Saskia pernah mencintai seorang pria, dimana pria itu begitu baik di matanya. Tidak ada celah hingga Saskia terpesona, Saskia yang sadar akan dirinya memilih untuk memendam perasaannya sendirian. Mencoba mengalihkannya ke berbagai kegiatan.
Hingga di suatu titik Saskia mendengar jika pria yang ia sukai menikahi temannya, Santi Veronika. Saskia terluka tetapi ia sadar bahwa cintanya tak perlu dibalas. Karena sejak awal dirinya memilih untuk memendam semuanya sendiri. Dimana pria yang membuat Saskia jatuh hati adalah Indra Gunawiyoto.
"Gak mau ke rumah?" Tawar Isna, adik dari Indra, pria yang disukai oleh Saskia. Saskia dan Isna memiliki hubungan sahabat yang jelas keduanya berhubungan erat dengan Santi.
"Enggak." Saskia bertemu dengan Isna di saat keduanya tengah menunggu bagasi. Dimana Saskia sudah meninggalkan kota ini kurang lebih empat tahun dan menetap di Semarang. "Padahal Mama Papa rindu kamu lo Kia."
Persahabatan yang cukup erat membuat Isna dan Saskia sering menginap di rumah masing-masing, dan itu membuat keduanya mengenal kedua orang tua masing-masing.
"Salam aja ya."
"Oke, see you." Lambaian tangan menjadi perpisahan keduanya dimana Saskia menuju mobil yang menjemputnya.
"Long time no see." Sapa Ilham, Kakak Saskia yang menjemput adiknya itu. "Ya."
"Tambah cantik aja kamu Dek." Ilham melirik ke wajah Saskia yang duduk di belakang, sedangkan Saskia menghela napas panjang. "Gombal terus aja Kak."
"Hahaha, enggak kok Dek. Serius lo tambah cakep. Eh... Btw lo sudah punya pacar belum?" Obrolan yang terbangun saat keduanya akan menuju ke rumah Ilham. Dimana untuk sementara waktu Saskia akan tinggal disana sementara waktu.
"Gak ada."
"Mau gak Kakak kenalin ke teman Kakak." Tawaran yang menggiurkan tetapi Saskia jelas menolak. Teman Ilham bisa dihitung dan kebanyakan sudah memiliki istri.
"Gak mau, teman Kakak sudah punya istri." Cengiran tercipta di bibir Ilham, hingga bibir Ilham mengungkapkan jika ada satu orang yang masih single. "Teman Kakak ada yang single. Dia baik, ganteng, kaya, suka bersedekah. Dan yang pasti kamu suka dengannya."
Hah? Siapa?
"Penasaran kan?" Ilham tersenyum misterius sebelum membelokkan ke komplek perumahan yang ia tempati dan Saskia disambut oleh keponakannya yang begitu lucu, Kio.
"Tante... " Kio sudah berdiri di depan jendela seolah kedatangan Saskia adalah momen yang ia tunggu. Bocah kecil yang berusia empat tahun itu membawakan sebuah gambar hasil karyanya. "Selamat datang Tante Kia, Kio kangen banget."
Dimana kertas itu ada dua orang dimana Saskia meyakini jika itu dirinya dan Kio. Saskia mendekati Kio dan mendaratkan kecupan di kening Kio sebelum mengucapakan terimakasih. "Tante jadi terharu."
"Harus dong Tante."
"Sudah jangan nangis disini, ayo masuk." Ajak Ajeng, istri Ilham. Dimana Saskia dan Kia masuk diikuti oleh Ilham.
****
"Btw lo tinggal sama Mas Ilham?" Saskia mengangguk, sekarang Saskia tengah duduk di meja salah satu club malam. Saskia tidak datang sendirian, dia datang bersama Isna. "Iya."
"Berapa lama sih lo disini."
"Sampai kontrak gue habis."
"Oh... Btw lo tahu gak kalau Abang gue sudah divorce sama Santi." Kabar apa ini? Saskia menggeleng, ia mengambil minumannya dan menenggaknya sedikit demi sedikit.
"Alasannya apa?"
"Gue juga gak tahu. Padahal gue kira rumah tangga mereka baik-baik aja. Kan lo tahu sendiri potret mereka di media sosial seperti apa." Saskia bisa melihat jika keduanya seperti couple goal, tapi sebagai orang luar jelas Saskia tidak akan tahu masalah keduanya.
"Turut berduka cita ya." Isna mengangguk, Isna undur diri sejenak untuk ke toilet meninggalkan Saskia seorang diri. Hingga beberapa saat tepukan di pundak membuat Saskia terperanjat dimana netra Saskia bertemu netra pria itu. Pria yang telah membuatnya jatuh cinta dan pria yang juga memberikan patah hati pertamanya.
"Sendirian aja Dek?" Sapa Indra yang duduk di tempat yang ditinggalkan oleh Isna. "Enggak, sama Isna."
"Oh, boleh dong gabung." Saskia mengangguk, mengiyakan ucapan Indra. Hingga Isna kembali dan terkejut akan kehadiran Indra.
"Kakak ganggu aja sih. Kan ini momen girl time."
"Kakak butuh teman."
"Makanya cari istri lagi."
"Istri buat Kakak pusing." Ucapan yang membuat Saskia terkejut tetapi Saskia bisa mengubah kembali raut wajahnya seperti semula. "Sabar ya Kia, Kakak gue emang kaya gitu." Saskia mengangguk, dulu Saskia paham akan tingkah laku Indra karena keduanya sering bertemu dan bertepatan juga Indra merupakan kakak tingkat Saskia di sekolah.
Ketiga orang itu berbicara panjang lebar hingga jam menujukkan pukul dua pagi dan itu membuat Saskia harus lekas pulang. "Nginep di rumah gue aja ya. Lo coba chat Kak Ilham." Saskia tidak bisa menolak karena sejak berangkat Isna yang menjemputnya. Namun kembali lagi hati Saskia berdetak tak karuan saat Indra juga ikut masuk ke mobil yang sudah ditumpangi keduanya.
"Ih apaan sih Kak. Kan Kakak kesini pakai mobil sendiri."
"Males nyetir. Kakak juga mau pulang ke rumah." Ucap Indra dengan duduk di kursi belakang dan menutup netranya seolah abai akan penolakan Isna.
Hingga ketiganya sampai di rumah dan melangkah ke kamar tidur masing-masing, disini Saskia memilih untuk tidur dengan Isna. Seperti kebiasaannya dulu.
"Tumben-tumbenan Kakak gue mau pulang." Cerita Isna saat Saskia baru saja keluar dari kamar mandi. Saskia menatap Isna sesaat sebelum menggerakan pundaknya. Mana Saskia tahu, kan ya? Apalagi Saskia tidak pernah bertemu dengan Indra kurang lebih empat tahun.
"Kangen sama Mama Papa lo kali."
"Nggak mungkin, orang keduanya tengah ada di luar kota."
Saskia duduk di kursi make up sebelum mengutarakan jawabannya. "Sebenarnya memang hubungan kalian bagaimana? Perasaan gue pergi sekitar empat tahun tapi disini sudah banyak yang berubah."
"Hahaha, empat tahun itu lama Kia. Bahkan kalau kita nikah mungkin sudah punya anak usia tiga tahun. Jadi semuanya bisa berubah termasuk abang gue. Tapi sumpah ya, abang gue setelah bercerai itu kaya menjadi pria yang bebas. Bahkan Papa sering mengingatkan dirinya bahwa dia itu duda. Bukan perjaka lagi." Bukannya pria berpisah tidak akan kehilangan apapun?
Saskia mulai paham, "Yaudahlah. Kita lanjut tidur aja. Gue ngantuk." Saskia berjalan dan merebahkan di sisi ranjang yang tidak ditempati Isna sebelum keduanya masuk ke dalam alam bawah sadar.
Paginya, Saskia yang merasa kehausan melihat jika cadangan minuman di atas nakas sudah habis. Alhasil mau tidak mau Saskia harus turun ke bawah, mengambil air minum.
Suasana yang masih terbilang pagi membuat rumah dua lantai itu sepi senyap, bahkan netra Saskia yang tengah mengamati rumah Isna itu bisa menikmati keheningan ini. Saskia suka sunyi tapi dia tidak suka sepi.
"Eh... " Suara Indra yang masuk ke pendengar Saskia membuat Saskia terkejut karena Saskia yang yakin bahwa tidak ada kehidupan di lantai satu dikagetkan dengan sosok pria yang bertelanjang dada dimana pria itu Saskia yakini habis melakukan renang.
"Maaf ya Kak."
"Enggak." Saskia tidak enak dengan sikapnya yang lancang ke dapur rumah orang lain. Saskia yang merasa mereka berada di situasi tidak tepat mencoba untuk menjaga jarak. "Kamu empat tahun dari mana? Kayaknya setelah gue nikah kamu gak pernah muncul lagi?"
Pertanyaan yang ingin Saskia jawab bahwa dirinya butuh waktu untuk menerima semuanya, cinta pertamanya yang gagal menjadi patah hati yang dasyat sehingga Saskia butuh jeda. Saskia menatap Indra dan tersenyum. "Di Semarang Kak."
**** Tbc
Cerita ini bisa kalian baca di Karyakarsa link ada di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story I (Karyakarsa)
Narrativa generaleKumpulan cerita Pendek (Hanya bisa di baca di Karyakarsa)