Viona terduduk di kursi belakang di sebuah gedung pertemuan dimana ada sesorang pria tengah berbicara di kalayak umum. Pria yang begitu tampan dan berwibawa itu membawakan sebuah topik mengenai kesehatan.
"Jadi sebaiknya kita melakukan medical cek up itu setidaknya satu tahun sekali agar tahu kondisi tubuh ini."
"Jangan sepelekan tanda-tanda kecil itu, karena jika disepelekan nantinya pasti akan memberat."
Dan masih banyak lagi pembicaraan mengenai dunia medis, dunia yang begitu awam bagi Viona.
Hingga suara tepukan tangan menutup acara ini dimana pria itu meninggalkan tempat disusul beberapa panitia.
Viona memilih untuk bangkit dan keluar dari gedung pertemuan, mencari mobil yang ditumpangi Bagaskara. Ya, pria tadi adalah Bagaskara, salah satu direktur di sebuah rumah sakit ternama di kota. Pria yang sudah mencuri hatinya kurang lebih tiga tahun lamanya.
Viona memilih untuk duduk di kursi belakang atas izin supir Bagaskara, membuatnya leluasa untuk menunggu pria itu. Hingga tak menunggu waktu lama Bagaskara masuk ke dalam mobil.
"Hai?" Sapa ramah Viona dibalas dengan senyuman Bagaskara. Namun bukan Viona jika ia tidak memaksa pria itu untuk berpelukan.
"Masih di kawasan kampus." Tegur Bagaskara yang di balas dengan gedusan geli Viona. Viona melepas pelukan dan menyandarkan tubuh di jok belakang. "Apa gak kangen sih sama aku?"
Sudah dua minggu Viona tidak berjumpa dengan Bagaskara karena harus menjalani syuting di sebuah kota di Bali. "Kangen."
Hanya satu kata itu, bahkan tangannya sudah mengambil Ipad untuk melihat rencana pekerjaan ke depannya. "Ih, apa gak bisa gitu bilang Kangen sayang, ayo kita makan bersama."
"Kamu tahu aku Viona."
"Iya, aku tahu seorang Bagaskara yang super sibuk ini harus bekerja keras demi reputasi rumah sakit." Viona sudah kebal dengan apa yang dilakukan Bagaskara dimana pekerjaannya adalah prioritasnya.
"Em... Ayo makan siang dulu sebelum antar aku ke apartemen." Tawar Viona kembali membuat Bagaskara akhirnya mengangguk. Sopir yang dipekerjakan Bagaskara sudah diizinkan masuk dan mengemudikan mobil ke sebuah restoran ternama dimana Bagaskara sudah memesan ruangan khusus.
Ini bukan hanya untuk kebaikan Viona tetapi demi kebaikan Bagaskara juga, karena bagaimanapun jika masyarakat tahu hubungan keduanya pasti hidup Bagaskara tidak akan bisa tenang.
"Kamu tahu gak kalau view di Bali itu indah banget."
"Apalagi di pantai Pandawa bagus banget."
"Aku tahu ada tempat yang bagus tapi bukan di Bali." Bagaskara hanya menjawab sekenanya karena dia harus membalas email yang masuk. "Dimana?"
"Raja Ampat."
"Ayo kapan kita kesana." Bagaskara meletakkan IPadnya dan mengangguk. "Tapi tidak bisa sekarang karena aku harus menyelesaikan agenda akhir tahun."
"Oke, aku siap menunggu." Jawab Viona sebelum makanan masuk dan terhidang di atas meja, membuat keduanya sibuk menyuap semua makanan.
****
"Bagas, apa kita nikah aja ya." Tanya Viona saat keduanya berada di apartemen Viona. Bagaskara yang tengah menatap layar televisi sontak menoleh. "Memang kamu siap tidak ada lagi di dunia entertain? Siap jadi menantu seorang Clarisa Brotonagari?"
"Kenapa aku harus melepaskan dunia keartisan? Kalau jadi menantu Mama aku siap."
Bagaskara menghela napas panjang, sebelum menjelaskan semuanya. "Kamu tahu kalau dunia kamu dengan kami itu berbeda, jadi harus ada yang mengalah. Ditambah dunia kamu penuh dengan gosip yang bisa saja berpengaruh ke operasional rumah sakit."
Viona paham, tapi apa tidak bisa diatur gitu. Buktinya banyak artis yang menikahi pengusaha mereka juga masih bisa berkarya? Kenapa Viona tidak?
"Gak bisa ya?"
"Gak bisa Na, karena semuanya harus ada yang mengalah."
Sebenarnya melepaskan karir berat tetapi tidak bersatu dengan Bagaskara juga sama beratnya.
Apalagi setelah Viona mati-matian berjuang demi mendapatkan Bagaskara.Kisah mereka berawal dari perkenalan dari salah seorang teman, dimana setelah pertemuan itu Viona mencari cara agar bisa mengenal lebih jauh sosok Bagaskara. Bagaskara yang terkenal dingin, introvert, ditambah pikiran yang begitu serius itu membuat Viona tertantang. Jiwanya sebagai seorang penakluk bangkit dan yang jelas sejak awal Viona-lah yang berusaha untuk menaklukkan hati Bagaskara.
Terkadang sebagai perempuan Viona juga risih dengan apa yang dulu pernah ia perbuat tetapi mengingat hasilnya jelas berbeda.
Viona dulu sering di tolak Bagaskara, bisa dihitung jari penolakan itu terjadi. Dari Bagaskara yang tidak menyukai Viona hingga dunia mereka yang berbeda. Tapi Viona tak patah semangat, hingga akhirnya Viona secara perlahan mampu mendapatkan hati Bagaskara.
Pembicaraan pernikahan selalu sampai di titik ini, tidak ada yang mau mengalah membuat keduanya sibuk dengan pekerjaan dan karir masing-masing. Membuat lambat tapi pasti keduanya melepaskan ikatan tak kasat mata itu.
Bagaskara masih sibuk dengan jabatannya apalagi ada ekspansi rumah sakit ke luar kota. Begitu juga dengan Viona yang harus ke luar kota untuk menjalani promosi film yang ia mainkan.
"Gas lo gak ke Semarang apa?!" Tio sahabat Bagaskara masuk ke ruang kerja Bagaskara yang ada di rumah sakit. "Buat apa?"
"Bantu Viona." Tio dengan wajah yang begitu kalut memegang sebuah ponsel dimana berita itu ada disana. Sebuah berita yang membuat siapapun pasti terkejut, apalagi headlinenya, Artis Cantik berinisial VS ditangkap polisi dengan dugaan prostitusi online.
"Gak mungkinkan?" Ucap Tio yang sudah menyerahkan ponselnya ke tangan Bagaskara. Bagaskara yang sudah membaca cuplikan tulisan itu hanya bisa diam, ia bingung harus melakukan apa. Terakhir bertemu hubungan mereka masih baik-baik saja meskipun tidak mendapatkan jalan keluar akan keinginan Viona.
"Coba hubungi Viona, gue yakin dia gak seperti ini."
Bagaskara masih diam, membuat Tio sendiri yang mencoba menghubungi Viona meskipun tidak ada balasan.
"Lo harus bantuin Viona, Gas. Gue yakin dia gak begitu." Tio tahu perjuangan Viona selama ini untuk menggenggam ketenaran. Namun takdir berkata lain dimana di titik tertinggi karirnya ia harus merasakan ujian berat ini.
"Kalau lo percaya dengan berita kampungan ini, gue akan tekankan lagi ketika Viona terbukti gak bersalah gue akan ambil Viona dari pelukan lo, Gas!" Tekan Tio dengan muka menahan amarah, karena sejak berita yang ia sampaikan Bagaskara tidak merespon. Tio bangkit dan meninggalkan ruang kerja Bagaskara.
Sedangkan Bagaskara berusaha untuk mengolah emosi yang ada di hatinya. Bagaimanapun kabar ini begitu mengejutkan, karena sejauh apa yang Bagas ketahui Viona bukan perempuan murahan.
Mengambil ponselnya yang ada di atas meja kerja, Bagaskara melihat pesan masuk dari Viona.
My Love:
Aku baru sampai hotel, lelah banget.Tulisan yang diikuti sebuah foto wajah Viona yang tengah pura-pura tidur di atas bantal.
Tbc
Kelanjutannya ada di Karyakarsa ya, link ada di bio
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story I (Karyakarsa)
Ficção GeralKumpulan cerita Pendek (Hanya bisa di baca di Karyakarsa)