggotaan?
Dengan berhati-hati, Philia mengambil belati dan serum, meletakkannya di dekatnya. Rasa tidak aman masih menyelinap dalam dirinya, tidak memberinya kenyamanan.
Kreeeeek
Pintu terbuka perlahan, mengungkapkan gelapnya lorong yang menanti. Langkah kaki ringan mengusik ketenangan Philia, memaksa dirinya untuk menggenggam erat senjatanya. kewaspadaannya mencapai puncak. Namun rasa lega menggelayut saat menyadari bahwa langkah itu hanyalah perawat-perawat yang memasuki ruangan untuk memeriksanya.
"kau masih belum tidur ?" tanya seorang perawat melihat Philia yang masih terjaga
Philia menggeleng memberikan isyaratnya, itu adalah perawat yang biasanya berjaga di ruanganya. Dia adalah orang Grasia yang terlihat berumur 25 tahun.
"Apa kau perlu sesuatu?" tanya perawat itu, menawarkan bantuan sekali lagi sebelum menyelinap keluar. Philia mengangguk dan memintanya untuk mengantarnya ke toilet, akan menjadi masalah jika dia tidak membuangnya dan terbawa tidur. Apalagi melihat kondisinya yang perlu bantuan orang lain.
Perawat itu membantunya menaiki kursi rodanya dan mendorongnya menuju toilet rumah sakit yang berada di ujung. bangunan ini perlu dibenahi untuk menempatkan setiap toilet di setiap ruangan. Namun kondisi saat ini tidak memungkinkanya.
Mereka segera menyelesaikan urusanya disana dan segera kembali ke ruangan, melewati lorong lorong rumah sakit yang hening dan gelap. Diantara lorong yang panjang ini entah kenapa membuat mereka terasa tidak nyaman, apa lagi hanya mereka berdua saja yang melewatinya di malam ini. Angin malam menusuk nusuk tulang dan cahaya bulan menyinari jalan keduanya dihiasi taburan bintang di angkasa.
"Ku dengar lusa kau akan pergi"
Philia mengangguk matanya hanya bisa menatap setiap jalan yang mereka lalui dengan sedu. Di siang hari disini tampak ramai oleh orang orang yang berlalu lalang, kehangatan semua orang disini membuatnya merasa seperti ingin tinggal disini selamanya. tapi dia tau bahwa tidak normal bagi seseorang untuk menginginkan berlama lama di rumah sakit. Yah itu normal bagi seseorang yang memiliki keluarga dan rumah. Setelah ini dia akan hidup sendiri sampai keputusan lanjutan dari kaisar.
"Begitu ya, ku harap kau sejahtera disana nanti"
Itu adalah hal yang paling di harapkanya, namun apakah itu benar benar dapat di kabulkan. apa yang diharapkanya tidak selalu menjadi kenyataan. Philia hanya mengikuti takdirnya yang terus membingbingnya, Entah apa yang menunggu di depanya tapi melihat kenanganya di medan perang membuatnya berspekulasi bahwa kedepanya pasti akan lebih rumit.
Terlebih lagi dengan tempat yang di sebut Santuary, sebenarnya tempat apa itu ?. Tempat eksperimen kah?. tapi dia tidak pernah mendengarnya dari sumber manapun. Serta siapa itu Evelyn yang pernah di ucapkan Helena kepadanya yang mengatakan dia memiliki kemiripan denganya.
Apa dia ibunya ?. pertanyaan itu menjadi benang kusut di kepalanya yang tidak bisa menduga duga sesuatu yang belum terbukti. Namun yang pasti Philia benar benar membencinya, seseorang yang menelantarkanya begitu saja di depan panti, bahkan tanpa memberikan apa apa kepadanya. apakah dia anak haram ?.
duuuuum
Perawat itu menghentikan langkahnya dan menahan kursi roda di depanya setelah mendengar sesuatu meletus dari kejauhan. itu terdengar seperti sebuah tembakan yang meletus, tepatnya di depan gerbang rumah sakit.
"apa itu ?.." ucap Perawat itu di ikuti tubuhnya yang mulai gemeter, khawatir serangan musuh terjadi lagi dan menimpak warga sipil lagi.
Philia menelan ludahnya, pengalamanya mengatakan itu adalah suara dari sebuah peluru yang di lesatkan, firasatnya telah menduga ini dan dia segera melihat senjatanya yang telah dia sembunyikan di sakunya. Bersiap jika saja pihak Libya benar benar menyerang rumah sakit. apalagi kini kemampuanya telah turun drastis, dan hanya memanfaatkan pengalaman singkatnya di militer kekaisaran.
"ayo cepat kita harus membangunkan yang lain, dan melaporkan ini kepada kepala rumah sakit"
Dengan tergesa-gesa, perawat itu segera bergerak mendorong maju kursi roda, menghadap ke ruangan gelap yang dipenuhi oleh bayang-bayang aneh. Udara di sekitar mereka terasa berat, dan suasana menjadi tegang. Namun, ketika mereka mencapai depan ruangan, kecemasan mereka melonjak.
Pintu ruangan telah terbuka lebar, menyapu udara dingin yang menusuk tulang. Keheningan yang mendalam memenuhi ruangan, mematahkan suara langkah mereka yang terdengar begitu keras di lantai yang dingin. Perawat dan kursi rodanya terdiam, terpaku pada pemandangan yang tak terduga.
Mereka merenung pada pintu yang terbuka, dan kecemasan melanda wajah mereka. Sebuah perasaan takut yang tak terucapkan melayang di udara. Ingatan akan peristiwa sebelumnya menghantu, karena perawat itu yakin telah menutup pintu dengan tangan gemetar sebelumnya. Tapi sekarang, hadirnya kekosongan di koridor gelap menakutkan.
Bayang-bayang di sudut-sudut ruangan mulai bergerak tanpa alasan yang jelas, menciptakan ilusi mengerikan yang sulit dipahami. Suara langkah yang tak terdengar bersamaan dengan napas mereka yang terengah-engah, menciptakan orkestrasi ketakutan.
Perawat itu menelan ludah, mencoba untuk mengekang kecemasan yang tumbuh dalam dirinya. Kursi roda terasa seperti terpaku di tempatnya, seakan menyatu dengan lantai yang dingin. Mereka merasa terperangkap dalam dunia gelap yang tak dikenal, dan ketidakpastian merambat seperti bayangan menyelinap di dinding.
Dengan tekad yang terkumpul, mereka dengan penuh rasa ingin tahu melangkah maju ke dalam ruangan yang diliputi kegelapan, tidak ada yang berubah menurut pandangan mereka. Karena mata mereka tidak bisa menjangkau seisi ruangan yang terlihat gelap. Entah sejak kapan, aroma amis merayapi udara di sekitar mereka, menusuk pekat menuju hidung mereka dan Perawat itu merasakan lantai yang becek di bawah langkahnya. Dia tidak bisa mengidentifikasi warnanya namun mereka segera bisa menyimpulkan.
Ini darah
Philia yang awalnya penuh dengan rasa ingin tahu, tiba-tiba terdiam. Aroma ini, pikirnya, dia mengenalnya dengan baik. Sebuah kenangan yang terkubur dalam bayang-bayang masa lalu segera menyergap pikirannya. Perawat itu, sekarang penuh kepanikan, merasakan getaran gemetar di dalam dirinya.
Tanpa peringatan, mereka merasa udara di sekitar mereka berubah, menjadi semakin terasa berat dan mencekik. Suara desiran yang aneh dan samar-samar terdengar, seolah-olah sesuatu yang tak terlihat sedang mengamati mereka dari sudut gelap yang tak terjangkau.
Dengan langkah ragu, mereka perlahan-lahan mundur, mencoba melarikan diri dari sana dan mencari bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS Flowers Bloom Under The Night Sky
FantasyVol 3 dari Series NEMESIS Jiwa yang telah lama bersatu kita mulai berpisah. Philia harus berusaha beradaptasi dengan segala perubahan di dalam dirinya. Di bantu oleh seseorang yang dia kenal saat masa kecilnya membuat dirinya melihat dunia dari sudu...