Bagi Sahira, Taufan hanyalah suami dari mendiang kakaknya, Mahira. Dan juga Ayah dari seorang bocah laki-laki yang bernama Firdan. Tidak ada kata spesial untuk mendiskripsikan pria itu.
Namun kembali lagi bahwa Sahira harus mengikuti keinginan Mamanya yang tengah jatuh sakit, dimana permintaan Mamanya adalah menikahi Taufan, si Duda yang telah melajang selama tiga tahun setelah kepergian Mahira.
"Mama hanya ingin satu permintaan Sahira."
"Mama bicara apa sih?" Sahira yang tengah bertugas menjaga perempuan yang telah melahirkannya itu merasa kesal. Tari, Mamanya seolah memiliki penyakit ganas yang memiliki peluang hidup kecil, mengatakan permintaan yang jelas Sahira tolak. Tari hanya sakit tipus, bukan penyakit kanker atau tumor.
"Sahira, dengarkan Mama dulu."
Memutar kedua bola matanya, Sahira merasa jengah. "Mama mau bicara apa?" Dengan sedikit rasa kesal Sahira memilih untuk duduk di kursi samping ranjang Tari.Tangan yang terbebas dari infus menggengam tangan Sahira, "Kamu tahu Firdan, kan?" Sahira jelas tahu, itu nama keponakannya.
Anggukan menjadi jawabannya. "Firdan sudah tumbuh dan besar, sekarang saja usianya hampir tiga tahun. Mama hanya ingin Firdan memiliki figur seorang Ibu."
Sahira mulai paham apa yang diucapkan Tari. "Jadi maksud Mama aku harus menikahi Bang Taufan?" Mana bisa begitu?
"Iya, Mama ingin kalian menikah setidaknya demi Firdan."
"Ma, menikah itu bukan permainan Ma. Disana ada suami dan istri, kalau sejak awal menikah hanya demi anak, ya kasihan suami istri itu Ma."
"Kalian pasti saling mencintai."
"Mencintai tidak semudah itu Ma."
"Mama yakin." Hanya dua kata itu yang membuat Sahira dan Taufan bisa mengikat janji.
Sejak awal memang Sahira menolak ide gila ini, dan itu berbanding dengan Taufan yang hanya menuruti semua ucapan Ibu mertuanya.
"Kenapa Bang Taufan gak nolak permintaan Mama?" Pertanyaan yang langsung Sahira lontarkan setelah acara pernikahan mereka, memang acara ini hanya akad karena semuanya serba mendadak. Jadi pernikahan secara negara akan diurus kemudian.
Taufan yang mendengar pertanyaan Sahira hanya terdiam sejenak.
"Kenapa juga ditolak?"
"Memang Abang cinta sama aku? Kan abang cintanya sama Kak Mahira."
"Oh." Hanya itu yang diucapkan Taufan sebelum berlalu ke kamar mandi meninggalkan Sahira di kamar tamu rumah Taufan. Awalnya Taufan ingin mengajak Sahira untuk istirahat di kamar tidur miliknya yang dulu ditempati Mahira, tetapi Sahira menolak dan memilih kamar tidur ini.
Suara ketukan pintu membuat Sahira beranjak dari atas ranjang, membukanya dan mendapatkan sosok bocah kecil yang begitu tampan.
"Loh Firdan kesini sama siapa?" Firdan berdiri di depan pintu ditemani babysitternya, padahal seingat Sahira bocah itu sedang berada di rumah Eyangnya.
"Bunda... " Ucap Firdan yang ingin ikut dengan Sahira, Sahira menerima uluran tangan Firdan dan mengajaknya masuk.
"Anak Bunda sudah wangi ya." Sahira selalu mengajak bicara Firdan, bahkan saat akhir pekan Sahira akan mengajak Firdan bermain bersama. Sahira melakukan ini sebagai wujud cintanya kepada keponakannya.
"Wangi dah mandi."
"Iya, wangi. Siapa yang mandiin?"
"Mba... "
"Oh, yaudah sekarang Firdan bobok sudah malam." Karena jam dinding sudah menunjukan pukul delapan malam, untuk kalangan balita ini sudah malam. Firdan memposisikan tubuhnya di tengah sebelum meminum botol susu yang ia bawa dan tertidur lelap sambil sesekali Sahira menepuk pantatnya yang montok itu.
Kegiatan ini tak luput dari pengawasan Taufan, namun kembali lagi Taufan hanya mengamati tanpa mau mengikuti keduanya.
****
Sudah tiga bulan pasca pernikahan keduanya dimana seharusnya waktu tiga bulan itu sudah cukup untuk saling mengenal. Namun sayang keduanya hanya fokus ke peran sebagai orang tua tanpa sadar bahwa ada hal yang harus diperjelas.
"Ciee yang sudah gak perawan." Ucap Monika saat keduanya bertemu di sebuah kafe untuk membahas akan kerja sama brand, sebagai selebgram jelas Sahira harus memiliki asisten pribadi yang membantunya untuk menerima beberapa kerja sama.
"Eh... Mulutnya dijaga itu."
"Lah bukannya lo sudah kawin, sudah tiga bulan juga."
"Gue masih perawan, kan nikahnya juga bukan urusan cinta." Jawab Sahira dengan polosnya. Namun tidak dengan Monika, ya bagaimana tidak mereka sudah menikah tiga bulan dan Sahira masih perawan. Ada hal yang harus dipertanyakan?
"Suami lo lemah syahwat? Atau belok." Sahira yang mendengar ucapan Monika terdiam sejenak sebelum mengetuk kepala Monika dengan sendok yang ia gunakan untuk mengaduk minumannya. "Enak aja, kalau Bang Taufan kaya gitu gak mungkin ada Firdan."
"Lah terus kok lo belum di unboxing?"
"Kami sibuk menjadi peran orangtua." Kilah Sahira.
"Alibi saja. Yang seharusnya lo pertanyaan ya ini, kalian sudah resmi menikah, seharusnya wajar melakukan kaya gitu." Ucapan Monika yang membuat Sahira sadar bahwa ada hal yang membuat keduanya masih seperti ini. Entah dirinya atau Taufan, dimana keduanya harus berbicara terbuka. Pernikahan bukan hanya sebuah ikatan saja tetapi disana ada sebuah tali tak kasat mata yang membuat hubungan ini terjalin.
Hingga sampai rumah Sahira masih memikirkan ucapan Monika, meskipun Monika belum menikah ucapannya benar juga.
"Kamu kenapa?" Sapa Taufan yang baru saja masuk rumah. Taufan masih mengenakan baju kerjanya. "Bang... "
"Hm... " Sahira mengikuti langkah Taufan yang berjalan menuju kamar tamu. "Bang aku perlu bicara."
Taufan yang mendengar ucapan Sahira sontak menoleh, ia menatap istrinya dengan kerutan di kening. "Apa?"
"Hubungan kita ini normal gak sih?"
"Memang ada apa?"
"Kata Monika hubungan kita gak normal, antara kamu yang sakit atau hubungan kita saja yang belum terbuka."
Taufan yang mendengar sontak terdiam, ia tahu apa maksud ucapan Sahira. "Kita normal kok." Ucap Taufan kemudian yang membuat Sahira terkejut, padahal sejak ia pulang Sahira sudah mencari beberapa artikel yang mengaitkan kebutuhan seorang lelaki dewasa dimana itu hanya bisa dipendam kurang lebih tiga hari. Tapi Taufan sudah lama menduda dan sekarang memiliki istri tetapi tidak pernah menyentuhnya?
"Bang... Apa ada hal yang kamu sembunyikan?"
Tbc
Kelanjutannya ada di Karyakarsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story I (Karyakarsa)
Ficção GeralKumpulan cerita Pendek (Hanya bisa di baca di Karyakarsa)