Kisah yang Belum Usai

323 16 0
                                    

Nadira Agnes

Dulu aku begitu memujanya, menganggap dirinyalah akhir dari pencarianku. Wajah yang rupawan ditambah senyum yang membingkai wajah tak pernah membuat diriku bosan. Namanya Raden Andaru, biasa aku panggil Kak Daru.

"Dari mana Dir?" Daru mendekatiku setelah aku baru saja pulang dari sekolah. Raden Andaru merupakan teman kakakku, Toni. "Dari les basket."

"Ikut basket juga?" Jelas aku menganggukan kepala, sejak kecil Toni selalu mengajakku untuk ikut ke lapangan basket. Jarak usia yang tidak terlalu jauh membuat Mama selalu menyuruh Toni untuk mengajakku.

"Kaya Kakakmu dong." Daru tersenyum kearahku, sungguh jarak yang begitu dekat membuat hatiku berdetak tak karuan. Entah sejak kapan aku begitu menyukai Daru, perawakan yang pas dengan sikap yang ramah membuat dirinya cukup dekat denganku.

Sejak Toni mengajak Daru main di rumah, selalu aku mengamati pria itu. Jiwa remajaku begitu terpesona akan dirinya. "Lain kali ayo main sama-sama."

Aku mengangguk malu salah tingkah. Daru berjalan menuju kamar tidur Toni yang dijadikan basecamp mereka jika bermain.

"Kamu ngapain disitu?" Mama yang melihat aku melamun dengan gelas air mineral di tangan mengerutkan kening. "Ah, enggak Ma."

"Mandi sana, apa nggak malu sama teman kakak kamu."

"Iya Ma."

Mama tidak pernah tahu jika aku sudah menaruh hati dengan Daru, karena bagiku perasaan ini aib bagiku. Perasaan yang kukira akan bertahan beberapa bulan nyatanya bisa bertahan tahunan, dan ini yang membuat diriku tersiksa.

Mungkin bagi Daru aku hanyalah anak kecil dimana aku adik dari temannya. Dan mungkin juga Daru tidak pernah melihatku sebagai perempuan dewasa. Dan itu awal mula diriku harus sadar diri bahwa Dira bukan untuk Daru.

"Dir, kamu magang disini?" Daru melihatku saat aku baru saja diterima magang di kantor tempat kerja Daru. "Iya, katanya Kak Toni disini mudah." Bukan itu saja tetapi aku ingin memperjuangkan Daru. Mungkin dulu aku begitu pemalu hingga merasa sungkan untuk berjuang mendapatkan hati Daru, tetapi setelah bertambahnya usia aku berpikir sampai kapan aku seperti ini.

"Iya sih. Em.... nanti balik bareng aja."

"Iya Kak." Daru izin untuk pergi, sedangkan aku harus pergi ke departemen yang ditunjuk, cukup sibuk untuk hari pertama magang.

"Sudah?" Daru menungguku di lobby perusahaan, dia bangkit dari sofa dengan tangannya memegang satu botol air mineral. "Diminum, kasihan aku lihat kamu." Aku menerimanya dengan hati yang membuncak, ditambah tangan Daru yang mengacak puncak kepalaku membuat hatiku meleleh.

"Daru!" Seseorang memanggil Daru, entah siapa itu. Aku berbalik dan bertemu dengan seorang perempuan yang mempesona dengan tampilan yang masih rapi meskipun ini sudah sore.

"Hai. Tumben kamu balik jam segini." Daru menyapanya ramah.

"Bos lagi liburan sama istri, jadi bisalah."

"Oh iya perkenalkan ini Dira, ini Viona." Aku tersenyum menerima uluran tangannya, begitu juga Viona.

"Dira."

"Viona. Kenal dari mana?"

"Adiknya teman aku." Viona menganggukkan kepala, "Boleh dong aku nebeng." Lanjut Viona dengan nada sedikit memohon. Sungguh rasa bahagia yang tadi siang kurasakan harus pupus dengan kehadirannya.

"Boleh."

Aku hanya diam mengikuti Daru dan Viona yang berjalan di depanku hingga kami berada di parkiran.

Short Story I (Karyakarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang