Chapter Lima Belas

3.3K 388 151
                                    


Hingga--

"Sayang?" Suara Mahen memecah keheningan yang terjadi antara Shani juga Anin, pria itu tepat berdiri di samping Anin, namun wanita itu masih tak bergeming. Ia masih menunggu Shani.

Shani benar kelu, dia bahkan kesulitan menelan ludahnya sendiri.

"Shan?" Panggil Anin, ia benar mengabaikan Mahen sekarang.

"Apa maksud ucapan kamu tadi Shan?" Anin tak tuli untuk tau, ia mendengar dengan jelas jika Shani mengatakan bahwa ia mencintai nya.

Shani menelan ludah dengan susah payah, lalu matanya beralih pada Gracia menatap wanita itu sejenak, sebelum kembali pada Anin, Shani diam mengepalkan kuat tangannya.

"Gracia" Tentu Anin tidak mengerti, kenapa Shani malah menyebut nama Gracia.

Shani kembali melihat pada Gracia
"Maaf, aku pikir kamu Gracia" Mau bagaimana lagi, tidak mungkin bagi Shani mengaku sekarang, disini ada Mahen, ada kekasih Anin, lagipula Shani tidak cukup percaya diri bahwa Anin akan menerimanya.

Anin menghela nafas berat, menatap Shani dengan kecewa, benar, Anin tengah kecewa sekarang, jadi yang ia dengar barusan bukanlah untuknya, bukan untuk dirinya.

Melainkan untuk Gracia.

Untuk istri Shani, lagipula apa yang Anin harapkan, jelas sekali Shani telah menikah.

Dia, telah menikah.

Anin tidakkah kamu sadar.

Segera Anin melepaskan diri, tangan itu tak lagi bertaut meninggalkan rasa hampa, juga kesakitan yang amat sangat menyesakan dada.

Anin menyesal, sebab ia terlambat.

Shani adalah milik orang lain sekarang.

Anin beralih pada Mahen, "aku mau pulang"

Kedua alis Mahen menukik kedalam "pestanya belum selesai"

"Pulang" Tekan Anin lagi, dia benar tak lagi mau ada disini, dia mau menangis sekarang.

"Sayang?" Mahen masih tak mengerti kenapa Anin mau pulang sekarang.

"Mahen!" Tekan Anin "Aku mau pulang!" Ia berkata dengan tegas, bahkan saat Mahen belum menjawab Anin memilih berlalu begitu saja.

"Sayang tunggu" Teriak Mahen "Shan, Gracia aku pulang duluan yah" pamit nya.

"Hmm" Jawab Shani, jika saja di perbolehkan maka ia ingin sekali menyusul Anin sekarang.

Shani juga tak mengerti, raut kecewa itu, Anin kenapa?

Shani menunduk tak lagi melihat pada Anin yang sudah jauh dari hadapan nya.

Gracia cepat mendekat, ia menyentuh tangan Shani membuat Shani mengangkat kepalanya, keduanya saling menatap, dan Gracia tau betul arti tatapan itu.

Wajah sendu, begitu pilu untuk di lihat, Gracia tau Shani tengah bersedih sekarang.

Dan, siapa yang saat ini ada di hadapannya sekarang, Gracia, Istrinya.

Pantaskah Shani menganggap demikian.

Kenapa harus ada surat perjanjian itu di antara mereka?

Jika saja tidak, Shani bersumpah akan berusaha dengan Gracia.

"Saya boleh meluk kamu?" Tidak tau kenapa ia mengatakan itu, namun dia berharap Gracia sudi, dia berharap Gracia mau kali ini.

Tanpa mengatakan apapun, Gracia mendekat, menyelipkan kedua tangan pada pinggang Shani, menaruh kepalanya tepat di dada perempuan itu "Semuanya akan baik-baik Ajah, Shan, semuanya" Detik itu Mata Shani lantas tertutup, balik ia peluk Gracia, Shani menenggelamkan wajahnya di atas pundak Gracia, menghirup pelan aroma tubuh wanita itu seraya menyembunyikan airmatanya yang mau sekali keluar.

_IKATAN DI ATAS KERTAS_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang