Chapter Tiga Puluh

3.5K 486 449
                                    

Takdir apa, kenyataan apa, hidup macam apa ini. Katakan pada Shani haruskah ia benar mengutuk Semesta akan hidup nya, sialan sekali.

Saat hatinya bergerak untuk Anin wanita itu tak melihatnya, saat hati wanita itu untuknya perasaan nya telah selesai telah benar-benar habis, saat ia yakin pada Gracia, saat itu ia Justru di tinggalkan.

Apakah cinta harus serumit itu untuk Shani?

Apakah dia tidak pantas bahagia??

Apakah dia benar-benar harus menerima ini.

"Aku harus ngapain Gee, kamu dimana, pulang sayang" ia hampir prustasi, tak ada jejak apapun Gracia benar menghilang bak di telan bumi, dan Shani ingin mati sekarang juga.

Dia, tidak mau di tinggalkan lagi.

"Kamu bahkan belum tau kalau aku sayang sama kamu Ge, kamu bahkan ngga tau aku cinta sama kamu, kenapa kamu pergi, kenapa milih pergi Ge!"

Shani masih disini, berdiam diri di depan kolam berenang, jam 4 pagi, dia belum tidur, masih menunggu siapa tau Gracia akan pulang.

Dia benar-benar akan menunggu.

Namun, dalam penantian itu, dia tak tau apakah Gracia akan pulang, atau dia benar-benar hilang.

"Aku cinta kamu, aku beneran cinta sama kamu, Gracia, pulang sayang" sudah tak terhitung berapa banyak tangis Shani keluar malam ini.

Namun dia benar-benar tak bisa meredam, dia tak bisa tenang.

Tidak bisa diam, dia mau terus menangis, sampai Gracia melihat, bawa dia benar tak bisa kehilangan.

Tidak lagi.

"Aku salah, aku ngga berani, aku terlalu ragu, tapi hari ini, harusnya menjadi hari dimana kamu tau bahwa perasaan aku, cuma untuk kamu Gee, tapi, kenapa kamu pergi? Apa aku terlambat, apa aku ngga ada di hati kamu?"

Shani jatuh, ia kembali duduk, lemas sudah, dia tidak sanggup menegakan tubuhnya, dia butuh Gracia, dia mau wanita itu.

.
.
.
.
.

Disini sepi Shan, sangat sepi, semalaman ini aku ngga bisa nutup mata aku, aku mau pulang.

Tapi apa kamu nunggu aku?

Atau kamu malah lega?

Kamu bahagia kan?

Bersama Anin, seseorang yang kamu cinta?

Katakan kamu bahagia Shan, maka segalanya akan lebih mudah, untuk aku, meski perpisahan kita begitu menyakitkan.

Tapi selama kamu bahagia.

Aku akan mencoba untuk bahagia.

Tidak tau, apa yang sebenarnya ia lakukan, disini, jauh dari tempat tinggal nya, di sebuah negara yang selalu ia datangi saat tengah bersedih, di tempat yang hanya dia yang tau.

Bahkan sahabat, keluarga, atau orang yang dia cintai sekalipun tak tau.

Gracia duduk diam, mengenakan pakaian serba hitam juga kacamata, menghadapi sebuah Camera yang sedang menyala merekam dirinya.

Ia menunduk saat airmata itu kembali menetes, dia tak akan sanggup untuk tak menangis.

Tak bisa berpura-pura dia kuat, tidak bisa.

Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Mari selesaikan ini Gre" Katanya, mencoba meyakinkan diri sendiri, bahwa dia bisa, bisa menghadapi segalanya, membuat itu berhenti sekarang, baik harapan juga rasa sakit, mari hentikan itu sekarang.

_IKATAN DI ATAS KERTAS_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang