Chapter satu

9.4K 438 64
                                    

Hidup akan terasa membosankan jika tidak ada seseorang di samping kita, seseorang yang bisa kita bagi dalam segala hal, perasaan bahagia juga duka, tawa juga airmata, namun, tak semua orang memiliki hak demikian, tak semua orang mampu menemukan seseorang yang bisa diajak bersama dalam semua rasa itu.

Tidak semua.

Termasuk perempuan ini.

Dia adalah seorang yang tidak memiliki seseorang seperti itu dalam hidupnya.

Bukan karena tak mau, hanya dia takut, sebab seseorang yang ia ingin ajak dalam segalanya Tersebut belum tentu mau.

Shani Indira Natio.

Perempuan berusia 29 tahun, selalu sendiri selama hidupnya, bukan karena ia tak menginginkan seseorang hanya saja orang yang dia mau, belum tentu membalas perasaan nya.

Ia menunduk melihat pada kotak merah bludru di tangan kanannya, di dalam kotak itu berisi sebuah cincin yang akan ia berikan pada seseorang yang begitu ia cintai, malam ini Shani berniat melamar wanita tersebut.

Wanita yang sudah ia cintai selama hampir setengah dari usianya.

Ia menghela nafas pelan, menutup mata merasakan detak jantungnya yang kian berdebar seiring waktu.

Gugup juga takut menjadi satu.

"Anin, maukah menikah denganku?"

Shani mengulang kata itu, terus menerus, mengucapkan nama seseorang yang akan ia lamar malam ini.

Dialah Anin, cinta pertama juga mungkin terakhir bagi Shani, sebab selama ini tak pernah sekalipun Shani menyukai orang lain selain Anin.

Namun apakah wanita itu juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Anin, wanita yang ia temui saat usianya dua belas tahun, mereka pertama kali bertemu saat sekolah dasar, Anin adalah adik kelas Shani dan dia merupakan murid pindahan, saat itu keduanya tak sengaja menjadi teman saat ternyata Anin adalah tetangga Shani, keduanya menjadi teman dekat sampai saat ini, namun ternyata diam-diam Shani menaruh perasaan pada wanita itu.

Tepatnya saat Shani akan masuk sma, saat itu akhirnya dia yakin jika perasaan nya pada Anin ternyata lebih dari sekedar sahabat, namun saat itu Shani masih tak yakin, juga tidak berani, dia takut jika dia mengatakan perasaan nya Anin akan risih kemudian menjauh darinya, dan Shani akhirnya hanya mampu memendam perasaannya.

Dan, itu sudah berlangsung sangat lama, hingga saat ini.

Namun malam ini dia berniat memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan nya, sebab  ia tak lagi tahan memendam itu sendirian, jika saja kali ini Anin menolak, apa salahnya setidaknya Shani tidak akan lagi tersiksa.

Karena kali ini Shani yakin jika Anin juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Shani telah menetap di Jepang sejak lima tahun lalu, bekerja di salah satu perusahaan ternama di negri sakura, dengan jabatan seorang Manager, sebuah karir yang cukup cemerlang, finansial nya tak perlu lagi di ragukan.

Meski Shani bukan terlahir dari keluarga yang berada namun berkat kerja keras serat bantuan seseorang ia berhasil menamatkan pendidikan  S2 nya, dan setelah lulus dia langsung bekerja di perusahaannya saat ini.

Shani terlalu sibuk mengejar mimpinya hingga ia tidak memiliki waktu untuk jatuh cinta, atau lebih tepatnya dia menggunakan kesibukan itu untuk menunggu Anin melihatnya.

Drttt..

Shani mengambil ponsel dalam saku celananya, melihat siapa yang menghubungi nya, dan orang itu ternyata adalah Ayahnya.

_IKATAN DI ATAS KERTAS_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang