Chapter Empat Belas

3.1K 380 221
                                    

.
.
.

Hari berganti hari dan Shani juga Gracia sudah mulai terbiasa dengan kebersamaan mereka, tak lagi banyak berdebat, juga mereka mulai menjadi dekat satu sama lain, meski tak sedekat itu juga.

Karena, baik Shani dan Gracia masih menjaga jarak perihal kehidupan pribadi mereka, sebab ada hati yang sama-sama tengah mereka jaga.

Meski kadang, keduanya merasa goyah juga.

Shani yang mulai lelah mengejar Anin, dan Gracia yang merasa sedikit kehilangan Feel dengan  Arshen, apalagi keduanya sibuk dengan  kegiatannya masing-masing.

Namun ingat mereka menikah hanya untuk bercerai.

.
.
.
.
.

Shani diam, matanya terus tertuju pada sebuah surat undangan yang diberikan oleh Anin, Undangan ulang tahun milik ibu Anin.

Perempuan itu menghela nafas pelan, kembali duduk di kursi nya.

Membuka kacamata yang sedari tadi ia pakai, menaruhnya diatas meja, Shani menyandarkan punggungnya penuh Pada sandaran kursi, ia bingung, haruskah ia datang.

Ting.

Sebuah pesan masuk menjadi bunyi yang akhirnya mengembalikan pikiran Shani, ia mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang mengirimnya pesan.

Anin.

"Kamu dateng kan?"

Shani kembali menghela nafasnya, tak ia balas, ia menaruh kembali ponselnya.

"Bagaimana mungkin Anin, gimana bisa kamu nyuruh aku dateng, ngeliat kamu sama Mahen, kamu gila?"

Shani tidak akan pernah baik-baik saja, dadanya selalu sesak, bahkan meski sebatas membayangkan saja.

Dia, begitu kesakitan.

Apalagi ada di tengah pasangan itu.

Shani mengusap kasar wajahnya, matanya memicng tajam menatap penuh amarah pada Surat undangan tersebut "Harusnya aku berani hari itu, sebelum Mahen deketin kamu, harusnya aku ungkapin perasaan aku lebih dulu, iya kan Nin" helaan nafas berat kembali keluar, Shani menutup mata, tidak sanggup rasanya  "Harusnya, kamu jadi milik aku"

Harusnya?

Namun, kenyataannya sekarang, Anin tidak pernah menjadi miliknya, baik dulu atau hari ini.

Shani lantas berdiri, ia ambil surat tersebut di masukan kedalam tas kerjanya dan membawanya pulang ke rumah.

.
.
.
.
.

"Iiihhhh, keluar ngga lo ish, keluaaaar!"

"Gracia?"

"Shaniiiiiii"

Shani begitu terkejut saat ia membuka pintu, melihat Gracia tengah berjongkok di atas meja makan, apa yang dia lakukan, kenapa bisa ia ada disana.

"Kamu ngapain?" Shani berjalan mendekati wanita itu.

Wajah Gracia terlihat meringis "ada kecoa Shan!" Cicit wanita itu, wajahnya masih terlihat takut, dan kening Shani makin mengkerut karenanya.

"Ada kecoa dibawah gue takuttt!" Ringis wanita itu lagi.

Shani menghela nafas selagi menggelengkan kepalanya "Jadi kamu naik keatas meja karena ada kecoa, kenapa ngga di tangkap terus buang" ujar Shani tak habis pikir.

Mata Gracia lantas membulat "orang gue takut gimana sih lo, isssh!"

Shani membuka Blazer nya, menaruhnya di atas soffa juga tas kerjanya yang ia taruh di atas meja, ia berjalan mendekati Gracia "Ngga ada kecoa nya udah sini turun!" Katanya, ia tepat berdiri di depan meja, mengulurkan tangannya pada Gracia.

_IKATAN DI ATAS KERTAS_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang