Salju turun tanpa henti sampai tumpukanya hampir menyentuh lututku, Aku menyingkapkan rok miliku untuk berjalan diantara hamparan Salju. Setelah pergi belanja di pasar aku berjalan pulang dengan sedikit kesusahan.
Aku melihat ke arah kanan dan kiri tempat kedua tanganku mengangkat keranjang yang penuh dengan bahan makanan "Ini berat" sambil sesekali menyeret keranjang penuh itu di atas tumpukan salju. Andai saja gerobak di samping resto bisa di gunakan di musim dingin, mungkin beban ini tidak akan bertumpu pada kedua tanganku "Haaaah, Ancient bisakah kita bertukar sebentar, aku lelah"
Sungguh memalukan diam di rumah seseorang tanpa membantunya sedikitpun, Dion telah memasak dan Lian sibuk mengurus kedua anaknya, jadi aku berinisiatif untuk pergi belanja ke pasar untuk keperluan 10 hari kedepan. Biasanya belanja harian tidak sebanyak ini, namun minggu sekarang berbeda.
Karena mulai besok tidak adalagi aktivitas di luar rumah, semua orang akan sibuk berdiam diri di dalam rumah rumah mereka. Ini adalah sebuah event setiap tahunya, ketika musim dingin tiba maka Kota ini akan mengalami badai extreme di pertengahan bulanya. Itu terjadi kurang lebih 10 hari.
Tidak ada cahaya, tidak ada kehangatan, Semuanya gelap dan dingin tertutupi arus badai yang mencekam itu kata mereka yang telah lama hidup di kota ini. Bagaimanapun kota ini berada di ujung Utara wilayah kekaisaran, tidak mengherankan wilayahnya akan terkena badai hebat tiap tahunya.
Mungkin itu akibat berada paling dekat dengan tebing es di ujung sana "Sangat tinggi" Sambil melirik tembok es raksasa yang terlihat dari kejauhan. Walaupun jaraknya lumayan jauh namun aku dapat melihat samar samar dengan mata telanjang.
"Sudahlah mari selesaikan semuanya dulu" Dengan cepat aku menyeret tumpukan keranjang itu segera.
"ahhh ahhhAku pulanghh" membuka pintu rumah sambil terengah engah. Semua beban ini bahkan membuatku berkeringat di tengah cuaca dingin ini. Aku gerah, ingin rasanya melepas mantel tebal ini.
"Ohh Philia cepat masuk, Dionnn cepat bantu dia" Lian menyambutku sambil menggendong anaknya.
Suaminya segera berjalan ke arahku dan membawakan barang barang yang aku letakan di depan pintu masuk. segera dia mengamankan semua bahan itu, mencucinya dan menaruhnya di tempat yang seharusnya "Kau hebat juga membawa semua ini sendiri Philia, saya kira kau akan membawanya dalam 2 putaran"
"Tidak, aku lebih baik membawanya seperti ini, sungguh menyebalkan untuk bertemu dengan orang orang di pasar untuk kedua kalinya dalam satu hari" yah itu kenyataanya,karena orang orang dipasar sudah gila, mana mungkin setiap pria disana terus menghadangku untuk mengobrol denganku, apa mereka pikir aku Resepsionis yang bisa di ajak bicara dengan semua orang.
Dion dan Lian terkekeh sambil menatapku dengan asing. "Philia kamu itu spesial, hanya satu di kota ini yang memiliki rambut seperti mutiara itu" ucap Lian tiba tiba.
"Melihatmu berada di kota ini warnanya seakan serasi satu sama lain, sungguh keajaiban bahwa dirimu terdampar disini" lanjutnya. yah sungguh keajaiban bahwa diriku ditusuk dan terjebak di kantung mayit lalu tertimbun di atas tumpukan sampah selama berhari hari.
Pandangan Lian kini menatap rambutku dengan antusias dan penuh ketertarikan dengan sedikit tertawa.
"aku hanya gadis biasa" Gadis biasa dengan kemampuan regenerasi tidak masuk akalnya.
"Jahenya mungkin akan sedikit kurang, tapi tidak apa apa kita masih memiliki alkohol" Dion yang tengah membereskan bahan bahan menatap tumpukan kerat botol Miras di ujung dapur.
"Tidak apa apa, sesekali kita meminumnya benarkan Philia kamu juga ingin mencobanya"
Tidak tidak, aku memiliki pengalaman buruk dengan minuman satu itu.
"Tidak, aku sedikit lemah terhadap alkohol" ucapku menggelengakan kepalaku dengan keras
"Benarkah?, sayang sekali" wajah Lian segera mengendur.
Setelah selesai dengan bahan bahanya Dion segera mengambil beberapa papan kayu dan plat besi dari gudang.
"Untuk apa ini" tanyaku
"Papan ini untuk menambah kekuatan pada pintu di depan dan plat besi ini kita akan pasang untuk menutupi jendela dari luar"
Pria itu mengangat besi besi itu untuk menutupi kaca rumah dari depan, itu membuatnya aman jika ada sesuatu yang menghantam kaca yang mudah pecah. Namun itu membuat ruangan di dalam rumah menjadi gelap gulita, tetapi Lian sudah siap dengan semua itu dia menyalakan lampu membuat semua ruangan terang.
Terakhir Dion menutup pintu dan memblokadenya dengan tambahan papan papan kayu. Pria itu menepuk nepukan tanganya setelah mengangkat barang barang berdebu itu. mau bagaimanapun semua itu hanya di pakai setahun sekali.
Terakhir Dion memasang plat besi pada cerobong asapnya, agar sesuatu tidak masuk lewat sana, katanya mereka tidak akan menyalakan api saat badai. apa mereka mau mati kedinginan apa ?.
"apa semua ini tidak berlebihan ?" ucapku dengan terheran heran, untuk sebuah badai mungkin semua ini terlalu banyak, kita tidak sedang menghadaipi roh terkutuk yang bangkit dari gunung pemakanan korban perang kan !.
"Philia kau mungkin akan tau setelah mengalaminya, lebih baik nanti kau tetap berada di kamarmu, matikan semua lampu dan usahakan jangan membuat suara, kau mengerti"
"haaah" apa kita benar benar akan menghadapi badai ?.
"Ini sudah menjadi prosedure tiap tahunya, entah berapa orang yang akan menjadi korban, namun kita berharap tidak ada satupun yang mati di hari pertama" Ucap Dion sambil Memeriksa setiap celah rumahnya.
"Kurasa itu bukan sekedar badai !, melihat orang orang tampak ketakutan dengan persiapanya" ucapku sambil mengelap papan kayu yang akan di gunakan Dion.
"Tepat sekali, tapi kami hanya menyebutnya badai, karena memang tidak bisa dijelaskan dan hanya penduduk kota ini yang dapat mengerti apa itu, Itu sebabnya kota ini memiliki penduduk yang terbilang sedikit"
"Apa tiap rumah menyediakan senjata ?, mungkin akan cocok untuk membela diri jika itu bukanlah badai"
"Tidak ada senjata, semua Industri senjata telah dipusatkan ke pemerintah untuk kebutuhan perang, lagi pula kau tidak akan mampu melawan sesuatu yang bahkan kau sendiri tidak dapat menjelaskanya"
Sebenarnya apa yang akan terjadi, bukankah menjadi lebih baik untuk menyimpan beberapa senjata untuk melakukan perlawanan.
"Cukup diam di rumah tanpa suara dan kau akan aman, itu adalah aturan yang telah di ketahui semua penduduk"
"Baiklah" Aku mengganguk memahaminya.
Aku berjalan mengelilingi rumah mengecek kembali setiap celah disana, masih ada satu hari sebelum badai datang dan kini aku berada di dalam rumah tempat yang nantinya aku diami selama 10 hari. Semoga pikiran ini tidak merasa bosan, andai saja disini ada buku.
"traaak"
Sebuah suara terdengar dari ujung rumah, itu berasal dari arah gudang yang gelap. Mungkin saja itu adalah tikus atau sesuatu semacam hewan. Namun harus kupastikan dengan jelas, siapa tau itu adalah sesuatu yang lain.
Aku mengambil senter dan berjalan kesana, menyorot setiap sudut ruangan disana yang tidak memperlihatkan sesuatu yang janggal sedikitpun. "Kurasa itu benar benar tikus" Yah satu atau dua hewan pengerat memang wajar berada di dalam sebuah dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS Flowers Bloom Under The Night Sky
FantasíaVol 3 dari Series NEMESIS Jiwa yang telah lama bersatu kita mulai berpisah. Philia harus berusaha beradaptasi dengan segala perubahan di dalam dirinya. Di bantu oleh seseorang yang dia kenal saat masa kecilnya membuat dirinya melihat dunia dari sudu...